Share

CEO Lumpuh Mengejar Cinta Sang Perawat
CEO Lumpuh Mengejar Cinta Sang Perawat
Author: Ivander Kaz

Kasus Tabrak Lari

Author: Ivander Kaz
last update Last Updated: 2022-08-24 03:19:22

Kepanikan melanda Zaphira yang tidak tahu harus bersikap bagaimana lagi. Peristiwa tabrak lari tadi begitu cepat saat ingin menyeberang jalan tiba-tiba datang sebuah mobil mencoba menabraknya dari belakang.

Beruntung seseorang tiba menyelamatkan sengaja mendorong Zaphira ke pinggir jalan. Tubuhnya seketika oleng jatuh ke tanah hanya mengalami sedikit luka lecet di tangan dan bahu. Sementara punggung pria asing itu ditabrak keras dari depan mobil langsung kabur melarikan diri entah kemana.

Oh, Tuhan, tidak-kk! Zaphira menjerit sejadi-jadinya.

Giliran tubuh pria itu terbaring di aspal tak bergerak sama sekali. Oh, apakah dia mati?! Degup jantungnya berdebar kencang lalu bergegas bangun mendekati. Sekejap saja banyak orang di sekitar menolong mereka memanggil ambulan gawat darurat di siang hari yang terik.

Hari mencekam dalam kehidupan seorang gadis manis bernama Zaphira Ayu Lutfiah.

------------

"Brengsek kau, Zar!" seru Rashya tak sabar saat melihat mobil sahabatnya belum tiba. "Aku sudah berada di seberang jalan menunggu kau datang, ku pikir kau lebih dulu tiba!"

"Sebentar lagi, Shya, maaf tadi ada rapat mendadak di kantor; tunggu 20 menit lagi sampai, kau makan saja dulu, aku segera menyusul!" Nizar menenangkan emosi sahabat. Acara makan siang mereka jadi berantakan gara-gara pertemuan klien sejak pagi tadi.

"Segera datang, atau aku tinggal kau kembali ke kantor!" ancam Rashya kesal menghentikan percakapan mereka lalu menyelipkan gawai ke dalam jas.

Ketika akan menyeberang jalan melihat dari kejauhan sebuah mobil melaju berkecepatan tinggi. Seorang gadis berdiri namun matanya sibuk mengambil sesuatu di dalam tas, dan tak menyadari datangnya bahaya. Setengah berlari Rashya menghampiri gadis itu lalu mendorong jauh ke pinggir jalan terhindar dari tabrakan mobil.

Namun malang tak bisa ditolak, untung tak dapat diraih. Malah ia sendiri disambar hantaman kencang mobil tersebut. Seketika itu juga rubuh ke aspal tak dapat diselamatkan lagi. Semua menghitam gelap. Tak dirasakan olehnya pingsan ataupun tewas di tempat. Makan siang bersama Nizar gagal total. Rashya kini sedang terbaring kaku tak bisa bergerak sama sekali.

Teriakan seorang gadis meminta pertolongan, tangisan kencang memangku kepala terluka parah mengalami pendarahan hebat tak terdengar lagi di telinga Rashya. Begitu sunyi tanpa kehidupan.

Rashya Afkar Alfarezel sedang berada dalam ambang kematian. Bukan lagi pemuda tampan, bukan pula seorang CEO perusahaan besar, atau playboy selalu ditemani kencan wanita cantik. Statusnya berubah sekejap menjadi korban tabrak lari sedang tak sadarkan diri.

-----------

Bau obat begitu menyengat di sebuah rumah sakit. Pakaian Zaphira bersimbah darah yang bukan miliknya, namun dari pria asing tak dikenal sama sekali. Perawat menyuruh berbaring sejenak mengobati luka kecil di lengan dan bahunya terlebih dahulu. Ia sungguh tak sabar menanti kabar dari kamar operasi tentang seorang pria telah menolong hidupnya. Mereka dibawa ke sini agar mendapatkan perawatan secepatnya.

Di ruang gawat darurat dikelilingi dokter dan petugas polisi yang dihubungi langsung pihak rumah sakit soal peristiwa tabrak lari siang ini. "Siapa namamu, Nona?" Seseorang menginterogasi. "Apa mengenal pria yang terluka itu?"

"Aa-aku Zaphira," jawabnya gugup. "Sama sekali tak mengenal siapa pria menolong diriku, dan mendorong jauh ke tepi agar tak tertabrak mobil tadi."

