Compartilhar

Bab 3

Autor: Mita Yoo
last update Última atualização: 2025-12-12 08:03:32

“Yang Mulia, dia hanya budak bodoh,” kata Count Vladimir.

Tatapan kaisar tajam. “Kau pikir aku tidak mengenalimu? Count Vladimir yang hobi berjudi dan main wanita? Kau harus membayar denda atas perbuatanmu.”

Kaisar Xylas menatap pengawalnya, memberi isyarat untuk membawa Lysandra. Pengawalnya segera menuntun Lysandra ke gerbong kereta kuda

Count Vladimir langsung membeku. Senyum liciknya lenyap, digantikan wajah pucat seperti mayat. “Y-Yang Mulia, ini hanya kesalahpahaman—”

“Seratus keping emas,” potong Kaisar Xylas, suaranya datar tetapi tajam seperti pisau. “Atau kau bisa menghabiskan enam bulan di penjara bawah tanah. Pilih.”

Count itu gemetar. Seratus keping emas itu jumlah yang gila! Namun melawan Kaisar? Sama saja bunuh diri.

“Dengar baik-baik, semua yang hadir di sini,” kata Kaisar, suaranya tiba-tiba mengeras, di antara keheningan udara malam itu. “Perjudian ilegal, perbudakan paksa, mempermainkan hukum ... ini bukan bagaimana Kekaisaranku bekerja.”

Dia memandang sekeliling. Setiap orang yang ditatapnya menunduk, takut.

Lalu, tatapan abu-abu itu kembali ke arah Lysandra.

“Dan budak ini,” ucapnya, “tidak lagi menjadi taruhan kalian.”

Dia memberi isyarat halus dengan tangan. Dua pengawalnya sendiri, berbaju zirah hitam dengan lambang elang perak langsung melangkah maju. Mereka tidak kasar, tetapi sangat tegas. Mereka melepaskan cengkeraman pengawal Count padanya dengan gerakan singkat yang menunjukkan siapa yang berkuasa.

“Sembunyikan budak ini di gerbong ketiga,” perintah Kaisar pada pengawalnya, tanpa ekspresi. “Dia akan bekerja membersihkan istana.”

Salah satu pengawal mengangguk, lalu menuntun Lysandra dengan lembut ke arah gerbong kereta barang di belakang. Kakinya terasa lemas, hampir roboh. Namun rasa lega yang mendadak membuatnya hampir menangis.

‘Selamat. Aku selamat dari mansion Count Vladimir,’ batinnya.

Namun kemudian, dia ditampar kenyataan yang lain.

Dia baru saja berpindah tangan. Dari seorang penjudi kejam ke ... Kaisar Xylas sendiri. Sang Tiran. Penguasa yang namanya dulu digunakan untuk menakut-nakuti anak kecil di kerajaan Utara, tempatnya berasal.

Pengawal itu membukakan pintu gerbong kayu yang sederhana. Di dalamnya gelap, hanya ada jerami dan bau besi tua.

“Masuk,” kata pengawal itu, suaranya datar.

Lysandra memandangnya, lalu menoleh sebentar ke arah Kaisar. Dia sedang berbicara singkat dengan seorang ajudannya, sudah tidak mempedulikan Lysandra. Seolah-olah dia hanyalah barang yang baru saja dia miliki, tidak lebih penting dari sekarung gandum.

Dengan hati berat, Lysandra memasuki gerbong. Pintu ditutup dari luar, dan aku mendengar bunyi gembok.

Dikunci.

Lysandra merosot di atas jerami, tubuhnya masih gemetar hebat. Dari celah-celah kayu, dia melihat sedikit ke luar. Count Vladimir terduduk lemas, dikelilingi pengawal kerajaan yang mencatat sesuatu. Dorian sudah kabur entah ke mana.

Dan Kaisar Xylas sudah naik ke kudanya yang hitam besar. Wajahnya tampak dingin diterangi cahaya bulan, seperti patung yang terbuat dari es dan batu.

Dia tidak melirik ke gerbong sama sekali.

