Home / Urban / Brondong Kampung Kaya Raya / Tantangan Dua Miliar

Share

Tantangan Dua Miliar

Author: BliDek
last update Huling Na-update: 2023-10-02 09:34:47

“A –Apa?” Radhia terkejut sampai berdiri dari duduknya. “Perusahaan pailit?” pekiknya tidak percaya dengan apa yang ia dengar.

“Hampir pailit, Nona muda.” Manajer keuangan mengoreksi Radhia.

Radhia mendorong kursinya lebih jauh lalu berjalan memutari meja makan sambil menggigit kuku ibu jari.

Ia pulang ke rumah dan membatalkan rencana bulan madunya dengan Aji karena ingin bersenang-senang dengan teman-temannya juga menghabiskan waktu di spa.

Namun, ia malah mendapatkan kabar yang sangat mengejutkan. Perusahaan yang sudah orang tuanya rintis selama bertahun-tahun kini nyaris bangkrut jika tidak segera mendapatkan suntikan dana segar.

“Sepertinya kali ini anda harus turun tangan sendiri, Nona. Anda harus bisa meyakinkan para investor dan dewan komisaris 

untuk memberikan tambahan dana, jika tidak Setiawan Grup akan benar-benar berakhir.” Setelah menjelaskan kondisi perusahaan, manajer keuangan pamit undur diri 

Radhia meraup wajahnya dengan kasar. Berkacak pinggang, berjalan mondar mandir di ruang makan. Sesekali hembusan nafas panjang terdengar keluar dari bibir wanita itu. 

"Berikan aku ide! Bagaimana caranya aku menyelamatkan perusahaan papa?" Radhia kembali duduk, menatap sepupu dan tante Kalina berharap mereka punya jawaban. 

"Sudah jelas, kan? Manajer itu mengatakan kalau kau harus bisa meyakinkan para investor juga dewan komisaris." Tante Kalina mencoba menenangkan Radhia yang sedang panik.

Bagaimana tidak panik, jika Setiawan Grup sampai bangkrut, Radhia akan jatuh miskin. Ia tidak pernah menjadi orang miskin! Sejak lahir ia sudah hidup dengan fasilitas mewah dan orang yang siap mengerjakan apapun untuknya. 

Jika menginginkan sesuatu, Radhia tinggal tunjuk dan akan mendapatkan apa yang ia inginkan. 

“Bagaimana kalau kita menghubungi pengacara papa? Uang asuransi papa  dan mama pasti cukup untuk membantu perusahaan, kan?” 

Radhia mengambil ponselnya, menghubungi orang yang diberikan kuasa oleh kedua mendiang orang tua Radhia untuk mengatur serah terima harta warisan.

Dengan cepat Radhia menceritakan situasi yang sekarang sedang dihadapi kepada pengacara keluarga itu. 

“Maaf nona muda, anda belum bisa memiliki uang asuransi itu sebelum satu tahun pernikahan anda.” Suara dari ujung telepon membuat Radhia semakin kesal.

Ia menutup teleponnya dengan kasar lalu memaki si pengacara. Kesal karena tidak bisa mendapatkan apa yang ia inginkan.

"Aku bisa membantu kalian!"

Semua orang menoleh ke sumber suara. Raffi yang berpakaian santai menarik kursi kosong yang ada di depan Radhia.

Tante Kalina dan putranya tersenyum melihat kedatangan Raffi. Sepupu Radhia bahkan memukul-mukul meja seperti drum saking senangnya melihat sang penyelamat.

“Aku pikir kau akan berbulan madu dengan suami mudamu?” candanya sambil terkekeh.

Radhia cemberut menanggapi Raffi yang menyindirnya. Ia membuang wajahnya, malas melihat pria itu.

“Jadi apa benar kau mau membantu kami?” tanya tante Kalina antusias.

“Tentu saja! Sebagai awal aku akan memberikan dua miliar. Tapi dengan satu syarat.”  Raffi tersenyum licik.  Sudut bibirnya terangkat, yakin ini bisa membuat ayahnya tidak menyukai Aji.

Radhia yang tadinya membuang muka, kini menatap kekasihnya itu. Keningnya berkerut, penasaran dengan syarat yang Raffi minta.

“Jadi apa yang kau inginkan, Nak Raffi?” 

 Radhia menarik kursi, mendekatkan tubuhnya ke meja agar bisa mendengarkan Raffi dengan lebih baik.

