Bab15
Lelaki itu hanya tersenyum kecil, ketika Khan Wilson menyapa nya. Dengan kedua tangan yang dia masukan ke saku celana, Joe menatap lekat wajah gugup Case.
"Tuan Joe, terimakasih telah menolong Case ...." Ucapan Khan Wilson, membuat hati Joe semakin panas.
"Ya ...." Dengan berat Joe menjawabnya. "Sudah menjadi kewajiban saya ...." Joe Wilianus melanjutkan ucapannya.
Khan Wilson yang semula tersenyum menjadi kaku, mendengar ucapan Joe. "Kewajiban?" Khan Wilson menuntut jawaban.
"Karena saya pelayan di rumah Tuan Joe, dan saya keluar rumah tanpa izin. Maafkan saya," timpal Case, menengahi obrolan mereka yang mulai tidak nyaman.
"Oh, iya ...." Khan Wilson merasa lega. "Tuan Joe, anda memang majikan yang baik," puji Khan Wilson dengan tulus.
Joe Wilianus tersenyum kecut. Hatinya kini begitu marah dan ingin sekali memarahi wanita yang kini menunduk di bawah sinar bulan itu.
"Case, ayo kuantar ke rumah sakit,
BWM16Bab16'Dia bahkan tidak mengucapkan terimakasih padaku, dasar sialan,' maki Joe dalam hati, sembari berjalan menaiki anak tangga dan masuk ke dalam kamarnya.Di dalam kamar, Joe Wilianus merebahkan dirinya yang teramat lelah.Flashback.Sepulang dari makan malam bersama Mary White, Joe mencari keberadaan Case Mowelas, untuk memberikannya sedikit uang.Karena berkat tanda tangan Case, Joe berhasil mencairkan sejumlah uang.Namun ketika lelaki itu membuka kamar Case. Kamar itu kosong, dengan jendela yang terbuka lebar. Lelaki itu masih berpikiran positif.Joe Wilianus keluar kamar Case, dan menanyakan keberadaan wanita itu pada Ibunya.Nyonya Sabhira tengah asik bersantai duduk menonton tivi. "Bu, dimana Case?" tanya Joe."Di dalam kamarnya mengurung diri, istri sialanmu itu terus merengek meminta izin ke rumah sakit malam-malam begini," adu sang Ibu pada Joe."Memangnya apa yang terjadi? Tidak biasanya
Bab17"Itu ...." Elvina menunjuk kaca jendela yang sedikit gemetaran."Tunggulah nona manis, cepat atau lambat, kami akan menangkapmu!" Joe melihat ke arah Elvina."Apa?" Elvina kebingungan, mendapati tatapan wajah kakaknya."Kamu ada masalah dengan siapa?" tanya Joe balik dengan suara bassnya."Masalah apa?" Lagi-lagi Elvina balik bertanya."Bodoh ...." suara Joe meninggi dengan keras, membuat Elvina dan nyonya Sabhira semakin terkejut mendengarnya."Joe, ada apa? Mengapa kamu membentak adik kamu seperti ini," tegur nyonya Sabhira, yang kebingungan melihat emosi anak lelakinya."Ibu bisa membaca ini ...." Joe menyerahkan pucukan surat itu kepada nyonya Sabhira.Wanita bertubuh tambun itu pun meraihnya. Seketika dia pun langsung terkejut, dengan mata melotot menatap anak perempuannya."Kau ada masalah apa dengan orang, Elvina? Kenapa kamu sampai mendapatkan teror semacam ini?" tanya nyonya Sabhira juga
Bab18'Memangnya apa salahku?' Gumamnya lagi sembari berjalan masuk ke dalam rumah."Ibu harus percaya kepadaku, bahwa aku tidak melakukan apapun dan aku tidak memiliki musuh sama sekali," ucap Elvina Wilianus meyakinkan nyonya Sabhira."Ya, ibu harap itu benar," jawab nyonya Sabhira, masih dengan perasaan gelisah.Joe Wilianus terdiam di dalam kamarnya, sembari mengingat kejadian malam tadi. Hatinya mulai diliputi rasa gelisah, mengingat kedua preman malam itu.________"Apa? Aluna Welas menghilang dari rumah sakit?" Angela sangat terkejut, mendengar informasi dari Keenan Bostilo."Ya, kami sudah mencari tahu. Tapi pihak rumah sakit tidak ada yang mau memberitahukan. Bahkan, anak buah Mantako Jordan, masih berjaga di dalam lingkungan rumah sakit. Jika mereka mencurigai kami, itu akan sangat berbahaya.""Bodoh! Lalu bagaimana? Kenapa kalian bisa kehilangan jejak begini?" bentak Angela frustasi."Kau terus memak