Kereta mulai bergerak. Lysandra memeluk lututnya, mencoba memahami apa yang baru saja terjadi. Dia sekarang milik Kaisar.

Dia akan dibawa ke istananya, ke jantung kekuatan musuh bebuyutan kerajaannya.

Namun setidaknya, dia tidak akan menjadi mainan Count Vladimir malam itu.

“Apa aku … akan mati dua kali?”

Perjalanan berlangsung beberapa jam. Lysandra hampir tertidur karena kelelahan, ketika gerbong tiba-tiba berhenti dengan kasar. Suara prajurit, perintah singkat, dan gemerincing senjata terdengar.

Lalu, pintu gerbong dibuka.

Kaisar Xylas berdiri di luar gerbong. Tangannya yang terbungkus sarung tangan kulit hitam terulur ke arahnya.

“Turun.” Suaranya datar. Tidak ada nada kasar, tetapi juga tidak ada belas kasihan.

Lysandra melangkah turun, kakinya yang tanpa alas menyentuh batu jalanan dari bebatuan yang tersusun rapi. Lysandra menunduk, tak berani menatap mata Kaisar secara langsung. Wajahnya pasti masih kotor, rambutnya kusut, dan pakaiannya compang-camping. Dia merasa sangat kecil di hadapan Kaisar.

Kaisar Xylas terdiam sejenak sebelum bertanya, “Siapa namamu?”

Lysandra membungkuk lebih dalam. “Mereka memanggil hamba Rambut Cokelat, Yang Mulia.”

Kaisar mengeluarkan suara pendek, seperti hembusan napas yang menggeram. “Itu bukan nama. Itu ejekan.”

Dia berhenti sejenak lalu melanjutkan, suaranya tetap datar. “Kau akan dipanggil Lyra. Itu nama barumu sekarang.”

Lyra. Nama yang pendek namun terdengar mirip dengan Lysandra. Kaisar memberinya nama. Sebuah identitas yang dia ciptakan untuk Lysandra.

“Dan kau akan menjadi budak pribadiku.”

Lysandra membeku. Jantungnya berdebar kencang. Budak pribadi? Apa artinya? Lebih baik atau lebih buruk dari sekadar budak kebun atau petugas kebersihan di kamar tidur?

“Apakah ... budak pribadi sama dengan pelayan pribadi, Yang Mulia?” Tanpa disadari, bisikan itu meluncur dari bibirnya. Lysandra seketika ketakutan dan bingung. Begitu kata-kata itu keluar, dia langsung menyesal.

‘Aku berani bertanya? Kepada Kaisar?’ dia merutuk dalam hati.

Namun Kaisar tidak marah.

Dia justru mendekatkan wajahnya, cukup dekat sehingga Lysandra bisa melihat bayangan bulu matanya yang hitam dan kelabu matanya yang tajam.

“Tidak,” jawabnya, suaranya rendah hingga hampir seperti bisikan, tetapi setiap katanya jelas. "Pelayan pribadi melayani. Mereka menyajikan teh, merapikan kamar, menjalankan perintah."

Kaisar memberi jeda, memastikan Lysandra mendengarkan.

“Budak pribadi ... adalah milik. Sepenuhnya. Tidak hanya tangannya yang bekerja, tapi hidupnya, napasnya, waktunya, adalah milik tuannya. Kau akan ada di dekatku. Kau akan melihat apa yang kulihat. Kau akan mendengar apa yang kudengar.”

Kaisar kembali menambahkan, “Dan kau tidak punya hak bicara. Kecuali aku bertanya."

Lysandra menggigil. Tugas itu lebih dari yang dia takutkan. Dia tidak hanya menginginkan tenaganya. Dia menginginkan ... kehadirannya.

Seorang pelayan tua mendekat dan membungkuk. “Yang Mulia, kamar untuk ... Lyra sudah disiapkan di sayap barat, dekat dengan kamar pelayan—”

“Tidak,” potong Kaisar, tanpa menoleh. “Sediakan kamar kecil di koridor utara. Yang dekat dengan perpustakaan pribadiku.”