“Syaratnya, suamimu sendiri yang harus memintanya kepadaku. Memohon padaku bahkan rela menyerahkan mu demi uang itu. Bagaimana?”

Rahang Radhia terjatuh heran dengan permintaan kekasihnya itu. Tidak sempat bertanya, Raffi sudah berteriak memanggil Aji seperti memanggil pelayan.

"Kenapa kau lama sekali, Anak Kampung?" Suara bentakan Raffi yang merendahkan menyambut Aji. 

Pria kaya itu dengan cepat menceritakan keadaan Radhia tetapi melihat wajah bingung Aji, Raffi menggaruk kepalanya kesal. 

"Ngapain juga aku menceritakan ini semua. Anak kampung sepertimu mana mengerti soal bisnis," ejek Raffi lagi. 

"Intinya, lakukan saja seperti yang aku minta!" Raffi menegaskan, mencoba untuk bersabar. 

Aji diam tidak langsung memberi jawaban. Ia memikirkan setiap kata yang Raffi ucapkan lalu menimbang jawabannya.

Pria muda itu menggeleng. "Tidak! Aku tidak mau! Memohon supaya kamu memberikan bantuan uang bisa aku lakukan, tetapi menukar nona Radhia dengan uang itu, tidak bisa!" tolak Aji tegas. Ia dengan berani membalas tatapan Raffi. 

"Kau! Berani menolak perintahku?!" Raffi menggebrak meja tidak suka mendengar jawaban Aji.

Radhia memutari meja makan, mendatangi suaminya dan menarik Aji menjauh.

"Apa yang kau lakukan, hah? Perusahaan keluargaku nyaris bangkrut! Apa sulitnya melakukan apa yang Raffi minta?" Radhia berkata dengan mata melotot, kesal karena pemuda kampung ini terus saja membuatnya kesal.

"Maaf nona, saya tidak bisa.

Radhia menggeram kesal, tangan yang mengepal kencang sedang giginya bergemeretak menahan diri agar tidak mengamuk kepada Aji.

"Kenapa? Kenapa tidak bisa? Apa susahnya?!" tanya Radhia gemas. Rasanya ingin menjambak rambut bergelombang Aji yang kali ini disisir rapi ke belakang dan menggunakan pomade hingga wajah tampan suaminya terlihat jelas.

"Karena Nona adalah istri saya." Aji menyahut tegas.

"Saya tidak akan menukar istri saya dengan uang. Itu sama saja saya mempermalukan nona dan juga menjual harga diri saya sebagai laki-laki."

Ha-ha-ha

Tawa Raffi mengisi pendengaran Aji 

"Harga diri? Memangnya berapa nilai harga dirimu, hum? Aku akan membayarnya sebanyak yang kau mau!" Raffi mengeluarkan dompet mengeluarkan seluruh uangnya lalu melemparkan lembaran uang 100 ribu itu ke wajah Aji.

"Kurang? Jangan khawatir, akh masih punya banyak! Kau tinggal sebut berapa yang kau inginkan!" Raffi berteriak, menggelegar membuat Radhia dan tante Kalina terkejut.

Tangan Aji mengepal kuat menahan amarah merasa begitu terhina dengan perlakuan Raffi. Iya menatap Rafi tajam tidak peduli lagi kalau  yang ada di depannya saat ini adalah saudara se-ayah dengannya.

"Kau hanya anak kampung tapi begitu sombong dengan harga diri. Memangnya apa yang kau bisa lakukan untuk Radhia? Kau itu hanya suami tidak berguna! Memangnya kau bisa berbuat apa untuk membantu Radhia, hah?!" Raffi dengan tanpa perasaan terus menghina Aji di depan Radhia dan keluarganya.

Telinga Aji semakin panas mendengar kata-kata kasar yang keluar dari mulut Raffi.

"CUKUP!!" ia berteriak menghentikan ocehan pria kaya raya itu.

"Saya yang akan membantu nona Radhia. Saya akan menyiapkan uang dua miliar untuk membantu perusahaan nona."

Ucapan Aji disambut tawa oleh Raffi, Radhia san juga tante Kalina. Tidak ada satupun dari mereka yang percaya jika Aji mampu menyediakan uang sebanyak itu.