Bab19"Kau bahkan tidak tahu artinya sebuah penyesalan, ditinggalkan dan kehilangan semua harapan." Batin Wiliam.Lelaki itu duduk di depan meja kerjanya dan tercenung. Bayangan wajah Aluna Welas menari dipelupuk matanya.Wanita itu dulunya ceria, percaya diri dan penuh semangat. Bahkan dia selalu memberikan matahari pagi yang indah untuk Wiliam, dan malam yang hangat untuknya.Tetapi karena kabut dendam, Wiliam tidak bisa melihat ketulusan Aluna Welas. Hingga membuat wanita itu benar-benar hancur dalam pertahanannya.Puluhan tahun sudah Wiliam berusaha mencari keberadaannya. Dan kini, wanita kesayangannya itu, ditemukan dalam keadaan koma, bagaimana dia tidak syok dan sangat terpukul? Wiliam bahkan tidak kuasa memandangi wajah cantik Aluna, yang kini telah termakan usia."Maafkan aku, Aluna," desah Wiliam sambil terisak. Begitu banyak rasa penyesalan menggerogoti hatinya kini.Hingga panggilan telepon dari Mantako Jordan,
Bab20"Joe, apa-apaan kamu? Berani sekali kamu membentak keluargamu sendiri," bentak nyonya Sabhira dengan mata melotot."Iya nih, jangan-jangan, kakak sudah jatuh cinta lagi pada si Case.""Elvian ...." Joe sangat marah, mendengar ucapan Elvina.Elvina memutar bola matanya malas, melihat Joe yang nampak kesal padanya."Sudahlah, aku malas sekali sarapan pagi ini," desah Joe."Joe, kamu kekanak-kanakan sekali," ejek nyonya Sabhira."Kata-kata semacam itu, lebih tepatnya untuk Ibu dan Elvina," jawab Joe sembari bangkit dari duduknya.Di depan penggorengan, Case hanya bisa mendengarkan keributan mereka di ruang makan.Entah mengapa, semakin hari kehidupannya semakin kacau, di tambah sikap Joe yang semakin membuatnya gelisah."Dasar, semakin susah saja diatur. Dan semua ini, gara-gara wanita miskin itu," desis nyonya Sabhira."Usir saja wanita itu, Bu!" ucap Elvina, ketika Joe sudah memasuki kamarnya.
Bab21"Kamar ini kosong." Lelaki itu pun menyahut pelan. "Tuan saya akan menjemput anda sebentar lagi.""Kosong? Kalian jangan main-main ya," bentak Case dengan panik."Bersabarlah, sebentar lagi," pinta lelaki yang berdiri di depan pintu ruang rawat Aluna."No ...." Case berteriak. Dia penasaran sekali dengan kebenaran ucapan lelaki di depannya ini, bahwa sang Ibu tidak ada di dalam kamar."Case ...." Panggilan suara dari Khan Wilson mengejutkannya.Case menoleh ke belakang. "Tuan, mereka menghalangiku masuk," adu Case pada Khan Wilson, wanita itu berjalan cepat ke arah Khan.Namun kedua lelaki di belakangnya langsung menarik tangan Case, membuat Khan Wilson terkejut."Aakkkh, lepas," teriak Case, membuat orang-orang yang berada di rumah sakit terkejut."Bawa dia," titah lelaki satunya."Apa-apaan ini?" tanya Khan Wilson kebingungan. Namun lelaki bertubuh besar di depannya mengacungkan senjata api.
Bab22"Kau sudah pulang?" Nyonya Sabhira menegur Joe yang baru saja memasuki rumah."Ya." Joe menyahut datar."Kemana istrimu pergi? Dari siang hingga sekarang, dia juga belum kembali.""Memangnya Case kemana?" Joe meletakkan sepatunya, dan menggantinya dengan sendal rumahan."Ibu memintanya untuk membeli bahan dapur siang tadi."Joe melirik jam tangannya. "Jam sepuluh malam," lirih Joe."Apakah dia melarikan diri?""Tidak mungkin, dia bertahan di rumah ini demi pengobatan Ibunya dan juga pada mendiang kakek. Joe merasa sesuatu sedang tidak beres terjadi," kata lelaki itu, bergegas berniat keluar rumah lagi."Joe ...." nyonya Sabhira berteriak. Joe menghentikan langkahnya. "Aku harus mencari Case, Bu.""Tadi siang, nyonya Alexander datang kemari bersama pengawalnya. Dia mengatakan, bahwa Case anak dari Tuan Alexander."Mendengar ucapan Ibunya, Joe membalikkan badan."Ibu yakin itu nyonya
Bab23'Mengapa tuan Wiliam berniat menculik Case? Dan orang-orang tadi siapa? Apa sebenarnya hubungan Case dan orang-orang itu?' Batin Khan Wilson gelisah dan penuh dengan pertanyaan, juga diliputi rasa penasaran yang tinggi.Sesampainya di rumah sakit sebelumnya, Case dan Khan Wilson pun kembali mempertanyakan tentang Ibunya yang hilang."Saya bisa tuntut kalian," ancam Case yang sangat panik dengan kondisi Ibunya yang hilang tanpa jejak. Bahkan pihak rumah sakit, tidak mau mengatakan apapun."Silahkan," jawab pihak penanggung jawab rumah sakit. "Kami tidak memiliki pasien yang bernama Aluna Welas, oke."Khan Wilson pun terkejut mendengar jawaban pihak rumah sakit. Dia semakin penasaran, dengan kejadian yang menimpa Case."Tidak mungkin! Kalian jangan bercanda, ini tentang nyawa Ibuku," teriak Case histeris."Case tenanglah," pinta Khan Wilson."Tuan, bagaimana aku bisa tenang, Ibuku hilang, dan mereka tidak tahu a