Beranda / Romansa / Breaking News: Aku Jatuh Cinta / Bab 1 ~ konferensi pers

Share

Breaking News: Aku Jatuh Cinta
Breaking News: Aku Jatuh Cinta
Penulis: Pena_sihir

Bab 1 ~ konferensi pers

Penulis: Pena_sihir
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-02 10:19:29

Langit abu-abu menaungi kota pagi itu. Gerimis tipis membasahi jalanan saat Renjana Ayudya turun dari bus, menenteng tas berisi buku catatan dan perekam suara.

Ditangannya, kartu pers tergenggam erat — tanda resminya sebagai jurnalis muda Sentra Media.

Hari ini, ia mendapat tugas pertamanya: menghadiri konferensi pers di Hotel Grand Marvell.

Sebuah langkah kecil, tapi bagi Renjana, ini berarti dunia.

Setibanya di kantor, Pak Arman, pemimpin redaksi, sudah menunggunya di meja.

Tanpa banyak basa-basi, pria itu menyerahkan map berisi rundown acara.

"Fokus ke isu utama. Dengarkan baik-baik. Jangan ragu bertanya,"katanya sambil menatap Renjana dengan serius.

Renjana mengangguk cepat. "Siap, Pak."

Beberapa menit kemudian, ia kembali keluar, melawan hembusan angin dingin yang menerpa wajahnya. Di dalam perjalanan menuju hotel, pikirannya sibuk membayangkan

berbagai kemungkinan: siapa saja yang akan hadir, apa yang harus ia tanyakan, bagaimana nanti ia menulis berita pertamanya.

Tiba di Hotel Grand Marvell, suasana sudah ramai. Jurnalis dari berbagai media

berlalu-lalang, membawa kamera, perekam suara, bahkan beberapa di antaranya sudah

menyiapkan siaran langsung. Renjana berdiri sejenak, mengamati suasana. Ada rasa kecil yang mengintip di hatinya, rasa cemas yang sulit ditepis.

Tapi ia menepis semua itu. Ia datang untuk belajar. Untuk membuktikan bahwa ia pantas berada di antara para pemburu berita ini.

Dengan langkah mantap, Renjana masuk ke ruang konferensi. Barisan kursi telah disusun

rapi. Di depan, meja panjang dengan papan bertuliskan "Konferensi Pers Isu Nasional 2025" berdiri tegak. Para narasumber tampak bersiap.

Renjana memilih duduk di baris tengah, membuka buku catatannya, dan menyiapkan perekam suara. Ia menarik napas dalam-dalam.

Dalam hitungan menit, acaranya akan dimulai.

Dan di sanalah ia — seorang jurnalis muda, siap merekam kisah pertamanya.

Renjana baru saja duduk ketika pandangannya menangkap sosok yang berjalan memasuki

ruangan. Tinggi, rapi, penuh percaya diri. Pria itu mengenakan setelan abu gelap yang

sempurna — dan wajahnya, tidak mungkin salah.

Sagara.

seorang CEO yang sukses di usia nya yang masih muda,saham di mana mana,kontak kerja terus berdatangan,hidupnya seakan tak ada lagi hambatan.

namun dia juga Kakak kelas renjana waktu SMA. Musuh lamanya.

Renjana sontak menegang. Dunia seakan mempermainkannya. — di antara banyak orang,

kenapa harus Sagara yang menjadi narasumber yang harus ia wawancarai hari ini?

pria itu menatap mata renjana tajam, berjalan mendekat ke arah nya dengan santai ,sebelum konferensi pers di mulai.

"Siapa sangka, gadis yang dulu selalu di ranking bawah sekarang mau mewawancarai aku,"

ucapnya, bibirnya melengkung tipis penuh sindiran.

Renjana terdiam. Napasnya tercekat sesaat, tapi ia segera menegakkan punggungnya. Ia tahu, di dunia ini, profesionalitas harus lebih tinggi daripada perasaan pribadi.

Tanpa mengubah ekspresi, Renjana menatap balik Sagara.

"Siapa sangka, orang yang dulu sibuk mengejek orang lain sekarang perlu wartawan untuk

memberitakan dirinya," balasnya pelan, penuh kontrol.

"maaf tuan,saya sedang bekerja dan berusaha profesional,mohon kerjasamanya ." lanjut renjana

Sagara menatapnya sekilas, alisnya terangkat. Seolah menantang.

Tapi sebelum percakapan itu berlanjut, pembawa acara memanggil semua narasumber ke depan. Suasana ruangan perlahan berubah menjadi lebih serius.

Renjana mengepalkan jemarinya di pangkuan. Ia berjanji dalam hati — tidak peduli siapa

Sagara sekarang, tugasnya tetap sama: mendapatkan berita terbaik.

Dan ia tidak akan membiarkan masa lalu menghancurkan langkahnya.

karena tak semua orang mendapatkan kesempatan yang sama,terlebih menjadi seorang jurnalis adalah keinginan renjana dari dirinya masih kecil.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Breaking News: Aku Jatuh Cinta   teror?

