Beranda / Urban / CEO Arogan yang Menginginkanku / I Don't Love Drama, It Loves Me

Share

I Don't Love Drama, It Loves Me

Penulis: Do Hawu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-28 18:49:47

Terkadang aku merasa begitu relate dengan lagu dari salah satu penyanyi pop yang sedang naik daun saat ini. Kabarnya penyanyi itu sedang mengadakan tour dunia. Ya, aku tidak peduli sih. Karena tidak ada hubungannya denganku.

Ku akui beberapa lagunya memberikan semangat lebih untuk menjalani hari yang berat tapi menghabiskan uang sebanyak itu untuk nonton konsernya, aku harus berpikir seribu kali.

Aku selalu bersemangat menjalani hari. Bisa di katakan aku adalah morning person. Dan segelas kopi hangat yang menjadi candu selalu bisa mengantarku untuk melewati hari.

Tapi untuk hari ini rasanya, kafein sebanyak apapun sepertinya tidak akan mampu menghilangkan sakit kepalaku. 

Kejadian kemarin masih segar di ingatan. Setelah Archer mengganti baju dia tidak melanjutkan sarapan dan langsung berangkat ke kantor. Aku di marahi habis-habisan oleh Pak Ardy.

Untungnya kesalahanku masih bisa di maafkan dan tidak ada pemotongan gaji atau apapun itu, tidak ada hukuman berarti. Aku bersyukur untuk ini.

Tapi aku harus meminta maaf secara langsung pada Archer. Kakek Damien juga tidak mempermasalahkan kejadian ini. Katanya aku pasti gugup pada hari pertama bekerja.

Aku menghela napas panjang, semalam juga aku tidak sempat bertemu Archer. Dan pagi ini aku diminta membangunkan Archer terlebih dulu. Pak Ardy harus menyambut tamu sehingga aku diminta bergegas ke kamar Archer.

Saat ini aku sedang berada di ruangan gelap. Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh, waktu yang tepat untuk membangunkan tuan muda di kediaman keluarga Swift.

Tuan Muda Archer, aku masih sedikit kaku memanggil iblis dengan panggilag itu. Tapi tidak apa, memintaku memanggilnya dengan pangeran pun akan aku lakukan. Aku tidak peduli selama mereka membayarku dengan benar. 

Ada cahaya matahari yang malu-malu mengintip dari cela gorden. Aku melihat Pak Archer yang menggeliat di balik selimut tebal. 

"Tuan Muda, tolong segera bangun." Tidak ada jawaban.

“Tuan Muda…” Aku memang tidak mengharapkan pria ini langsung bangun.

“Tuan Muda, sudah saatnya Anda bangun.” Nada suaraku menjadi sedikit lebih tinggi.

Tapi tidak ada pergerakan sama sekali.

“Tuan Muda.” Aku mendekat, memerhatikan tubuh tinggi yang masih nyaman pada posisi yang sama. Aku ingin memegang tubuhnya namun tertahan karena larangan no touching dari Pak Ardy.

Tidak hanya di marahi namun aku juga mendapatkan larangan seperti itu.

Hah, aku menghela napas. Akhir-akhir ini aku suka menghela napas panjang. Sejujurnya di pikiranku sekarang ini sudah membayangkan cara-cara untuk membangunkan pria itu dengan cara paling ekstrim.

Seperti menyiramnya dengan air dingin, atau memukulnya dengan bantal. Atau mungkin membekap wajahnya sehingga ia kesulitan bernapas. 

Masih belum ada pergerakan berarti. Aku terus berusaha sabar, yang mulai sulit untuk dilakukan. Aku baru selangkah maju, tujuanku adalah untuk menyentuh tubuh besar itu. Tapi Pak Ardy yang tiba-tiba masuk membuatku membatalkan niat itu. Aku mengalihkan pandangan kepada Kepala Pelayan, menatapnya meminta tolong. Pak Ardy berdehem sebentar. Ia memperpendek jarak dengan tempat tidur Pak Archer dan dengan suara yang dalam, terdengar tegas ia  berucap, "Tuan Muda, tolong segera bangun. Tuan Damian sudah menunggu Anda di meja makan." 

Aku merinding karena hanya dengan dua kalimat itu berhasil membangunkan Pak Archer. Pria itu sudah terduduk. 

