Share

Bab 16

Author: Daniza
Tubuh Stuart tiba-tiba goyah, dia refleks melepaskan cengkeramannya. Darah segar mengalir dari kepalanya, membasahi setengah wajahnya hingga merah menyala.Winter ketakutan sampai kakinya melemas. Dia merangkak berusaha kabur, tetapi tubuhnya ditarik kembali.

Karena tidak bisa melarikan diri, Winter pun nekat. "Dua anak Kate mati gara-gara kamu, apa masih belum cukup? Sekarang kamu mau bunuh anak ketigamu juga?"

Stuart mematung, tubuhnya seolah-olah dipaku di tempat.

Winter pun berhenti berjuang, menegakkan kepala sambil tersenyum padanya. "Kenapa, Stuart? Kamu baru tahu menghargai setelah dia ninggalin kamu? Sayang banget, sudah terlambat."

Darah di kepala Stuart masih mengalir, kontras dengan wajahnya yang pucat pasi. Pemandangan ini terlihat menyeramkan. Pada akhirnya, dengan tatapan hampa, dia berjalan terhuyung-huyung ke luar.

Begitu Stuart keluar, Winter segera mengunci pintu dari dalam. Layar ponselnya menyala. Foto dirinya diusir oleh Ibu Stuart dan berita tentang hilangnya Kate sudah masuk trending topic. Jadi, Kate memang belum pulang.

Perut Winter mulai terasa sakit. Dia langsung menekan nomor darurat. Selama dia bisa melahirkan anak ini dengan selamat, dia masih punya peluang untuk menjadi nyonya kaya.

Di rumah keluarga Stuart, Stuart yang kembali langsung mengurung diri di kamar bayi. Hanya di tempat ini dia masih bisa merasakan jejak Kate, satu-satunya sisa kenangan yang dia punya.

Semua yang ada di dalam ruangan ini terus mengingatkannya bahwa dia yang membunuh anak mereka, dia yang menghancurkan cinta Kate.

Tetesan darah jatuh ke meja. Stuart panik, buru-buru mengusap dengan bajunya. Namun, darah terus menetes, semakin banyak, tak bisa dibersihkan. Dia semakin gelisah, semakin panik.

"Kate, aku mohon. Aku benar-benar nggak sanggup lagi. Aku sudah nggak tahan. Kasih aku satu kesempatan saja ya? Cuma satu ...."

Tubuh Stuart perlahan-lahan merosot, isak tangisnya membuat suaranya tak bisa keluar lagi. Yang ada di benaknya adalah potongan kenangan saat baru bersama Kate.

"Sayang, kenapa kamu gampang sekali dibujuk? Cuma sebungkus pangsit udang sudah senyum-senyum."

Kala itu, Kate tersenyum sambil menatapnya serius. "Aku gampang dibujuk karena aku masih cinta sama kamu. Tapi, kalau suatu hari aku nggak cinta lagi, mau kamu mati di depan mataku pun, aku nggak bakal peduli."

Sekarang ... itu benar-benar terjadi. Kate benar-benar pergi. Dan tidak akan pernah kembali lagi.

Ponsel tiba-tiba berbunyi. Panggilan dari Ken. Stuart tidak mengangkat.

Ponsel berdering lagi dan lagi, tetapi Stuart diam saja. Pada akhirnya, panggilan itu berhenti.

Namun, tak lama kemudian, suara ketukan terdengar di pintu. "Tuan Stuart, adik Nyonya Kate datang."

Stuart membersihkan meja dengan hati-hati, lalu menekan kepala berdarahnya agar tidak mengotori ruangan.

Begitu keluar ke ruang tamu, tampak Ken berdiri dengan mata merah menyala. Ken sontak menarik kerah baju Stuart. "Stuart! Mana kakakku? Apa maksudnya dia hilang? Kamu bawa dia ke mana?"

Stuart malah tersenyum. Ken marah hingga urat di lehernya menegang. "Jawab! Kalau kamu sakiti dia, aku bunuh kamu! Dengar nggak?"

"Dia sudah pergi." Stuart membuka paksa tangan Ken. "Kita ini dua orang sialan yang sama-sama ditinggal. Dia nggak mau aku, juga nggak mau kamu lagi."

"Omong kosong apa yang kamu katakan? Stuart, percaya atau nggak ...."