    Renjana merapatkan jaketnya, menahan dingin dan amarah sekaligus. Ia menatap punggung Sagara yang menjauh dengan sorot tajam, penuh tekad. Lalu ia menunduk, mengatur napas, dan melangkah pelan menjauh dari kerumunan. Tapi tidak benar-benar pergi.Ia bersembunyi kembali, kali ini lebih jauh dan hati-hati. Suasana di depan masih tegang. Kamera di tangannya bergetar, tapi kali ini bukan karena takut — melainkan karena dorongan kuat untuk menyelesaikan tugasnya.Ia mengambil beberapa foto dari kejauhan. Memastikan tidak ada cahaya flash, tidak ada suara mencurigakan. Merekam secuil demi secuil bukti yang bisa ia gunakan untuk artikelnya nanti.Jam menunjukkan pukul 23.47 ketika mobil-mobil itu satu per satu pergi. Sagara adalah yang terakhir naik ke dalam kendaraannya. Sekali pun ia tak menoleh ke belakang.Saat lokasi benar-benar sepi, Renjana berdiri dari persembunyian dan berjalan cepat ke area tempat mereka tadi berdiri. Ia menemukan puntung rokok, selembar kertas kontrak yang tampakn

  • Breaking News: Aku Jatuh Cinta   Bab 4 ~ Selalu Bertemu

    Pagi itu, mata Renjana masih sembab saat ia tiba di kantor. Namun seperti biasa, ia menarik napas panjang dan memaksa dirinya tersenyum tipis. Tidak ada yang boleh tahu betapa hancurnya dirinya semalam. Sesampainya di meja kerjanya, ia langsung menyalakan laptop dan mulai mencari-cari pekerjaan tambahan. Matanya berkabut, pikirannya berisik — namun ia tahu, ia tidak boleh diam. Saat itu, mata Renjana terpaku pada papan pengumuman internal. Ada pengumuman kecil: "Dibutuhkan relawan untuk liputan tambahan malam ini. Bonus lembur diberikan." Tanpa pikir panjang, Renjana berdiri dari kursinya dan langsung berjalan cepat ke ruangan atasannya. Tok. Tok. "Masuk," terdengar suara berat dari dalam. Renjana membuka pintu perlahan. Pak Adi, atasannya, sedang sibuk meneliti beberapa berkas. "Ada apa, Renjana?" tanyanya tanpa mengalihkan pandangan. "Saya mau ambil tugas lembur malam ini, Pak," ucap Renjana cepat. Pak Adi akhirnya mendongak. Wajahnya tampak ragu. "Ini tuga

  • Breaking News: Aku Jatuh Cinta   Bab 3~rumah?

    Malam sudah larut ketika Renjana akhirnya tiba di depan rumah. Rumah itu kecil, cat temboknya mulai pudar, beberapa bagian pagar berkarat. Lampu teras redup, nyaris mati. Tapi di sinilah tempat yang disebutnya “rumah” — meski tak pernah benar-benar terasa seperti rumah baginya.Ia menarik napas panjang sebelum mengetuk pintu. Tak sampai satu menit, daun pintu dibuka kasar dari dalam. Sosok seorang wanita berusia setengah baya berdiri di ambang pintu, mengenakan daster lusuh, dengan wajah masam. Ibunya.Mata sang ibu langsung menyipit begitu melihat Renjana. Tanpa sapaan, tanpa senyum."Kamu pulang juga akhirnya," gumamnya ketus. "Kira-kira mau tidur di jalan, ya?"Renjana menunduk sedikit, menahan perih yang menguar dari nada suara itu. Ia masuk pelan, membiarkan ibunya berlalu ke dalam tanpa menunggunya.Bau masakan gosong tercium samar dari dapur. Rumah itu berantakan — piring kotor menumpuk di wastafel, baju berserakan di kursi ruang tamu. Renjana terbiasa dengan pemandangan in

  • Breaking News: Aku Jatuh Cinta   Bab 2 ~ undangan khusus

    Konferensi pers tentang pertemuan para pengusaha besar dan juga memperlihatkan inovasi yang mereka buat akhirnya selesai. Para jurnalis berhamburan keluar dari ruangan, sibuk mengejar deadline, mengetik cepat di ponsel atau menelepon kantor. Suasana ramai, namun bagi Renjana, dunia seolah menyempit. Ia berjalan perlahan, menuruni anak tangga kecil menuju lorong hotel. Pundaknya terasa pegal, pikirannya penuh. Tapi setidaknya — tugas utamanya hari ini sudah ia selesaikan. Atau begitulah pikirnya, sebelum sebuah sosok menghalangi jalannya. Sagara. Bersandar santai di dinding lorong, lengan terlipat di dada, seperti sengaja menunggu. Renjana berusaha bersikap biasa saja, menarik napas dalam-dalam. Ia mencoba melangkah melewati pria itu tanpa memulai percakapan, tapi suara Sagara menahan langkahnya. "Masih sama seperti dulu," gumamnya. Suaranya berat, rendah, namun penuh sindiran yang menusuk. "Berusaha keras kelihatan hebat, padahal cuma anak bawang." l

  • Breaking News: Aku Jatuh Cinta   Bab 1 ~ konferensi pers

    Langit abu-abu menaungi kota pagi itu. Gerimis tipis membasahi jalanan saat Renjana Ayudya turun dari bus, menenteng tas berisi buku catatan dan perekam suara. Ditangannya, kartu pers tergenggam erat — tanda resminya sebagai jurnalis muda Sentra Media. Hari ini, ia mendapat tugas pertamanya: menghadiri konferensi pers di Hotel Grand Marvell. Sebuah langkah kecil, tapi bagi Renjana, ini berarti dunia. Setibanya di kantor, Pak Arman, pemimpin redaksi, sudah menunggunya di meja. Tanpa banyak basa-basi, pria itu menyerahkan map berisi rundown acara. "Fokus ke isu utama. Dengarkan baik-baik. Jangan ragu bertanya,"katanya sambil menatap Renjana dengan serius. Renjana mengangguk cepat. "Siap, Pak." Beberapa menit kemudian, ia kembali keluar, melawan hembusan angin dingin yang menerpa wajahnya. Di dalam perjalanan menuju hotel, pikirannya sibuk membayangkan berbagai kemungkinan: siapa saja yang akan hadir, apa yang harus ia tanyakan, bagaimana nanti ia menulis berita pertama

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status