Home / Romansa / Breaking News: Aku Jatuh Cinta / Bab 4 ~ Selalu Bertemu

Share

Bab 4 ~ Selalu Bertemu

Author: Pena_sihir
last update Last Updated: 2025-03-05 11:44:11

Pagi itu, mata Renjana masih sembab saat ia tiba di kantor.

Namun seperti biasa, ia menarik napas panjang dan memaksa dirinya tersenyum tipis. Tidak ada yang boleh tahu betapa hancurnya dirinya semalam.

Sesampainya di meja kerjanya, ia langsung menyalakan laptop dan mulai mencari-cari pekerjaan tambahan. Matanya berkabut, pikirannya berisik — namun ia tahu, ia tidak boleh diam.

Saat itu, mata Renjana terpaku pada papan pengumuman internal.

Ada pengumuman kecil:

"Dibutuhkan relawan untuk liputan tambahan malam ini. Bonus lembur diberikan."

Tanpa pikir panjang, Renjana berdiri dari kursinya dan langsung berjalan cepat ke ruangan atasannya.

Tok. Tok.

"Masuk," terdengar suara berat dari dalam. Renjana membuka pintu perlahan. Pak Adi, atasannya, sedang sibuk meneliti beberapa berkas.

"Ada apa, Renjana?" tanyanya tanpa mengalihkan pandangan.

"Saya mau ambil tugas lembur malam ini, Pak," ucap Renjana cepat.

Pak Adi akhirnya mendongak. Wajahnya tampak ragu.

"Ini tugas berat, Renjana," katanya. "Kamu harus meliput di daerah yang cukup jauh, sampai malam, mungkin lewat tengah malam. Yakin kamu mau ambil?"

Renjana menggigit bibirnya sejenak. Tubuhnya memang lelah. Mentalnya remuk. Tapi ia tidak punya pilihan.

"Saya siap, Pak," katanya tegas.

Pak Adi menghela napas, lalu menyerahkan berkas.

"Baik. Ini lokasi dan brief-nya. Nanti malam kamu berangkat, pakai mobil kantor. Tapi ingat, hati-hati."

Renjana mengangguk. Ia keluar dari ruangan atasannya dan hendak kembali ke mejanya. Tetapi tiba-tiba, ia melihat beberapa rekan seniornya — yang selama ini memang dikenal ‘galak’ dan suka bergosip — berkumpul sambil sesekali melirik ke arah Renjana.

Renjana berusaha mengabaikan. Ia tahu, mereka memang tidak pernah benar-benar menerimanya sejak awal. Sayangnya, langkah cepatnya tak cukup untuk menghindari apa yang akan terjadi.

"Halah, lihat tuh, si Renjana," bisik salah satu senior perempuan dengan suara cukup keras untuk didengar.

"Biasa, anak baru. Cari perhatian bos, ya?"

Tawa kecil meletup.

Renjana berhenti di tempat, tubuhnya menegang. Ia menunduk, pura-pura tidak dengar, dan melangkah lebih cepat.

Namun seorang senior pria, Andri — yang terkenal suka menggertak — tiba-tiba menghalangi jalannya.

"Wih, semangat banget, Jeng. Mau liputan lembur ya? Wah, wah... hebat banget. Pasti bentar lagi dapat promosi, ya?" Nada suara Andri dipenuhi sindiran.

"Benar tuh," sahut senior lain. "Gimana sih caranya biar bos perhatian kayak gitu? Ngajarin dong, Ren."

Tawa kembali meledak di sekelilingnya.

Menyakitkan. Merendahkan.

Renjana menggenggam erat map di tangannya, berusaha keras menahan air mata yang mulai menggenang.

"Saya hanya menjalankan tugas," jawab Renjana pelan, nyaris berbisik.

Andri mendekat, terlalu dekat, dan menatapnya dengan tatapan sinis.

"Ah, tugas katanya. Semua orang juga kerja, Nona. Tapi kok kamu yang selalu dipanggil? Ada spesialnya ya?"

Renjana menahan napas, menunduk dalam-dalam.

"Permisi," katanya akhirnya, berusaha tetap sopan.

Tanpa menunggu jawaban, ia menyelinap melewati kerumunan itu, meninggalkan tawa yang makin keras di belakang punggungnya.

Hatinya terasa ditikam.

Kenapa semua orang seolah membencinya?

Apa salahnya berusaha lebih keras? Apa salahnya ingin bertahan hidup?

Saat kembali ke mejanya, ia membuka berkas itu. Matanya langsung membaca dengan saksama:

Liputan investigasi kecil tentang proyek pembangunan ilegal di pinggiran kota. Rumit. Melelahkan. Berisiko. Tapi juga berarti tambahan uang.

Tambahan harapan.

Untuk pertama kalinya pagi itu, di tengah segala kekacauan hidupnya, seberkas kecil semangat mulai menyala di hatinya.

**

Malam mulai turun, menutup langit dengan kelamnya.

Renjana mengendarai mobil kantor menuju lokasi liputan — sebuah lahan kosong di pinggiran kota yang konon sedang dalam sengketa pembangunan.

