Share

Bab 3. Donatur terbesar.

“Bu, ini nggak serius ‘kan??”

“Ibu serius, Nak. Sini dengar dulu. Ibu belum selesai.”

Kemilau menolak untuk melanjutkan pembicaraannya dengan ibu Sulis yang menurutnya sedikit gila. Perjodohan? Apa-apaan? Dia masih kuliah. Pacaran saja nggak mau, apalagi menikah.

“Ini nggak masuk akal, Bu. Aku nggak mau menikah!”

“Ini amanah orang yang sudah pergi duluan meninggalkan kita, Mil. Kalau nggak dilaksanakan, Ibu takut kualat.” Sulis berusaha membujuk.

“Tapi kenapa harus Mila, Bu? Kenapa nggak Gisel? Gisel jauh lebih cantik, barangkali putera pak Jordhy lebih tertarik. Lagian aku masih kecil, Bu. Pleaseee.” Mila tidak tau bagaimana lagi caranya untuk menolak. Dia memang beberapa kali mengobrol dengan pria tua bernama Jordhy Saskara itu, tapi rasanya tidak bisa dibilang sangat dekat sampai-sampai dia berniat menjadikan Kemilau sebagai menantunya. Tolong masuk akal lah sedikit.

“Ibu juga nggak tau, Mil. Permintaan ini sudah lama disampaikan almarhum ke Ibu. Beliau adalah donatur terbesar kita, Mil. Ibu pengen mewujudkan permintaan terakhir beliau. Lagian hidup kamu bisa lebih sejahtera kalau sudah menikah, Mil. Kamu mau jadi pengacara ‘kan? Barangkali suami kamu nanti bisa bantu wujudkan mimpi kamu.”

Kemilau memilih untuk masuk ke kamar dengan pembicaraan yang belum berakhir. Seketika otaknya buntu. Mimpi-mimpi yang selama ini dia punya seperti buyar begitu saja. Status ‘donatur terbesar’ itu membuat kepala Kemilau hampir pecah. Kalau bukan karena pria itu, mungkin dia dan adik-adiknya tidak akan bisa makan dan mengenyam pendidikan yang layak.

Kemilau tidak menyapa ibu Sulis selama dua hari gara-gara pembicaraan itu. Setelah pikirannya tenang, Mila memilih untuk meminta pendapat orang yang dia percaya.

“Dev, lo buru-buru pulang?” Sedetik setelah dosen mengucapkan salam penutup mata kuliah, Mila langsung memiringkan tubuhnya ke samping, ke arah Devara yang duduk di kursi sebelahnya.

“Enggak, Mil. Kenapa?”

“Kantin yuk? Gue mau cerita.”

Devara oke-oke aja. Dia malah senang berduaan dengan perempuan ini. Mereka membereskan buku serta peralatan menulis dan langsung cabut dari kelas. Berjalan beriringan menuju kantin yang ada di lantai dasar.

“Lo mau makan apa? Sekalian gue beliin.” Setelah memilih satu meja, mereka meletakkan barang. Lalu Mila menawarkan.

“Gue aja, Mil. Nggak enak dibeliin sama cewek.” Deva menolak dengan halus.

“Gue juga nggak enak lo traktir terus, Dev! Kali-kali gue yang bayar.”

“Udah, duduk.” Devara menyentuh kedua pundak Mila dan membuat perempuan itu terduduk di kursi. Ini yang Mila tidak suka dari Devara. Kenapa laki-laki ini berpikir kalau dia berkewajiban membayari Mila dan selalu mentraktir adik-adik panti asuhannya?

“Oke. Lo beli punya lo dulu aja, gue milih menu bentar.” Mila menunjuk buku menu.

“Chat gue kalau udah ada.”

Mila membentuk jari-jarinya menjadi huruf O. Setelah itu Deva meninggalkan meja, berjalan menuju satu stand. Lima menit kemudian, dia kembali ke meja, dia terkejut karena Mila sudah membeli makanannya sendiri. Kapan dia bergerak? Perasaan sejak tadi Deva mencuri pandang ke arah sini, Mila sama sekali tidak meninggalkan meja.

