Share

Bab 12

Author: Daniza
"Nggak mungkin, Kate nggak mungkin memperlakukanku seperti ini." Stuart bergumam pada diri sendiri.Kate punya hati yang begitu lembut, mana mungkin dia sampai sekejam itu terhadapnya? Dia bahkan tak berani membayangkan, sebenarnya dokumen apa yang diberikan Kate kemarin pagi untuk ditandatangani?

Stuart yang masih menolak percaya akhirnya menelepon dokter kandungan utama Kate.

"Bapak nggak tahu? Istri Bapak kemarin pagi datang sendiri untuk menjalani prosedur aborsi."

Mata Stuart memerah, suaranya serak. "Lalu, dia ... dia ada bilang sesuatu nggak?"

"Nggak banyak bicara. Sebelum prosedur, Bu Kate cuma tanya janinnya akan merasa sakit nggak?"

Dokter sempat ragu sejenak, lalu meneruskan, "Sepertinya Bu Kate nggak tahu keguguran sebelumnya disebabkan oleh obat tradisional yang salah."

Stuart terjatuh di kursinya, lidahnya terasa pahit.

Di sampingnya, wajah ibunya tampak sangat suram. "Istri macam apa yang kamu nikahi? Itu anak keluarga kita! Berani-beraninya dia menggugurkannya! Stuart! Kalau dia nggak mau anak itu, itu artinya Winter ...."

Sebelum kalimatnya selesai, dia bertemu tatapan Stuart yang penuh kebencian dan kemarahan. "Ka ... kamu membenciku?"

"Apa itu salah?"

Dia benci ibunya, dia benci Winter, tetapi yang paling dia benci adalah dirinya sendiri.

Mata ibu Stuart memerah. Dia tak bisa menerima semuanya. "Kamu nggak punya hak membenciku! Aku yang melahirkan dan membesarkanmu. Winter juga kamu sendiri yang terima! Kamu mau menyakiti anaknya? Silakan! Tapi, jangan panggil aku Ibu lagi!"

Setelah berkata begitu, dia langsung pergi. Stuart duduk terpaku cukup lama sebelum akhirnya meminta orang untuk mengambil rekaman CCTV dari rumah sakit.

Begitu video dikirim, dia butuh beberapa menit untuk menguatkan diri sebelum memutarnya. Tubuhnya mendadak gemetar hebat.

Dalam rekaman itu terlihat Kate dan dirinya sendiri. Kemarin sore, dia menemani Winter yang mengeluh perutnya sakit ke rumah sakit.

Waktu itu, dia berkata kepada Winter, "Aku nggak akan biarin kamu dan bayi ini kenapa-napa."

Saat itu, Kate ada di sana dan menyaksikan semuanya. Dia baru saja kehilangan bayinya sendiri.

Mata Stuart merah padam, tenggorokannya mengeluarkan suara terisak yang tertahan.

Dia memutar ulang video itu berulang kali. Jarinya menyentuh layar, mengikuti sosok Kate yang berdiri lemah di dekat jendela agar bisa tetap berdiri tegak. Hatinya sangat sakit.

Saat Kate butuh dirinya, dia tidak pernah ada. Dia pernah bersumpah akan melindunginya seumur hidup, tetapi yang menyakitinya selalu dia sendiri.

Di video itu, Kate mengeluarkan ponsel. Stuart buru-buru membuka pesan dari Kate. Jamnya sama.

[ Kejutan dariku sudah siap. ]

Ternyata, lembaran USG itu bukan kejutannya. Momen ini barulah kejutannya.

Video hampir selesai, Stuart baru rela melepaskan pandangannya.

"Sudah ketemu belum? Kate ke mana?"

Di telepon, asisten menjawab dengan hati-hati, "Setelah mendarat di Andara, Bu Kate langsung membeli tiket ke beberapa negara. Untuk saat ini, lokasi pastinya masih belum bisa kami lacak."

Stuart hampir menjatuhkan ponselnya. Tujuan Kate sangat jelas, yaitu tidak ingin ditemukan. Dia ingin mengakhiri segalanya.

Namun, Stuart tidak bisa merelakan. Banyak kenangan indah di antara mereka, bagaimana mungkin dia sanggup melepaskannya?