Ah, sixpack. Pemandangan di pagi hari ini ternyata begitu menyegarkan. Aku berdecak dalam hati, mengagumi tubuh atletis dan berotot milik Pak Archer.

Ia menatapku malas, aku pun demikian. Sama malasnya melihat dia yang terlihat sangat tidak menyukai kehadiranku disini.

Sebisa mungkin aku menahan agar tidak tersenyum sinis begitu menyadari bahwa ternyata laki-laki yang hanya mengenakan boxer ini mempermainkanku. Dia sengaja menyusahkanku dengan membangunkannya hingga lebih dari sepuluh kali, mengulur waktu hingga aku harus gelagapan menyiapkan pakaian kerjanya berdasarkan instruksi tegas dari Pak Ardy.

"Ardy, aku akan mandi dulu. Terimakasih sudah membangunkanku."

Oh, aku benci sekali pria ini. Aku tahu sekarang ini ia sedang melirikku meskipun saat ini kepalaku tertunduk. Karena demi spons kuning yang hidup di laut, aku malu setengah mati melihat dia yang mondar mandir di kamar ini hanya mengenakan celana pendek yang harusnya tidak terlihat oleh siapapun. Ah, aku merasa saat ini mataku sudah ternodai. 

"Nona Alina, saya harap agar Nona bisa menjalankan tugas dengan baik karena kedepannya saya tidak akan membangunkan Tuan Muda lagi." Pak Ardy menatapku dengan tajam, meskipun ia memakai kacamata namun aku bisa melihat ketegasan yang pasti. Aku menelan ludah agar rasa gugup yang perlahan menggerogoti menghilang.

"Baik, Pak Ardy. Saya akan mengingatnya."

Aku sudah menyiapkan kemeja, dasi dan juga celana yang akan dikenakan Pak Archer untuk bekerja hari ini. Arahan dari Pak Ardy membantuku menemukan apa yang aku butuhkan dari ruangan khusus yang menyimpan kebutuhan sandang dari Tuan Muda Archer.

Setelah itu, aku mencari kaus kaki hitam di laci lemari bagian bawah. Ada berbagai macam warna, panjang dan pendek kaus kaki yang tersedia. Mungkin hanya perasaanku saja, tapi rasanya ruangan ini mengeluarkan aroma mewah dan aku sedikit gugup saat menyentuh helaian kaos kaki. Terasa begitu lembut. 

Selanjutnya, di rak sepatu berjejer berbagai macam sepatu dengan warna-warna gelap. Paling banyak aku menemukan sepatu kulit. Ada beberapa merk sepatu dari brand terkenal dunia. Aku hanya bisa menelan ludah ketika memikirkan bahwa tentunya semua yang ada di ruangan ini jika di total bisa menghidupi satu kampung. 

Orang yang punya banyak uang memang beda.

Aku menyentuh baju-baju yang berjejer rapi, terpesona dengan warna-warna gelap yang terlihat begitu elegan. Mungkin suatu saat aku bisa membeli pakaian dengan bahan sebagus ini. Aku masih menghayal sampai pintu terbuka. Aku terperanjat, kaget dengan sosok pria yang hanya menggunakan handuk. Handuk itu melilit di pinggangnya.

Pak Ardy berdiri di sebelah Archer. Dengan isyarat mata, Pak Ardy memintaku untuk segera keluar dari ruangan ini. Aku mengikuti arahan itu dan melangkah cepat. Aku berpapasan dengan Archer di depan pintu, bahkan sabunnya pun beraroma mewah. Seperti aroma kayu manis bercampur cengkeh, bercampur vanila. Entahlah. Namun aroma ini mengingatkanku akan dapur.

Aku dan Pak Ardy menunggu sampai pria itu keluar sambil memegang dasi. Ia serahkan dasi itu kepadaku, lalu berdiri tegap. Sungguh, aku ingin menghantam pria ini dengan balok. Melihat senyum liciknya membuatku dongkol. Bukan apa-apa, tinggiku ini tidak seberapa dibandingkan dengan dia yang seperti tiang listrik.

Aku melirik Pak Ardy. Ia tersenyum. “Silakan Nona Alina memakaikan dasi pada tuan muda.” Aku menutup mata sejenak.

Terkutuklah kau, Archer.

