Share

Bab 13

Author: Daniza
Stuart terhuyung dan langsung berlari memeluk wanita itu. "Jangan tinggalkan aku, kumohon ...."

"Kak Stuart, mana mungkin aku ninggalin kamu?" Suara Winter seolah-olah menyiramkan air es ke seluruh tubuhnya. "Bibi bilang kamu ngurung diri di kamar, aku benar-benar khawatir ... ah!"

Sebelum kalimatnya selesai, Stuart sudah mencengkeram lehernya. Tatapannya yang buas seperti ingin melucuti kulit dan meremukkan tulangnya.

"Kamu masih berani datang ke sini! Kamu yang bilang ke Kate, makanya dia tahu, 'kan?"

Ibu Stuart buru-buru masuk dan menarik tangan Stuart dengan panik. "Lepaskan! Dia sedang mengandung anakmu!"

Stuart tidak melepaskan cengkeramannya. Ibu Stuart semakin panik. "Kalaupun Winter mati, apa Kate bakal balik?"

Satu kalimat itu langsung menguras habis tenaga Stuart. Dia pun melepaskan cengkeramannya.

Winter yang ketakutan pun terjatuh lemas ke lantai dan terengah-engah. "Kak Stuart, percayalah padaku. Aku benaran nggak bilang apa-apa..."

"Aku tahu hatimu cuma buat Kak Kate. Bisa mengandung anakmu saja aku sudah bersyukur. Aku nggak pernah berharap lebih."

"Kasih aku ponselmu." Winter menangis sambil menyerahkan ponselnya tanpa ragu sedikit pun.

Sebelum datang, dia sudah menghapus kontak Kate dan semua riwayat percakapan.

"Aku nggak pernah berniat bersaing dengan Kak Kate. Aku ...."

"Keluar dari sini."

Ibu Stuart tak tahan lagi.

"Kate pergi karena keputusannya sendiri! Sudah cukup gilanya! Winter nggak kalah dari dia. Untuk sementara biar Winter tinggal di rumahku. Nanti kalau kamu sudah sadar, nikahi dia secara resmi. Anak ini nggak boleh jadi anak haram!"

"Keluar semuanya! Jangan kotori rumah kami!"

Ibu Stuart marah besar, menarik Winter keluar dari rumah. Winter sempat menoleh sekali lagi. Tampak Stuart duduk kembali di depan meja sambil menatap lembaran USG dan kotak kenangan kecil itu. Sudut bibir Winter sedikit terangkat.

Lima tahun pernikahan, dua nyawa, satu luka dalam. Utang Stuart tak terbayarkan. Mustahil Kate akan kembali.

Sementara itu, dia punya dukungan Ibu Stuart. Cepat atau lambat, posisi istri Stuart akan menjadi miliknya.

Rumah kembali sunyi. Stuart mengambil ponselnya dengan kaku, mengirim pesan kepada Kate entah untuk keberapa kalinya.

[ Sayang, tolong kembali dan lihat aku sekali saja. Aku nggak bisa tanpamu. Anggap saja kamu kasihan sama aku. ]

Pesan itu kembali tenggelam tanpa balasan. Stuart benar-benar runtuh.

"Sayang, aku sadar aku salah. Satu-satunya yang kucintai cuma kamu."

"Aku nggak mau anak, aku cuma mau kamu."

"Kumohon ... asal kamu nggak tinggalin aku. Kamu boleh marahi aku, pukul aku ...."

Dia terus mengulangi kata-kata itu, sampai akhirnya hanya isakan putus asa yang tersisa. Namun, tidak ada permohonan maaf yang didapatkannya, bahkan Kate sama sekali tidak mendengarnya.

Dua hari berlalu, masih tidak ada kabar dari Kate. Namun, pesan dari Winter terus berdatangan.

[ Kak Stuart, Bibi merawatku dan bayi kita dengan sangat baik. Kamu nggak perlu khawatir. ]

[ Aku dan bayi kita kangen kamu. Kamu mau kita kasih nama apa buat bayi kita? ]

[ Aku tahu kamu pilih aku karena wajahku mirip Kak Kate. Sekarang dia nggak ada, kamu bisa anggap aku sebagai dia. Aku nggak keberatan kok. ]

....

Salah satunya adalah pesan dari ibu Stuart.