"Sayang, tolong maafkan aku sekali lagi. Aku janji, aku nggak akan buat kamu kecewa lagi," gumam Stuart.

Di internet, semua sudah meledak. Skandal perselingkuhannya viral, para netizen menghujatnya. Produk-produk milik perusahaan Stuart pun diboikot habis-habisan.

Namun, Stuart tetap tinggal di kamar bayi dan terus menggenggam ponsel. Dia tahu panggilan itu tidak akan dijawab, tetapi dia tetap menghubungi nomor itu berkali-kali.

Dia juga terus mengirim pesan-pesan memohon, tetapi tidak ada balasan apa-apa. Kesedihan karena kehilangan Kate hampir membuatnya gila.

Klik! Pintu kamar terbuka. Stuart refleks menoleh dan melihat seorang wanita masuk.

Matanya akhirnya kembali dipenuhi cahaya. "Sayang, kamu pulang."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 29

    Tidak mungkin seperti yang dia pikirkan, 'kan? Namun, kenyataannya memang begitu.Kate bahkan sulit membayangkan bagaimana mungkin Adam, pria pendiam dan lembut seperti itu, bisa membuat begitu banyak rencana hanya untuk menggodanya agar dia berselingkuh.Dia membalik halaman, tidak tahu harus tertawa atau menangis, sampai pandangannya tertuju pada satu kalimat.[ Lebih baik jangan, dia pasti akan sedih. ]Jantung Kate berhenti berdetak untuk sedetik."Sejujurnya, waktu aku pertama kali lihat semua ini, aku bahkan lebih kaget dari kamu," ujar Flora sambil mengangkat bahu. "Orang bisa kelihatan baik, tapi siapa tahu dalamnya kayak gimana. Keluargaku sampai curiga dia punya kelainan ...."Kate tertawa."Tapi aku juga tahu, dia sudah jatuh cinta, bahkan selama 12 tahun. Kami sebenarnya sudah coba segala cara, tapi tekadnya terlalu kuat.""Maaf ya, Kate. Waktu pagi itu aku telepon dia, aku benar-benar nggak tahu kamu ada sama dia.""Aku juga minta maaf karena adikku kayak gitu. Kalau bisa,

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 28

    Satu kalimat ringan itu justru membuat mata Stuart memerah."Kita sudah bersama begitu lama, masa kamu nggak bisa maafin aku sekali saja?""Bisa kok, aku maafin kamu."Stuart tertegun, tak menyangka dia akan berkata begitu. Matanya langsung berbinar."Asal kamu juga bisa terima kalau aku nanti juga cari pria lain. Waktu aku sama kamu, aku akan kirim pesan ke dia, terus like postingannya.""Aku akan temani dia semalaman pas kamu tidur. Bahkan, mungkin aku akan hamil anak dia, terus minta kamu bantu besarkan."Setiap kata yang keluar dari mulut Kate membuat wajah Stuart semakin pucat. Baru mendengarnya saja, Stuart sudah nyaris hancur."Kamu bisa terima?"Stuart langsung menggeleng."Kate, aku nggak sanggup ....""Makanya, kamu juga nggak layak minta dimaafkan. Kalau kamu mau aku mencintaimu, kamu juga harus balas dengan kesetiaan yang sama. Kalau nggak, kamu nggak pantas."Kate menatapnya dingin saat Stuart mulai menangis tersedu-sedu."Stuart, kamu gagal jadi suami, gagal jadi ayah. Sat

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 27

    Kate menggigit pelan bibirnya. Pintu lift terbuka. Adam berjalan keluar beberapa langkah, lalu menoleh meliriknya. "Kenapa?"Kate menyimpan ponselnya dan menyusul. Kamar mereka berhadapan langsung. Kate membuka pintu, tetapi tidak langsung masuk."Adam.""Mau masuk sebentar?"Kate berbalik. "Maksudku, gimana kalau kita coba dulu?"Adam sempat bengong. Di saat Kate mulai tenang dan hendak menarik ucapannya, Adam segera mendahuluinya."Aku mau."Adam melangkah cepat, menutup pintu, dan menahan tubuh Kate di dinding. Adam yang selalu dikenal tenang dan terkendali, malah memperlihatkan tatapan yang membara."Mau lanjut, Kate?" Suaranya serak dan dalam, membuat telinga Kate memerah.Kate gugup, tetapi dia tidak ragu. "Mau ...."Adam terkekeh-kekeh, lalu memegang wajahnya dan menciumnya. Ciuman itu awalnya lembut, tetapi berubah menjadi dalam dan penuh gairah. Segalanya pun lepas kendali.Keesokan pagi, Kate terbangun karena dering ponsel Adam. Adam yang masih setengah sadar pun mengangkatnya