Jalanan makin sepi, lampu-lampu jalan mulai jarang, dan hawa dingin terasa menusuk.

Sambil menggenggam erat kamera dan catatan di jok sebelah, Renjana berusaha menepis kegelisahan dalam hatinya.

Semuanya akan baik-baik saja, pikirnya.

Ia hanya perlu mengambil beberapa foto dan keterangan, lalu pulang.

Namun saat ia tiba di lokasi, suasana justru lebih mencurigakan dari yang ia bayangkan.

Di kejauhan, tampak beberapa mobil mewah berjejer.

Bukan mobil biasa, melainkan mobil-mobil kelas atas, berwarna hitam, dengan kaca gelap.

Renjana menyipitkan mata, berusaha mengamati dari kejauhan.

Ada sekelompok orang berbicara serius di dekat lahan itu. Mereka mengenakan jas formal, berdiri dengan tubuh tegang, seperti sedang bernegosiasi atau... bertengkar.

Jantung Renjana berdegup lebih cepat. Ia mengambil kamera, lalu mendekat pelan-pelan, bersembunyi di balik tiang beton yang setengah roboh.

Saat itulah, matanya menangkap sosok yang tak asing.

Tinggi. Tegas. Dingin.

Sagara.

Renjana nyaris menjatuhkan kameranya.

Itu memang Sagara — dengan setelan jas hitam rapi — berdiri di tengah kerumunan, berbicara tegas kepada seseorang yang tampak seperti pejabat.

Wajah Sagara serius. Sorot matanya tajam, penuh wibawa, membuat semua orang di sekelilingnya tampak mengecil.

Ia jelas bukan orang biasa di sini.

Renjana membeku.

Apa yang dilakukan Sagara di tempat seperti ini, malam-malam begini?

Saat itu, tiba-tiba ponsel Renjana bergetar pelan — notifikasi masuk. Dan naas, suara getaran itu cukup keras di keheningan malam.

Beberapa orang menoleh. Termasuk Sagara. Tatapan mereka bertemu.

Sekejap dunia terasa berhenti.

Renjana langsung panik, berusaha menyembunyikan kameranya, berbalik hendak kabur.

Namun langkah berat terdengar mendekat cepat. Tak sampai lima detik, sebuah tangan kuat menarik lengannya.

Renjana terpaksa berbalik — menatap Sagara dari jarak yang terlalu dekat. Sagara menunduk sedikit, wajahnya dingin, penuh ancaman.

"Kenapa kamu di sini?" suaranya dalam, berbisik namun penuh tekanan.

Renjana membuka mulut, tapi tak ada suara yang keluar. Tubuhnya kaku.

"Apa kamu menguntitku?" tambah Sagara, kali ini dengan nada menghina, membuat wajah Renjana memerah karena marah dan malu bercampur.

"A-aku... Aku liputan... Aku tidak tahu ada kamu di sini," kata Renjana terbata, berusaha melepaskan diri.

Sagara mempererat cengkramannya sebentar sebelum akhirnya melepaskan Renjana dengan gerakan kasar. Tatapannya mencemooh.

"Sepertinya kamu memang suka cari perhatian ya, Renjana," ucapnya dingin, sebelum berbalik meninggalkannya. Ia berjalan pergi tanpa menoleh lagi, bergabung kembali dengan rombongannya.

Renjana berdiri mematung, napasnya memburu, tangannya bergetar. Matanya mulai panas, tapi ia menahan air matanya mati-matian.

Mengapa dunia selalu menganggap rendah dirinya? Benaknya bertanya-tanya. Tapi jauh di lubuk hatinya, ada sumpah yang mulai terbentuk:

Aku akan buktikan. Aku bukan gadis lemah seperti yang kalian pikirkan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Breaking News: Aku Jatuh Cinta   teror?

    Renjana merapatkan jaketnya, menahan dingin dan amarah sekaligus. Ia menatap punggung Sagara yang menjauh dengan sorot tajam, penuh tekad. Lalu ia menunduk, mengatur napas, dan melangkah pelan menjauh dari kerumunan. Tapi tidak benar-benar pergi.Ia bersembunyi kembali, kali ini lebih jauh dan hati-hati. Suasana di depan masih tegang. Kamera di tangannya bergetar, tapi kali ini bukan karena takut — melainkan karena dorongan kuat untuk menyelesaikan tugasnya.Ia mengambil beberapa foto dari kejauhan. Memastikan tidak ada cahaya flash, tidak ada suara mencurigakan. Merekam secuil demi secuil bukti yang bisa ia gunakan untuk artikelnya nanti.Jam menunjukkan pukul 23.47 ketika mobil-mobil itu satu per satu pergi. Sagara adalah yang terakhir naik ke dalam kendaraannya. Sekali pun ia tak menoleh ke belakang.Saat lokasi benar-benar sepi, Renjana berdiri dari persembunyian dan berjalan cepat ke area tempat mereka tadi berdiri. Ia menemukan puntung rokok, selembar kertas kontrak yang tampakn