Aku mulai berjinjit, maksudku agar bisa menyamai tinggi badannya namun percuma karena meskipun berjinjit aku hanya sebatas lehernya. Aku mendengar kekehan dari pria ini. Hah, ia terlihat begitu puas. Aku menahan diri untuk tidak memaki.

Meskipun bersusah payah mengalungkan dasi dan mengikatnya akhirnya aku bisa bernapas lega karena berhasil mengikat dasi pada leher si iblis ini. Miris sebenarnya melihat hasil karyaku yang tidak sempurna. Syukurlah tuan muda ini tidak banyak bacot. Padahal jika dia protes, aku sudah siap memberikan sentuhan kasih di kepalanya.

“Apakah kakek sudah mulai sarapan duluan?” Archer beralih pada Pak Ardy, tidak lagi memedulikanku yang masih kesal. Aku kembali menarik napas panjang untuk menenangkan diri.

“Belum, Tuan Muda. Tuan Damian sedang menunggu bersama Nona Felicia.” Archer mengerutkan kening. Aku juga. Siapa Felicia? Sekarang aku penasaran.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • CEO Arogan yang Menginginkanku   Another Drama

    Terkadang ada beberapa orang yang harus kita beri jarak, agar hati kita menjadi nyaman. Biasanya aku selalu memberikan jarak untuk orang yang toxic atau yang membuatku merasa tidak nyaman. Harus ku akui, Sang Iblis sungguh membuatku tidak nyaman. Sangat amat tidak nyaman.Tapi apa daya, aku hanyalah seorang babu. Pembantu. Bahasa kerennya adalah asisten, secara khusus asisten pribadi untuk si Iblis. Aku suka menyematkan kata 'iblis' untuk Archer karena menurutku dia memang iblis.Tapi mari kita abaikan dia sejenak karena aku harus segera menyiapkan pakaian yang akan dikenakan hari ini. Tidak ada hal spesifik, yang dia perlukan adalah kemeja, jas, celana panjang lebar, jam, dasi, kaos kaki, yah, cukup banyak.Aku menaruh pakaian di gantungan, jam tangan di atas etalase, sepatu aku taruh rapi di samping sofa dengan kaos kakinya, lalu aku keluar ruangan. Archer sedang mandi, aku memutuskan ke dapur untuk mengambil sarapan untuk diriku sendiri.Ada Abel dan beberapa karyawan lainnya, aku

  • CEO Arogan yang Menginginkanku   Bad Habit

    Aku akui bahwa sebagai seorang perempuan, aku punya kelakuan yang cukup kasar dan sedikit terlihat maskulin. Cara jalanku tidak seperti perempuan feminin lainnya, suaraku rendah seperti suara laki-laki pada umumnya. Paling parah adalah aku punya kebiasaan untuk bernyanyi di kamar mandi seperti sedang mengadakan konser. Tapi kebiasaan itu sudah tidak aku lakukan selama aku tinggal di mansion keluarga Swift. Aku tidak ingin suaraku membuat telinga semua orang berdarah. Aku cukup tahu diri. Dan aku melihat kesempatan untuk melancarkan aksi melepas stress di dalam kamar hotel, bermodalkan layar televisi yang besar aku kembali mengadakan konser. Aku tidak tahu kapan Archer akan selesai dengan pertemuan pentingnya itu. Pokok utamanya adalah aku harus mengambil kesempatan dalam kesempitan. Hey, oportunitis seperti ku tidak boleh melewatkan kebebasan kecil ini.Lagu dengan genre slow rock berkumandang, mengisi setiap kamar hotel dan aku berteriak mengikuti lirik lagu. Ah, Bon Jovi selalu be

  • CEO Arogan yang Menginginkanku   Fiancé

    “Aku tidak tahu dia akan mampir kesini. Bukankah dia baru tiba?” Pak Ardy mengangguk.“Benar, Tuan Muda. Dari bandara Nona Felicia langsung menuju ke sini.” Archer memakai jam tanganya.Sungguh aku sangat penasaran dengan perempuan bernama Felicia ini. Aku menahan diri untuk tidak bersuara, untuk tidak heboh dan mulai bertanya pada Pak Ardy.Setidaknya sampai kami keluar dari kamar ini dan Archer menghilang ke ruangan makan. Salah satu pekerjaanku memang menyiapkan sarapan untuk Archer namun untuk hari ini aku bisa bersantai sejenak karena ia akan sarapan bersama Kakek Damian juga bersama Felicia.Aku memasuki dapur. Suasana nampak lengang, hanya ada beberapa orang berpakaian putih lengkap dengan celemek yang sedang memotong buah-buahan. Aku mendekati salah satu dari mereka.“Hey, Abel. Gimana kabarmu?” Abel adalah seorang pria berusia 25 tahun. Seumuran denganku. Wajahnya manis dengan tahi lalat di bawah matanya.“Baik, Alina. Gimana Tuan Muda Archer?” Inilah yang membuatku sedikit ke