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 26

    "Aku nggak mau karena ... aku jijik padamu."Stuart terbangun seketika, lalu panik berlari ke kamar mandi, membersihkan tubuhnya berulang kali. Dia hampir saja mengelupas kulitnya sendiri. Matanya dipenuhi urat merah, mulutnya terus bergumam."Sayang, aku sudah bersih sekarang. Aku nggak kotor lagi, aku nggak menjijikkan lagi .... Makanan yang aku makan juga sudah kumuntahkan, kamu jangan jijik sama aku ya? Aku akan suruh mereka pergi, nggak akan ada yang datang lagi."Setelah hampir setengah jam, Stuart akhirnya keluar. Melihat kondisinya, ibu Stuart hendak masuk, tetapi langsung dihalangi olehnya."Jangan masuk. Kate nggak suka kamu. Aku harus jaga semua barang-barangnya di sini. Aku nggak bisa buat dia marah lagi."Ibu Stuart hanya bisa duduk di depan pintu, hatinya penuh keputusasaan."Kalau aku nggak bisa menghentikanmu, biar aku temani kamu di sini. Aku nggak sanggup melihat situasimu. Stuart, aku lebih baik mati daripada melihatmu begini. Sebenarnya, harus kayak gimana biar kamu

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 25

    "Kamu sepertinya lupa, aku sudah pernah kasih kamu banyak kesempatan. Tapi, kamu sendiri yang nggak becus, sekali pun nggak bisa kamu manfaatkan dengan baik."Suara Stuart bergetar. "Sayang, aku benar-benar sadar aku salah ....""Terus kenapa?" Kate terkekeh-kekeh. "Kamu bisa hidupkan dua anak kita kembali? Atau kamu bisa buat kejadian kamu tidur dengan Winter seolah-olah nggak pernah terjadi?""Sejak aku pergi, aku nggak pernah berniat balik lagi. Stuart, aku jijik sama kamu."Kate menoleh ke arah ibu Stuart. "Waktu lima menit sudah habis. Maaf, aku harus pergi.""Jangan ... jangan, Sayang. Kita sudah bersama begitu lama, kamu nggak bisa ...."Kate melangkah keluar pintu. Suara tangisan memohon itu tertinggal sepenuhnya di belakangnya.Ibu Stuart menghela napas berat. "Stuart, dia sudah pergi."Ucapan itu seperti vonis mati bagi Stuart. Tatapannya langsung kosong. Saat berikutnya, dia sontak berlari ke arah pintu. Jarum infus tercabut, darah memercik, tetapi dia seperti tak merasakan s

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 24

    Suara di ujung telepon sangat sunyi.Stuart semakin terdengar hati-hati dan rendah diri. "Aku tahu aku salah. Aku seharusnya nggak menipumu. Aku dan Winter sudah nggak ada hubungan apa-apa dan anak itu juga sudah tiada.""Sayang, aku mohon, tolong maafkan aku kali ini. Aku benar-benar nggak bisa hidup tanpa kamu. Selama kamu mau balik, aku akan melakukan apa saja."Tak ada respons dari seberang."Sayang, jangan ...." Suara Stuart mulai bergetar. Namun, sebelum kalimatnya selesai, panggilan sudah terputus.Dengan panik, Stuart buru-buru mencoba menelepon ulang. Namun, ternyata nomornya sudah diblokir. Keputusasaan yang begitu mendalam menyelimuti dirinya, membuatnya sulit bernapas.Tepat saat itu, panggilan dari ibunya masuk."Ibu, bisa tolong bantu cari dia? Aku benar-benar kangen banget sama dia. Dia sudah nggak mau angkat teleponku."Ibu Stuart merasa getir. Selama ini, anaknya begitu berwibawa. Kalau bukan karena putus asa, dia tidak mungkin memohon seperti ini padanya."Gimana kala

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status