***

Continue a ler este livro gratuitamente
Escaneie o código para baixar o App

Último capítulo

  • Budak Kesayangan Sang Tiran   Bab 13

    Kaisar lalu melangkah pergi, meninggalkan Lysandra sendiri. Lysandra masih terdiam sebelum meninggalkan ruangan itu.Saat dia melangkah pelan menuju kamarnya, tiba-tiba saja dia tergerak untuk melihat ke jendela atas istana. Ada bayangan seorang pria tinggi berdiri di sana.Kaisar Xylas.Dia sedang menunggu.Lysandra mengepalkan tangan, lalu memutuskan untuk berbalik dan berjalan menuju kamarnya. Dia tidak pergi ke taman.Lysandra memilih untuk tidak memenuhi panggilan Lord Verian. Namun, saat dia melewati koridor yang sepi, tiba-tiba ada tangan yang menariknya ke dalam ceruk gelap!Sebuah tangan menutup mulutnya.“Jangan bersuara,” bisik suara yang sangat dikenalnya berdasarkan ingatan masa lalunya.Suara Lord Verian.Dia masuk ke dalam istana!“Mereka tidak akan peduli jika aku membunuh seorang budak, ‘kan? Kau benar-benar membuatku tertarik,

  • Budak Kesayangan Sang Tiran   Bab 12

    Kaisar melepaskan tangan Lysandra dan berbalik, lalu kembali ke percakapan dengan utusan kerajaan lain. Seolah-olah tidak ada yang terjadi sebelumnya.Lysandra berdiri di sana selama beberapa detik, masih terpaku. Namun perintahnya jelas. Lysandra mengangguk pelan pada diri sendiri, lalu mulai berjalan membawa nampan minuman, kali ini dengan kepala sedikit lebih tegak.Namun di dalam hatinya bergejolak. Kaisar baru saja melindunginya dengan terang-terangan. Dia menjadikannya titik pusat perhatian.‘Kenapa dia melakukan itu? Untuk menunjukkan kekuasaannya? Atau … untuk memberiku kesempatan lebih baik untuk mendengarkan, karena sekarang orang-orang akan membicarakan aku, dan mungkin akan membicarakan hal lain dengan lebih bebas karena menganggapku tidak penting?’ pikirnya.Sepanjang acara, Lysandra berkeliling. Beberapa bangsawan meliriknya dengan penasaran. Beberapa lainnya, terutama teman Inggrid, memandangnya dengan tatapan pe

  • Budak Kesayangan Sang Tiran   Bab 11

    Esok harinya, Lysandra dipanggil ke ruang kerja Kaisar Xylas. Ruangan itu berukuran lebih kecil dibanding perpustakaan pribadinya. Kaisar tidak sendirian di sana. Seorang pria dengan jubah kelabu dan mata yang sangat waspada, berdiri di sampingnya. Dia adalah kepala mata-mata Kekaisaran Barat. “Lyra, ini Arion. Dia akan mengajarimu dasar-dasar,” kata Kaisar. “Cara mendengarkan tanpa terlihat mendengarkan. Cara mengingat percakapan. Cara mengenali pembohong.” Arion mengangguk, matanya yang tajam menatap Lysandra dari ujung kepala hingga kaki. “Kita mulai dengan tamu pertama. Utusan dari Kerajaan Utara,” ujarnya, sengaja menekankan kata itu. Kaisar meneruskan sambil mengamati reaksi Lysandra. “Dia akan tiba besok. Kau akan bertugas sebagai pelayan yang menyajikan minuman. Catat segalanya. Terutama,” dia melirik Arion, yang mengangguk pelan, “terutama jika dia menyebutkan nama Putri Lysandra yang hilang, a