Beberapa pertanyaan diajukan secara beruntun terlihat tidak membuahkan hasil mengenai kejadian dialami oleh kedua korban. Semua keterangan ditulis sesuai prosedur sebelum pergi menemui keluarga korban lain. Seorang petugas mengontak pusat mengecek jalan cerita disampaikan korban tabrak lari masih hidup. Sementara salah satu korban lain masih terbaring di kamar operasi belum diketahui keadaannya.

Zaphira memandangi kedua petugas bergantian sebelum meninggalkannya, bertanya penuh kekhawatiran, "Apakah dapat menemukan pelaku pengendara mobil sedan berwarna hitam sengaja ingin menabrak kami berdua?"

"Tenanglah, Nona, serahkan saja ke kami, saat ini semua sedang dalam pelacakan," tukas seorang polisi. "Dan mobil disebutkan sangat familiar dipakai banyak orang, sayangnya anda tak mengingat nomor plat pelaku." Senyum optimis di wajah petugas seolah memberi keyakinan penuh kasus selesai lebih cepat. Korban terluka parah itu ternyata dari keluarga terpandang di negeri ini. Mereka mengenali dari kartu identitas di dalam saku jas.

Betapa menyesal Zaphira mendengar penjelasan tadi. Kejadian tabrak lari itu begitu cepat tak mungkin dapat melihat nomor mobil penabrak mereka. Entah bagaimana ia membantu memecahkan masalah yang hampir merenggut nyawa mereka.

Tinggal ia sendiri merenungi nasib. Pria malang itu sedang meregang nyawa demi menolong hidupnya. Pilu terasa di jiwa karena tidak mampu berbuat apa-apa. Ouch! Ringisan kecil keluar dari mulut ketika mencoba bangkit dari ranjang rumah sakit. Benturan bahu ke aspal membuat ngilu. Pengobatan diberikan perawat masih terada perih di kulit yang lecet dan terkelupas.

Itulah mengapa Zaphira tidak sempat melihat mobil penabrak mereka. Pandangan teralihkan di saat menaruh sweater di dalam tas. Blus yang dipakai tak berlengan saat hari yang panas menyengat. Peluh keringat sekujur tubuh hingga akhirnya melepas sweater, dan akhirnya digunakan mengatasi pendarahan di kepala pria itu.

Siapa pria asing yang telah menyelamatkan nyawanya? Ia tak pernah tahu. Hatinya sungguh bersalah, andai orang asing tak mendorong ke pinggir jalan mungkin bernasib sama. Mereka hanya menunggu detik-detik kematian begitu dekat saat itu.

Buru-buru keluar ruang gawat darurat membayar segala pengobatan rumah sakit ke kasir tetapi sebuah panggilan menyentak secara tiba-tiba.

"Hai, Nona...?!" tegur seorang pria tak jauh darinya.

"Ya Mas, ada perlu apa memanggilku?" Ia berhenti melangkah, dan memandang heran ke pria tampan berjas kerja rapi elegan. Penampilan dan usianya sama seperti korban tabrak lari menolongnya tadi, kalangan muda kaum eksekutif kelas atas.

"Maaf mengganggu waktumu, perkenalkan aku Nizar, sahabat dari Rashya," sapanya pelan. "Bukankah kau yang membawanya ke rumah sakit?"

"Oh, kami berdua menjadi korban tabrak lari pengemudi tak bertanggung jawab," sahutnya membenarkan. "Oya, aku Zaphira, terus bagaimana keadaan sahabatmu sekarang, apa sudah sadarkan diri?" Sudah satu jam berlalu dari kedatangan mereka ke rumah sakit namun belum ada memberi tahu tentang kabar pria bernama Rashya seperti disebutkan sahabatnya.

Nizar menggeleng. Pandangan sangat sedih menyayat hati. "Seharusnya tadi datang lebih cepat menemui Rashya untuk makan siang bersama, namun naas sahabatku malah mengalami kecelakaan hebat."

Giliran wajah Zaphira menunduk sayu ikut merasakan kepedihan sama. "Sahabatmu melindungiku dari mobil brengsek itu, sungguh aku pun menyesal mengapa dia yang harus terluka parah, bukan diriku."

Seandainya waktu dapat diputar kembali. Kejadian itu seharusnya tak mencelakakan mereka jika dia berlaku hati-hati saat menyeberang jalan. Entah mengapa Rashya mau membantu padahal tidak mengenal tentang dirinya.

"Dokter bilang, sahabatku mengalami pendarahan di otak, punggungnya terluka parah akibat ditabrak; entah dia akan bertahan di meja operasi atau tidak, kita harus menunggu berjam-jam sampai operasi selesai nanti."