"Kamu nggak sadar dengan apa yang sudah kamu lakuin?"

Ken mendadak terdiam. Matanya membelalak. Tentu saja dia sadar. Namun, kakaknya sudah lima tahun gagal punya anak. Seiring berjalannya waktu, kemungkinan hamilnya pun semakin kecil.

Sebagai pria, apalagi dari keluarga sekelas keluarga Stuart, Stuart pasti butuh anak. Makanya, Ken berpikir kalau Winter melahirkan anaknya dan diberikan kepada Kate untuk dibesarkan, Kate tidak perlu lagi melewati proses bayi tabung yang menyakitkan.

Dulu, dia pikir itu solusi terbaik untuk semua orang. Namun, sekarang saat melihat ekspresi Stuart yang kacau ....

Stuart kembali tersenyum getir. "Sekarang kakakmu sudah tahu semua yang kamu lakukan."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 29

    Tidak mungkin seperti yang dia pikirkan, 'kan? Namun, kenyataannya memang begitu.Kate bahkan sulit membayangkan bagaimana mungkin Adam, pria pendiam dan lembut seperti itu, bisa membuat begitu banyak rencana hanya untuk menggodanya agar dia berselingkuh.Dia membalik halaman, tidak tahu harus tertawa atau menangis, sampai pandangannya tertuju pada satu kalimat.[ Lebih baik jangan, dia pasti akan sedih. ]Jantung Kate berhenti berdetak untuk sedetik."Sejujurnya, waktu aku pertama kali lihat semua ini, aku bahkan lebih kaget dari kamu," ujar Flora sambil mengangkat bahu. "Orang bisa kelihatan baik, tapi siapa tahu dalamnya kayak gimana. Keluargaku sampai curiga dia punya kelainan ...."Kate tertawa."Tapi aku juga tahu, dia sudah jatuh cinta, bahkan selama 12 tahun. Kami sebenarnya sudah coba segala cara, tapi tekadnya terlalu kuat.""Maaf ya, Kate. Waktu pagi itu aku telepon dia, aku benar-benar nggak tahu kamu ada sama dia.""Aku juga minta maaf karena adikku kayak gitu. Kalau bisa,

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 28

    Satu kalimat ringan itu justru membuat mata Stuart memerah."Kita sudah bersama begitu lama, masa kamu nggak bisa maafin aku sekali saja?""Bisa kok, aku maafin kamu."Stuart tertegun, tak menyangka dia akan berkata begitu. Matanya langsung berbinar."Asal kamu juga bisa terima kalau aku nanti juga cari pria lain. Waktu aku sama kamu, aku akan kirim pesan ke dia, terus like postingannya.""Aku akan temani dia semalaman pas kamu tidur. Bahkan, mungkin aku akan hamil anak dia, terus minta kamu bantu besarkan."Setiap kata yang keluar dari mulut Kate membuat wajah Stuart semakin pucat. Baru mendengarnya saja, Stuart sudah nyaris hancur."Kamu bisa terima?"Stuart langsung menggeleng."Kate, aku nggak sanggup ....""Makanya, kamu juga nggak layak minta dimaafkan. Kalau kamu mau aku mencintaimu, kamu juga harus balas dengan kesetiaan yang sama. Kalau nggak, kamu nggak pantas."Kate menatapnya dingin saat Stuart mulai menangis tersedu-sedu."Stuart, kamu gagal jadi suami, gagal jadi ayah. Sat

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 27

    Kate menggigit pelan bibirnya. Pintu lift terbuka. Adam berjalan keluar beberapa langkah, lalu menoleh meliriknya. "Kenapa?"Kate menyimpan ponselnya dan menyusul. Kamar mereka berhadapan langsung. Kate membuka pintu, tetapi tidak langsung masuk."Adam.""Mau masuk sebentar?"Kate berbalik. "Maksudku, gimana kalau kita coba dulu?"Adam sempat bengong. Di saat Kate mulai tenang dan hendak menarik ucapannya, Adam segera mendahuluinya."Aku mau."Adam melangkah cepat, menutup pintu, dan menahan tubuh Kate di dinding. Adam yang selalu dikenal tenang dan terkendali, malah memperlihatkan tatapan yang membara."Mau lanjut, Kate?" Suaranya serak dan dalam, membuat telinga Kate memerah.Kate gugup, tetapi dia tidak ragu. "Mau ...."Adam terkekeh-kekeh, lalu memegang wajahnya dan menciumnya. Ciuman itu awalnya lembut, tetapi berubah menjadi dalam dan penuh gairah. Segalanya pun lepas kendali.Keesokan pagi, Kate terbangun karena dering ponsel Adam. Adam yang masih setengah sadar pun mengangkatnya