  • Budak Kesayangan Sang Tiran   Bab 10

    Kaisar menoleh, separuh wajahnya masih dalam bayangan. “Kebenaran. Bukan sekaligus. Tapi sedikit demi sedikit. Dan kesetiaan. Kesetiaan mutlak sebagai seorang budak.”Kaisar kembali ke mejanya, menatap Lysandra dengan serius. “Aku tahu kau bukan budak biasa. Aku tahu kau mungkin menyembunyikan sesuatu. Rahasia yang besar.” Dia menunjuk liontin di tanganku.Kaisar mengambil napas dalam-dalam. “Jadi, ini tawaranku. Kau tetap menjadi Lyra, budak pribadiku. Kau akan melakukan tugas yang kuberikan, termasuk mengamati tamu-tamu. Tapi kau akan melakukannya untukku.”“Dan sebagai imbalan untuk hamba?” Lysandra bertanya, berusaha keras agar suaranya tidak gemetar.“Sebagai imbalan,” ucap Xylas, “aku akan melindungi rahasiamu. Aku akan memberimu pengetahuan, akses, dan kekuatan yang kau butuhkan untuk apa pun tujuan sejatimu di kerjaan ini. Entah itu balas dendam, atau mengambil kembali sesuatu yang hilang. Tugasmu sudah jelas di sini.”Jantung Lysandra kembali berdebar kencang. Kaisar menawark

  • Budak Kesayangan Sang Tiran   Bab 9

    Kaisar akhirnya benar-benar pergi, langkahnya menghilang di koridor. Lysandra menutup pintu, bersandar di baliknya, cangkir teh masih mengepul di tangannya. Kau mengingatkan aku dengan seseorang. Kata-kata Kaisar itu terus bergema di telinga Lysandra. ‘Siapakah orang yang dimaksud Kaisar? Apa hubungannya denganku? Atau ... apakah ini hanya akal-akalannya untuk membuatku lengah, untuk menjeratku dengan manipulasinya?’ pikir Lysandra. Lysandra mulai meminum tehnya. Rasanya hangat, menenangkan, tetapi juga pahit. Kaisar memberi pilihan yang sebenarnya bukan pilihan pada Lysandra. Menjadi matanya, atau menghadapi konsekuensi dari rahasia yang suatu saat bisa dia ungkap. Esok malamnya, ketukan di pintu kamarnya malam itu terdengar berbeda. Bukan ketukan pelayan yang terburu-buru, bukan pula ketukan pengawal yang tegas. Ini ketukan yang terukur, berat, dan penuh otoritas. Ketukannya hanya tiga kali, tetapi memenuhi seluruh ruangan kecil kamar Lysandra. Dan Lysandra sudah tahu siapa

  • Budak Kesayangan Sang Tiran   Bab 8

    “Lyra.”Suara Kaisar memecah lamunan Lysandra. Dia mengangkat wajah, berusaha mati-matian menjaga ekspresi agar tetap datar, namun dia tahu matanya pasti memancarkan gelombang kepanikan yang tak bisa sepenuhnya disembunyikan.“Ya, Yang Mulia?” suaranya serak.“Kau kenapa?” tanya Kaisar. Kalimatnya pendek, tetapi langsung ke sasaran. Matanya tak berkedip, menangkap setiap ekspresi di wajah Lysandra yang pucat.“Hamba … sakit perut, Yang Mulia,” gumam Lysandra, tangannya secara refleks menekan perut bawah. Dia membungkuk sedikit, berpura-pura kesakitan.“Tiba-tiba … mual.” Dia berharap alasan itu terdengar seperti masalah siklus bulanan pada perempuan, sesuatu yang memalukan dan tidak mungkin dibahas lebih lanjut oleh seorang pria, apalagi seorang Kaisar.Kaisar terdiam. Namun tatapannya tak pernah benar-benar beralih dari Lysandra.“Kembalilah ke kamarmu,” ucap Kaisar, suaranya kembali datar, netral.Tidak ada nada khawatir, tidak ada kemarahan. Hanya sebuah perintah. “Jangan keluar k

Mais capítulos
Explore e leia bons romances gratuitamente
Acesso gratuito a um vasto número de bons romances no app GoodNovel. Baixe os livros que você gosta e leia em qualquer lugar e a qualquer hora.
Leia livros gratuitamente no app
ESCANEIE O CÓDIGO PARA LER NO APP
DMCA.com Protection Status