Oh, Tuhan, tolong selamatkan dia! Doa dirapal Zaphira berulang-ulang di dalam hati. Tubuhnya bergetar hebat seperti ketika memegang kepala Rashya di pangkuan. Darah tak berhenti mengalir, sweater coklat tebal miliknya tak mampu menahan, ikut basah berubah merah.

"Apa kau baik-baik saja?" Nizar memastikan keadaan gadis menjadi korban tabrak lari bersama sahabatnya.

"Jangan khawatir, Mas, aku baik-baik saja," tukasnya meyakinkan. "Aku ingin tetap menunggui sahabatmu di luar kamar operasi semoga kau tak keberatan."

Nizar menatap lekat gadis itu. Cantik! Desisnya pelan. Meskipun pakaian berantakan dan cukup sederhana tetap saja aura kecantikan tersembunyi terlihat jelas di matanya. Beruntung benar kau, Rashya! Mengakui gadis bersamanya mempunyai nilai lebih dari gadis lain.

"Apa tak sebaiknya aku antar kau pulang saja? Maaf blus-mu jadi mengerikan seperti itu!" ujarnya spontan ketika memandangi noda darah sahabat membekas di sana.

Ia melirik ke bajunya sendiri. "Ah iya juga Mas, kau benar, tunggu sebentar lagi temanku datang membawakan pakaian ganti."

"Baiklah, duduk di sini dulu sambil menunggu kehadiran keluarga Rashya," pungkas Nizar. "Orang tua sahabatku katanya sedang berada di luar kota, tapi tunangannya sudah dalam perjalanan menuju ke sini."

Oh, pria itu telah memiliki kekasih hati?! Batinnya mulai cemas berharap tunangan Rashya menerima keadaan dengan penuh kesabaran.

Sayangnya, semua itu tak semudah yang dibayangkan. Sebentar lagi hal itu tinggal sebuah harapan seorang gadis yang berpikir terlalu sederhana, seperti sebuah penampilan Zaphira Ayu Lutfiah.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • CEO Lumpuh Mengejar Cinta Sang Perawat   Maukah Jadi Kekasihku?

    Di dalam mobil adik Rashya, tangan Zaphira berpautan gelisah. Darimana pria itu mengetahui, mencari tahu sampai ke kampus? Pikirnya bingung. Selama ini tak pernah meninggalkan jejak apapun soal dirinya ke keluarga Tuan Imran Nadhirrizki, datang saat malam hari ke ruang perawatan Rashya usai sepulang bekerja dan kuliah lalu pagi buta sebelum matahari terbit sudah pulang ke kost-an melanjutkan istirahat sebentar sebelum bertugas sebagai perangkai bunga di Nana Florist. "Apa yang sebenarnya terjadi pada Rashya, dan siapa yang memberi tahu keberadaanku di kampus?" tanya Zaphira penasaran pasien mengharapkan kedatangan setelah tersadar dari koma. Pandangan Arzu lurus ke jalan tak bisa menceritakan keadaannya. Mama terus melarang keras menghubungi gadis asing itu, dan membiarkan sepenuhnya Marcella merawat tunangannya. Namun Rashya terus menyebut gadis lain usai berhasil sadar dan membuka mata lebih menginginkan Zaphira mendampingi dirinya. Dan pertengkaran hebat begitu dahsyat tak

  • CEO Lumpuh Mengejar Cinta Sang Perawat   Panggilan Darurat

    Sepulang dari kantor, Adzriel menjemput Zaphira di halaman kampus. Gadis itu akhirnya memiliki sebuah kehidupan normal. Betapa senang mendengar pasien tabrak lari itu terbangun dari koma, sahabat tersayang tidak perlu kembali ke rumah sakit menjaganya. "Ra, bagaimana skripsimu?" Ia bertanya begitu serius memperhatikan masa depan gadis yang tinggal di kamar sewaan jauh dari kerabat, dan berharap dapat menjadi pendampingnya di kemudian hari. "It's okay, sudah banyak menulis dalam seminggu ini, kebetulan tak perlu menemani pasien lagi setiap malam jadi kini punya banyak waktu luang," balasnya begitu senang melupakan kekalutan berbulan-bulan kembali memikirkan kehidupan sendiri . Adzriel ikut gembira bebas mendekati gadis itu setelah dua bulan waktu terbuang, dan tanpa dihalangi Arzu brengsek mengganggu mereka. "Baguslah, kalau ada kesulitan bilang saja, dosen pembimbingmu pasti yakin bisa selesaikan tepat waktu," tukasnya menyemangati. "Oya, maafkan jika aku pinjam laptopmu agak