"Kau tahu uang dua miliar sebanyak apa? Aku bahkan ragu kau pernah melihat uang lebih dari satu juta." Raffi tak pernah puas mengejek Aji. Setiap kata yang keluar dari mulutnya selalu menghina Aji 

Tawa Raffi berhenti, kini wajahnya berubah serius. "Baik aku beri kau waktu tiga hari. Jika kau gagal, kau harus berlutut di kakiku dan memohon agar aku memberikan uang itu dan menyerahkan Radhia kepadaku. Bagaimana?" tantang Raffi.

Jadi apa Aji akan berhasil mendapatkan uang dua miliar?

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
somnong banget itu Raffi pingin sumpel itu mulut Raffi dgn sambel level paling pedes ..kmu akan tau siapa Aji kmu akan syok dn kmu yg akan ter usir dr rmh ayah mu juga ibu mu ...
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Brondong Kampung Kaya Raya   Aji Kalah!

    “Untuk apa uang sebanyak itu?” Aji sedang menghadapi tatapan mata tajam Bella. Mereka sedang duduk di sebuah cafe. Wanita itu langsung menuju ke bank, begitu mendapatkan pemberitahuan penarikan dalam jumlah besar.Dengan membawa tas berukuran besar, Aji terpaksa ikut dengan Bella, dan disinilah ia sekarang, di sidang oleh orang kepercayaan papanya.“Kalau anda tidak mau mengatakannya, aku akan melaporkan ini kepada tuan Wisnu.” Aji mendelik mendengar ancaman Bella. Ia sudah mempersiapkan diri jika papa Wisnu, tetapi baru mendengar ancaman Bella saja sudah membuat Aji ciut.Ia menyerah, Aji dengan cepat menceritakan alasannya memerlukan uang sebanyak itu. Dengan gamblang ia bercerita mulai dari ia yang menangkap basah Raffi sedang bercinta dengan istrinya sampai tugas untuk melunasi tagihan tante Kalina.BRAGH!Bella menggebrak meja saking marahnya setelah mendengarkan cerita Raffi. “Kenapa tidak bercerai saja? Memangnya berapa uang pinalti yang harus dibayar, hah?!” Aji bisa mende

  • Brondong Kampung Kaya Raya   Aku Anak Wisnu Hutama!

    "100 juta!" ucapan Raffi membuat para penagih hutang itu tertarik. "Aku akan memberikan uang 100 juta, jika kalian memberikan kami waktu tambahan sampai besok siang."Kedua penagih hutang itu saling pandang. Saling bertanya lewat gestur tubuh, haruskan mereka menerima tawaran Raffi. "Jangan coba membohongi kami! Hutang kalian saja tidak bisa kalian bayar, bagaimana mungkin kalian bisa memberikan kami 100 juta?""Mereka memang tidak bisa, tetapi aku bisa!" ujar Raffi dengan sangat yakin. Kedua penagih hutang itu memperhatikan Raffi dari atas sampai bawah. Melihat jam tangan yang Raffi kenakan, mereka akhirnya memutuskan untuk percaya. "Datang besok jam tiga sore. Aku akan bayarkan hutang mereka dan 100 juta untuk kalian."Kesepakatan tercapai! Kedua penagih hutang akhirnya pergi meninggalkan rumah Radhia. Raffi mengambil paksa ponsel Aji. Ia tidak ingin anak kampung ini meminta bantuan dari Bella apalagi papanya. "Waktumu sampai besok jam tiga sore!" Raffi menonaktifkan ponsel m

  • Brondong Kampung Kaya Raya   Mencium Kaki Raffi

    “Hari ini aku akan membuatmu mencium kakiku!” ucap Raffi dengan sangat yakin dan kesombongan.Setelah masuk ke kamar mandi, ia mendorong Aji keluar dengan kasar sampai nyaris terjatuh.Rahang Aji terjatuh melihat Raffi bisa mandi sendiri. Ia mengira pria itu tidak berdaya, Aji baru sadar kalau Raffi sedang mengerjainya.Ia memilih menunggu di depan kamar, tidak mungkin ia menunggu Raffi mandi dan berganti pakaian. Ia masih waras dan lebih suka melon kembar daripada tongkat sakti! “Hai Anak Kampung, cepat masuk!” Raffi berteriak dari dalam kamar.Aji tidak langsung masuk, ia sengaja membiarkan Raffi menunggu dan kembali berteriak memanggilnya. Ia baru masuk setelah Raffi melempar sesuatu sampai mengenai pintu.“Ada apa?” jawab Aji malas.Raffi memerintahkan Aji untuk membawanya ke ruang makan. Ia akan sarapan bersama dengan Radhia dan keluarganya.“Bukannya kamu bisa jalan sendiri?” sahut Aji, ia enggan menjadi pelayan Raffi apalagi ia lihat sendiri Raffi bisa berjalan.“Jangan banyak