[ Malam ini aku adakan jamuan kecil di rumah. Mau kenalin Winter ke kerabat. Kalau kamu sudah berpikir jernih, datanglah. ]

Mata Stuart memerah. Dia tidak akan membiarkan siapa pun menggantikan Kate, meskipun hanya bayangannya.

Dengan hati-hati, Stuart meletakkan lembaran USG itu, lalu berkemudi ke rumah keluarganya.

"Stuart, Ibu tahu kamu pasti sadar." Begitu masuk rumah, ibu Stuart langsung menyambut dengan gembira. "Nanti kalau kerabat sudah datang, kamu dan Winter sambut mereka sama-sama ya."

Stuart tersenyum tipis, lalu menyerahkan ponselnya. "Ibu, aku bawa hadiah buatmu."

Ibu Stuart menunduk melihat layar. Sekilas pandang saja membuatnya terjun ke dalam jurang kegelapan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 29

    Tidak mungkin seperti yang dia pikirkan, 'kan? Namun, kenyataannya memang begitu.Kate bahkan sulit membayangkan bagaimana mungkin Adam, pria pendiam dan lembut seperti itu, bisa membuat begitu banyak rencana hanya untuk menggodanya agar dia berselingkuh.Dia membalik halaman, tidak tahu harus tertawa atau menangis, sampai pandangannya tertuju pada satu kalimat.[ Lebih baik jangan, dia pasti akan sedih. ]Jantung Kate berhenti berdetak untuk sedetik."Sejujurnya, waktu aku pertama kali lihat semua ini, aku bahkan lebih kaget dari kamu," ujar Flora sambil mengangkat bahu. "Orang bisa kelihatan baik, tapi siapa tahu dalamnya kayak gimana. Keluargaku sampai curiga dia punya kelainan ...."Kate tertawa."Tapi aku juga tahu, dia sudah jatuh cinta, bahkan selama 12 tahun. Kami sebenarnya sudah coba segala cara, tapi tekadnya terlalu kuat.""Maaf ya, Kate. Waktu pagi itu aku telepon dia, aku benar-benar nggak tahu kamu ada sama dia.""Aku juga minta maaf karena adikku kayak gitu. Kalau bisa,

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 28

    Satu kalimat ringan itu justru membuat mata Stuart memerah."Kita sudah bersama begitu lama, masa kamu nggak bisa maafin aku sekali saja?""Bisa kok, aku maafin kamu."Stuart tertegun, tak menyangka dia akan berkata begitu. Matanya langsung berbinar."Asal kamu juga bisa terima kalau aku nanti juga cari pria lain. Waktu aku sama kamu, aku akan kirim pesan ke dia, terus like postingannya.""Aku akan temani dia semalaman pas kamu tidur. Bahkan, mungkin aku akan hamil anak dia, terus minta kamu bantu besarkan."Setiap kata yang keluar dari mulut Kate membuat wajah Stuart semakin pucat. Baru mendengarnya saja, Stuart sudah nyaris hancur."Kamu bisa terima?"Stuart langsung menggeleng."Kate, aku nggak sanggup ....""Makanya, kamu juga nggak layak minta dimaafkan. Kalau kamu mau aku mencintaimu, kamu juga harus balas dengan kesetiaan yang sama. Kalau nggak, kamu nggak pantas."Kate menatapnya dingin saat Stuart mulai menangis tersedu-sedu."Stuart, kamu gagal jadi suami, gagal jadi ayah. Sat

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 27

    Kate menggigit pelan bibirnya. Pintu lift terbuka. Adam berjalan keluar beberapa langkah, lalu menoleh meliriknya. "Kenapa?"Kate menyimpan ponselnya dan menyusul. Kamar mereka berhadapan langsung. Kate membuka pintu, tetapi tidak langsung masuk."Adam.""Mau masuk sebentar?"Kate berbalik. "Maksudku, gimana kalau kita coba dulu?"Adam sempat bengong. Di saat Kate mulai tenang dan hendak menarik ucapannya, Adam segera mendahuluinya."Aku mau."Adam melangkah cepat, menutup pintu, dan menahan tubuh Kate di dinding. Adam yang selalu dikenal tenang dan terkendali, malah memperlihatkan tatapan yang membara."Mau lanjut, Kate?" Suaranya serak dan dalam, membuat telinga Kate memerah.Kate gugup, tetapi dia tidak ragu. "Mau ...."Adam terkekeh-kekeh, lalu memegang wajahnya dan menciumnya. Ciuman itu awalnya lembut, tetapi berubah menjadi dalam dan penuh gairah. Segalanya pun lepas kendali.Keesokan pagi, Kate terbangun karena dering ponsel Adam. Adam yang masih setengah sadar pun mengangkatnya