  • CEO Arogan yang Menginginkanku   I Don't Love Drama, It Loves Me

    Terkadang aku merasa begitu relate dengan lagu dari salah satu penyanyi pop yang sedang naik daun saat ini. Kabarnya penyanyi itu sedang mengadakan tour dunia. Ya, aku tidak peduli sih. Karena tidak ada hubungannya denganku.Ku akui beberapa lagunya memberikan semangat lebih untuk menjalani hari yang berat tapi menghabiskan uang sebanyak itu untuk nonton konsernya, aku harus berpikir seribu kali.Aku selalu bersemangat menjalani hari. Bisa di katakan aku adalah morning person. Dan segelas kopi hangat yang menjadi candu selalu bisa mengantarku untuk melewati hari.Tapi untuk hari ini rasanya, kafein sebanyak apapun sepertinya tidak akan mampu menghilangkan sakit kepalaku. Kejadian kemarin masih segar di ingatan. Setelah Archer mengganti baju dia tidak melanjutkan sarapan dan langsung berangkat ke kantor. Aku di marahi habis-habisan oleh Pak Ardy.Untungnya kesalahanku masih bisa di maafkan dan tidak ada pemotongan gaji atau apapun itu, tidak ada hukuman berarti. Aku bersyukur untuk in

  • CEO Arogan yang Menginginkanku   Morning Drama

    “Hah? Saya, Pak?”Ia mengangguk. Aku melirik tempat tidur besar di tengah kamar.Ada iblis yang pulas dan tugasku adalah membangunkan iblis itu. Aku menelan ludah kasar.Aku melangkah perlahan mendekat. “Bagaimana saya harus membangunkan tuan muda, Pak Ardy?”“Nona harus memanggil tuan muda dengan suara lembut.”Aku segera melakukannya. Namun tidak dengan suara lembut. Aku merasa jijik jika harus memanggilnya dengan lembut.“Tuan Muda Archer!!”Aku berteriak. Dan satu kali panggilan cukup untuk membangunkan pria itu.Ia terduduk dan kebingungan selama beberapa detik.Pak Ardy menahan napas, ia menatap tajam padaku. Namun tidak ku pedulikan. Ah,rasanya bahagia melihat Pak Archer yang kebingungan.“Tuan muda, sudah saatnya anda bersiap.”“Ya?”Sepertinya tuan muda ini belum mengumpulkan nyawa seutuhnya.“Nona Alina siap membantu anda bersiap.

  • CEO Arogan yang Menginginkanku   The Contract

    Mungkin karena tidur di tempat baru, aku bangun lebih awal. Masih ada satu jam sebelum alarm di gawai berbunyi. Suasana kamar ini begitu asing.Ada baiknya aku mempersiapkan diri. Sambil bersenandung lagu Until I Think of You.Sang penyanyi, Tori Kelly, adalah salah satu penyanyi favorit. Terkadang aku berandai-andai memiliki suara seindah itu.Mungkin saat ini aku sudah menjadi penyanyi.Tapi mari kita abaikan pikiran itu, karena ketukan terdengar.Ardy Peat terlihat segar di hadapanku.“Selamat pagi Nona Alina.”Aku tersenyum meski pun pria ini tidak menampilkan ekspresi berarti.“Anda sudah siap, Nona?”Aku mengangguk bersemangat.“Sudah Pak Ardy. Saya siap diajak berkeliling.” Ia lalu berjalan terlebih dulu."Baik Nona. Pertama mari ikuti saya.”Langkahnya cepat, sedikit sulit bagiku untuk mengikuti ritme pria ini.Ckckckck. Kenapa kakimu pendek sih, Alina?Kami memasuki sebuah ruangan. Ada Kakek Damian yang duduk sambil menikmati sarapan pagi.Dilihat dari meja yang lebar, dan kursi yan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status