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 26

    "Aku nggak mau karena ... aku jijik padamu."Stuart terbangun seketika, lalu panik berlari ke kamar mandi, membersihkan tubuhnya berulang kali. Dia hampir saja mengelupas kulitnya sendiri. Matanya dipenuhi urat merah, mulutnya terus bergumam."Sayang, aku sudah bersih sekarang. Aku nggak kotor lagi, aku nggak menjijikkan lagi .... Makanan yang aku makan juga sudah kumuntahkan, kamu jangan jijik sama aku ya? Aku akan suruh mereka pergi, nggak akan ada yang datang lagi."Setelah hampir setengah jam, Stuart akhirnya keluar. Melihat kondisinya, ibu Stuart hendak masuk, tetapi langsung dihalangi olehnya."Jangan masuk. Kate nggak suka kamu. Aku harus jaga semua barang-barangnya di sini. Aku nggak bisa buat dia marah lagi."Ibu Stuart hanya bisa duduk di depan pintu, hatinya penuh keputusasaan."Kalau aku nggak bisa menghentikanmu, biar aku temani kamu di sini. Aku nggak sanggup melihat situasimu. Stuart, aku lebih baik mati daripada melihatmu begini. Sebenarnya, harus kayak gimana biar kamu

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 25

    "Kamu sepertinya lupa, aku sudah pernah kasih kamu banyak kesempatan. Tapi, kamu sendiri yang nggak becus, sekali pun nggak bisa kamu manfaatkan dengan baik."Suara Stuart bergetar. "Sayang, aku benar-benar sadar aku salah ....""Terus kenapa?" Kate terkekeh-kekeh. "Kamu bisa hidupkan dua anak kita kembali? Atau kamu bisa buat kejadian kamu tidur dengan Winter seolah-olah nggak pernah terjadi?""Sejak aku pergi, aku nggak pernah berniat balik lagi. Stuart, aku jijik sama kamu."Kate menoleh ke arah ibu Stuart. "Waktu lima menit sudah habis. Maaf, aku harus pergi.""Jangan ... jangan, Sayang. Kita sudah bersama begitu lama, kamu nggak bisa ...."Kate melangkah keluar pintu. Suara tangisan memohon itu tertinggal sepenuhnya di belakangnya.Ibu Stuart menghela napas berat. "Stuart, dia sudah pergi."Ucapan itu seperti vonis mati bagi Stuart. Tatapannya langsung kosong. Saat berikutnya, dia sontak berlari ke arah pintu. Jarum infus tercabut, darah memercik, tetapi dia seperti tak merasakan s

  • Buah Cinta Pengkhianatan Suamiku   Bab 24

    Suara di ujung telepon sangat sunyi.Stuart semakin terdengar hati-hati dan rendah diri. "Aku tahu aku salah. Aku seharusnya nggak menipumu. Aku dan Winter sudah nggak ada hubungan apa-apa dan anak itu juga sudah tiada.""Sayang, aku mohon, tolong maafkan aku kali ini. Aku benar-benar nggak bisa hidup tanpa kamu. Selama kamu mau balik, aku akan melakukan apa saja."Tak ada respons dari seberang."Sayang, jangan ...." Suara Stuart mulai bergetar. Namun, sebelum kalimatnya selesai, panggilan sudah terputus.Dengan panik, Stuart buru-buru mencoba menelepon ulang. Namun, ternyata nomornya sudah diblokir. Keputusasaan yang begitu mendalam menyelimuti dirinya, membuatnya sulit bernapas.Tepat saat itu, panggilan dari ibunya masuk."Ibu, bisa tolong bantu cari dia? Aku benar-benar kangen banget sama dia. Dia sudah nggak mau angkat teleponku."Ibu Stuart merasa getir. Selama ini, anaknya begitu berwibawa. Kalau bukan karena putus asa, dia tidak mungkin memohon seperti ini padanya."Gimana kala

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status