  • Breaking News: Aku Jatuh Cinta   Bab 4 ~ Selalu Bertemu

    Pagi itu, mata Renjana masih sembab saat ia tiba di kantor. Namun seperti biasa, ia menarik napas panjang dan memaksa dirinya tersenyum tipis. Tidak ada yang boleh tahu betapa hancurnya dirinya semalam. Sesampainya di meja kerjanya, ia langsung menyalakan laptop dan mulai mencari-cari pekerjaan tambahan. Matanya berkabut, pikirannya berisik — namun ia tahu, ia tidak boleh diam. Saat itu, mata Renjana terpaku pada papan pengumuman internal. Ada pengumuman kecil: "Dibutuhkan relawan untuk liputan tambahan malam ini. Bonus lembur diberikan." Tanpa pikir panjang, Renjana berdiri dari kursinya dan langsung berjalan cepat ke ruangan atasannya. Tok. Tok. "Masuk," terdengar suara berat dari dalam. Renjana membuka pintu perlahan. Pak Adi, atasannya, sedang sibuk meneliti beberapa berkas. "Ada apa, Renjana?" tanyanya tanpa mengalihkan pandangan. "Saya mau ambil tugas lembur malam ini, Pak," ucap Renjana cepat. Pak Adi akhirnya mendongak. Wajahnya tampak ragu. "Ini tuga

  • Breaking News: Aku Jatuh Cinta   Bab 3~rumah?

    Malam sudah larut ketika Renjana akhirnya tiba di depan rumah. Rumah itu kecil, cat temboknya mulai pudar, beberapa bagian pagar berkarat. Lampu teras redup, nyaris mati. Tapi di sinilah tempat yang disebutnya “rumah” — meski tak pernah benar-benar terasa seperti rumah baginya.Ia menarik napas panjang sebelum mengetuk pintu. Tak sampai satu menit, daun pintu dibuka kasar dari dalam. Sosok seorang wanita berusia setengah baya berdiri di ambang pintu, mengenakan daster lusuh, dengan wajah masam. Ibunya.Mata sang ibu langsung menyipit begitu melihat Renjana. Tanpa sapaan, tanpa senyum."Kamu pulang juga akhirnya," gumamnya ketus. "Kira-kira mau tidur di jalan, ya?"Renjana menunduk sedikit, menahan perih yang menguar dari nada suara itu. Ia masuk pelan, membiarkan ibunya berlalu ke dalam tanpa menunggunya.Bau masakan gosong tercium samar dari dapur. Rumah itu berantakan — piring kotor menumpuk di wastafel, baju berserakan di kursi ruang tamu. Renjana terbiasa dengan pemandangan in

  • Breaking News: Aku Jatuh Cinta   Bab 2 ~ undangan khusus

    Konferensi pers tentang pertemuan para pengusaha besar dan juga memperlihatkan inovasi yang mereka buat akhirnya selesai. Para jurnalis berhamburan keluar dari ruangan, sibuk mengejar deadline, mengetik cepat di ponsel atau menelepon kantor. Suasana ramai, namun bagi Renjana, dunia seolah menyempit. Ia berjalan perlahan, menuruni anak tangga kecil menuju lorong hotel. Pundaknya terasa pegal, pikirannya penuh. Tapi setidaknya — tugas utamanya hari ini sudah ia selesaikan. Atau begitulah pikirnya, sebelum sebuah sosok menghalangi jalannya. Sagara. Bersandar santai di dinding lorong, lengan terlipat di dada, seperti sengaja menunggu. Renjana berusaha bersikap biasa saja, menarik napas dalam-dalam. Ia mencoba melangkah melewati pria itu tanpa memulai percakapan, tapi suara Sagara menahan langkahnya. "Masih sama seperti dulu," gumamnya. Suaranya berat, rendah, namun penuh sindiran yang menusuk. "Berusaha keras kelihatan hebat, padahal cuma anak bawang." l

  • Breaking News: Aku Jatuh Cinta   Bab 1 ~ konferensi pers

    Langit abu-abu menaungi kota pagi itu. Gerimis tipis membasahi jalanan saat Renjana Ayudya turun dari bus, menenteng tas berisi buku catatan dan perekam suara. Ditangannya, kartu pers tergenggam erat — tanda resminya sebagai jurnalis muda Sentra Media. Hari ini, ia mendapat tugas pertamanya: menghadiri konferensi pers di Hotel Grand Marvell. Sebuah langkah kecil, tapi bagi Renjana, ini berarti dunia. Setibanya di kantor, Pak Arman, pemimpin redaksi, sudah menunggunya di meja. Tanpa banyak basa-basi, pria itu menyerahkan map berisi rundown acara. "Fokus ke isu utama. Dengarkan baik-baik. Jangan ragu bertanya,"katanya sambil menatap Renjana dengan serius. Renjana mengangguk cepat. "Siap, Pak." Beberapa menit kemudian, ia kembali keluar, melawan hembusan angin dingin yang menerpa wajahnya. Di dalam perjalanan menuju hotel, pikirannya sibuk membayangkan berbagai kemungkinan: siapa saja yang akan hadir, apa yang harus ia tanyakan, bagaimana nanti ia menulis berita pertama

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status