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 26

    "Aku nggak mau karena ... aku jijik padamu."Stuart terbangun seketika, lalu panik berlari ke kamar mandi, membersihkan tubuhnya berulang kali. Dia hampir saja mengelupas kulitnya sendiri. Matanya dipenuhi urat merah, mulutnya terus bergumam."Sayang, aku sudah bersih sekarang. Aku nggak kotor lagi, aku nggak menjijikkan lagi .... Makanan yang aku makan juga sudah kumuntahkan, kamu jangan jijik sama aku ya? Aku akan suruh mereka pergi, nggak akan ada yang datang lagi."Setelah hampir setengah jam, Stuart akhirnya keluar. Melihat kondisinya, ibu Stuart hendak masuk, tetapi langsung dihalangi olehnya."Jangan masuk. Kate nggak suka kamu. Aku harus jaga semua barang-barangnya di sini. Aku nggak bisa buat dia marah lagi."Ibu Stuart hanya bisa duduk di depan pintu, hatinya penuh keputusasaan."Kalau aku nggak bisa menghentikanmu, biar aku temani kamu di sini. Aku nggak sanggup melihat situasimu. Stuart, aku lebih baik mati daripada melihatmu begini. Sebenarnya, harus kayak gimana biar kamu

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 25

    "Kamu sepertinya lupa, aku sudah pernah kasih kamu banyak kesempatan. Tapi, kamu sendiri yang nggak becus, sekali pun nggak bisa kamu manfaatkan dengan baik."Suara Stuart bergetar. "Sayang, aku benar-benar sadar aku salah ....""Terus kenapa?" Kate terkekeh-kekeh. "Kamu bisa hidupkan dua anak kita kembali? Atau kamu bisa buat kejadian kamu tidur dengan Winter seolah-olah nggak pernah terjadi?""Sejak aku pergi, aku nggak pernah berniat balik lagi. Stuart, aku jijik sama kamu."Kate menoleh ke arah ibu Stuart. "Waktu lima menit sudah habis. Maaf, aku harus pergi.""Jangan ... jangan, Sayang. Kita sudah bersama begitu lama, kamu nggak bisa ...."Kate melangkah keluar pintu. Suara tangisan memohon itu tertinggal sepenuhnya di belakangnya.Ibu Stuart menghela napas berat. "Stuart, dia sudah pergi."Ucapan itu seperti vonis mati bagi Stuart. Tatapannya langsung kosong. Saat berikutnya, dia sontak berlari ke arah pintu. Jarum infus tercabut, darah memercik, tetapi dia seperti tak merasakan s

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 24

    Suara di ujung telepon sangat sunyi.Stuart semakin terdengar hati-hati dan rendah diri. "Aku tahu aku salah. Aku seharusnya nggak menipumu. Aku dan Winter sudah nggak ada hubungan apa-apa dan anak itu juga sudah tiada.""Sayang, aku mohon, tolong maafkan aku kali ini. Aku benar-benar nggak bisa hidup tanpa kamu. Selama kamu mau balik, aku akan melakukan apa saja."Tak ada respons dari seberang."Sayang, jangan ...." Suara Stuart mulai bergetar. Namun, sebelum kalimatnya selesai, panggilan sudah terputus.Dengan panik, Stuart buru-buru mencoba menelepon ulang. Namun, ternyata nomornya sudah diblokir. Keputusasaan yang begitu mendalam menyelimuti dirinya, membuatnya sulit bernapas.Tepat saat itu, panggilan dari ibunya masuk."Ibu, bisa tolong bantu cari dia? Aku benar-benar kangen banget sama dia. Dia sudah nggak mau angkat teleponku."Ibu Stuart merasa getir. Selama ini, anaknya begitu berwibawa. Kalau bukan karena putus asa, dia tidak mungkin memohon seperti ini padanya."Gimana kala

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status