“Lo kok udah beli, Mil? Kan gue bilang chat gue aja.”

Mila memutar bola matanya. “Duduk, Dev. Gue mau cerita.” Malas juga meladeni sikap Deva yang terlalu berlebihan. Disedotnya jus mangga supaya kerongkongannya basah dan lancar dalam berbicara.

Devara duduk dengan hati yang sedikit tidak puas. Tapi ya sudahlah. Besok-besok dia tidak akan membiarkan Mila membeli makanannya sendiri. Deva lalu mengaduk sambal di dalam kuah bakso yang dia beli. Masih panas dan berasap. Mila juga mengaduk batagor di hadapannya.

“Kenapa, Mil?” Devara mendekatkan sesendok kuah baso ke dalam mulut dan menyeruputnya.

“Dev, gue dijodohkan.”

“Uhuk! Uhuk!!”

“Dev! Hati-hati!” Mila mengambil minuman Deva dan menyodorkannya kepada pria itu. Batuk Devara yang cukup kencang membuat pengunjung kantin sedikit memberi perhatian.

Deva meneguk habis air mineralnya. Matanya berkaca-kaca. Sial! Kuahnya terlalu pedas!

“Sori sori. Gimana … tadi? Uhuk! Lo dijodohkan?” Deva berusaha mengatur pernapasannya.

Kemilau mengangguk. “Gue nggak tau kenapa bu Sulis mau-mau aja menyetujui perjodohan itu.”

Mendengar ucapan Mila, membuat Deva sedikit lega. Berarti perempuan ini tidak ingin dijodohkan. Baik. Yang harus dia ketahui sekarang adalah, siapa orang yang dijodohkan dengannya.

“Memangnya siapa yang dijodohkan ke lo?”

“Putra salah seorang donatur panti, Dev. Almarhum pengusaha Jordhy Saskara. Lo tau nggak?”

Devara menggeleng. “Orang kaya ya?” tanyanya skeptis. Donatur sudah pasti orang kaya ‘kan? Pengusaha pula.

“Dia donatur pokoknya. Gue nggak tau sekaya apa, Dev. Gue harus gimana? Gue pacaran aja nggak kepikiran, apalagi nikah, Dev. Sama orang yang nggak gue kenal pula.” Mila menghentak sendoknya ke atas piring. Selera makannya benar-benar hilang.

Deva juga sama. Setelah keselek, dia urung melanjutkan memakan basonya.

“Lo udah bilang ke bu Sulis kalau lo nggak mau?”

“Udah. Tapi ibu bilang, kalau tanpa beliau, mungkin gue dan adik-adik gue nggak akan bisa sekolah sampai sekarang. Gue jadi terbeban, Dev.”

“Ya nggak bisa gitu juga dong. Seakan-akan bu Sulis lagi taruh semua beban itu di pundak lo. Lo harus nolak, Mil.”

Berbeda dengan Gisel. Malam harinya, Mila bercerita kepada sahabatnya itu. Kebetulan Gisel sedang off kerja di supermarket.

“Bagus dong, Mil! Kapan lagi lo bisa hidup enak? Mumpung masih muda.” Gisel malah memberi dukungan kepada Kemilau. Sahabat seumurannya itu sepertinya sudah sangat tau bagaimana kehidupan Mila setelah ayah ibunya meninggal.

“Tapi gue nggak kenal orangnya, Sel!”

“Sebelum nikah pasti kenalan dulu ‘kan?”

“Iya sih, tapi … ini perjodohan Gisel, barang kali lo belum paham. Nikah paksa! Mana ada dalam bucket list gue yang beginian. Gue masih mau ngejar cita-cita gue jadi pengacara.” Mila frustasi. Entah kenapa Gisel pun mendukungnya.

“Siapa tau suami lo bisa wujudin cita-cita lo?”

Kemilau pun semakin pusing karena Gisel malah sepemikiran degan ibu Sulis. Huftt!

***

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Teman pencerita
beratt beraattt mau ngejar cita2 jd gk bisaa
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status