  • Brondong Kampung Kaya Raya   Kehilangan Harga Diri dan Wibawa

    “Bantu Raffi ke kamar mandi!” Radhia berdiri di depan pintu dengan tangan bersedekap di depan dada.Rahang Aji terjatuh mendengar perintah tidak masuk akal istrinya. Ia masih berdiri di depan pintu, enggan masuk ke dalam kamar.“Tidak mau!” jawabnya tegas. “Cari saja perawat atau minta yang lain!” tolak Aji mentah-mentah.Ia tidak sudi melayani pria yang berani menyentuh istrinya.“Kau!” Radhia mengepalkan tangan geram karena Aji berani menentangnya. “Kalau sudah tidak ada urusan, aku mau tidur.” Aji meninggalkan Radhia, menutup telinga walau Radhia terus berteriak memanggilnya untuk kembali.Pagi-pagi sekali, tidur Aji sudah terganggu. Pak Al – kepala pelayan di rumah Setiawan menendang kaki Aji untuk membangunkan lelaki dari kampung itu.Aji berbalik, ia menarik sarungnya lebih tinggi sampai menutupi kepala. Ia berbalik membelakangi pintu, tidak ingin tidurnya terganggu. "Ayo bangun! Sudah waktunya kerja!" Pak Al kembali menendang kaki Aji tetapi kali ini lebih kencang dari sebelu

  • Brondong Kampung Kaya Raya   Kau Pelayanku!

    "Aku puas sekali!" Stella memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai. Ia mendekati meja dan menandatangani proposal iklan yang Aji ajukan. "Ini proposalmu! Sekarang pergi dari sini!" Stella melemparkan map itu ke lantai dekat Aji berdiri. Aji sudah biasa dihina dan diejek. Tetapi apa yang ia alami malam ini membuatnya merasa benar-benar hina. Harga dirinya hancur tak tersisa. Dengan tangan gemetar, Aji mengambil proposal pengajuan iklannya. Sambil menahan amarah, Aji memakai kembali pakaiannya. Walaupun Aji juga merasakan nikmat, namun melakukannya dengan di bawah pengaruh obat tetap saja pemaksaan.Aji merasa seperti sedang menjual dirinya kepada Stella. Dengan menahan malu dan marah, Aji meninggalkan ruang makan privat. Ia bahkan belum menyentuh makanannya. Berjalan dengan cepat ke mobilnya, Aji menutup pintu dengan keras. Ia berteriak kencang sambil memukul stir dengan keras melampiaskan kemarahan yang sejak tadi ia pendam. Aji akhirnya agak tenang setelah cukup lama m

  • Brondong Kampung Kaya Raya   Stella - Wanita Agresif

    Aji datang ke restoran yang Stella tentukan dengan pakaian santai. Celana panjang bahan dipadu dengan kaos yang ia tutup dengan jas. Rambut ikalnya ia tata rapi dengan pomade. Wajahnya segar walau mandi seadanya di kantor. Restoran yang Stella pesan adalah fine-dining restoran yang berada di sebuah hotel bintang lima. Ia berdiri di depan pintu karena tidak diijinkan masuk oleh pelayan. "Maaf tuan, memakai sandal dilarang masuk." Mendengar itu, Aji menunduk melihat kakinya. Benar saja, ternyata ia menggunakan sandal. Kebiasaannya di kampung yang gemar memakai sandal terbawa sampai ke kota. Aji menelepon Stella memberitahu jika ia tidak bisa karena lupa memakai sepatu. Stella membuang nafas kasar tanpa menjawab. Wanita itu menutup teleponnya, tak lama setelah itu ia muncul di pintu masuk.Ia bicara pada pelayan yang menjaga pintu dan memasukkan beberapa lembar uang merah ke saku jas pelayan itu. Senyum setelah mengembang mengulurkan tangan, menyambut Aji yang sudah boleh masu

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status