  • CEO Lumpuh Mengejar Cinta Sang Perawat   Sebuah Keajaiban

    Kelopak matanya terbuka pelan, mimpinya berubah menjadi kenyataan. Bayangan gadis menghilang membawa terus muncul ke permukaan menuju cahaya terang menyilaukan. Hey, jangan pergi, tolong tunggu aku! Teriakan keras menggelegar. Gadis itu menoleh tersenyum lalu pergi lagi. Rashya terus berlari mengejar sampai akhirnya sadar sendirian tanpa teman dan keluarga, menatap dinding putih dan lampu menyilaukan. Bahu mencoba digerakkan namun tak memiliki kekuatan, tiba-tiba merasakan menyentuh sesuatu menghangatkan. Sebuah tangan halus, jarinya lentik mungil. Rashya tak mampu mengangkat tubuh hanya lirikan mata melihat siapa yang bersamanya saat ini, tanpa sengaja telah membangunkan seorang gadis asing yang tak dikenal sama sekali, tapi pernah hidup di dalam mimpi! Zaphira terhenyak sesaat jari itu menghentak beberapa kali di tangannya. "Oh, Tuhan, akhirnya kau sadar juga!" berteriak kaget ketika sejenak beradu pandang dengan bola mata Rashya. Kebahagiaan melihatnya terbangun tapi kebin

  • CEO Lumpuh Mengejar Cinta Sang Perawat   Cahaya Kehidupan

    Pukul dua malam, memasuki bulan kedua bagi pasien terbaring koma di kamar perawatan VVIP. Suasana hening berubah menakutkan dan menegangkan. Zaphira dikejutkan bunyi denging kencang dari mesin monitor meraung-raung, tersentak keras dari tidur dan membuka mata secepatnya langsung berdiri mendekat ke balik kaca. Pasien khusus di sebuah rumah sakit terkenal tiba-tiba saja terkena serangan jantung di saat tidur koma, dan ini serangan kedua kali setelah sebulan lalu dari operasi panjang pernah dilakukan oleh pihak rumah sakit. Dokter dan suster berlarian ke ruangan menjalankan prosedur cepat tindakan medis yang dibutuhkan pasien dalam keadaan darurat. Peralatan sentak picu jantung disiapkan lalu terdengar aba-aba Dokter agar perawat menyingkir. Dugh-! Satu kali tubuh Rashya terlontar sesaat dan jatuh terbaring lagi di ranjang. Layar belum menunjukkan angka normal. Dokter terus bekerja keras melenyapkan kekhawatiran. Sentakan kedua seharusnya lebih menjanjikan dari yang pertama,

  • CEO Lumpuh Mengejar Cinta Sang Perawat   Bangunlah, Rashya!

    Sudah sebulan lebih berlalu. Rashya masih terbaring kaku, deru nafasnya teratur dibantu selang oksigen. Detak jantung dan tekanan darah tertera di layar mesin tergambar normal. Melihat dari balik kaca membuat Zaphira kian lara tak ingin lagi tinggal di ruang itu bersamanya, meski adik pasien memaksa beristirahat menemani di dalam. "Ra, kita makan malam dulu, kamu pasti kelaparan dari tadi setelah pulang kerja terus kuliah," Arzu memecah keheningan di antara mereka. Dia tahu gadis itu kesal jika mencampuri urusan pria bernama Adzriel tadi. "Tidak, terima kasih; Kau lihat saja, Adzriel membawa makanan dan buah, semua itu lebih dari cukup bagiku," elaknya mengambil tempat duduk lagi beristirahat dan tidur cepat seperti biasanya. Pengalihan Zaphira dari upaya mendekati dirinya terus mendesak mau menerima tawaran apapun yang tak dibutuhkan sama sekali. "Kenapa 'sih kamu enggan banget bersamaku, malas mengobrol, memangnya aku salah apa?" tukas Arzu bertambah kesal. Sungguh gadi

  • CEO Lumpuh Mengejar Cinta Sang Perawat   Merebut Perhatian Zaphira

    Adzriel, kawan baik Zaphira datang mengejutkan membawakan makanan untuknya ke rumah sakit. "Ra, kamu makan ini, bagus untukmu!" desaknya sambil menyodorkan buah sudah dikupas. "Kamu ngapain kesini, merepotkan saja bawa ini dan itu, sudah kayak hajatan," balasnya kesal. Bukan hati tak senang, tetapi pandangan adik Rashya begitu curiga terhadap mereka berdua. Arzu Rakha Kaivan berdiri menjauh pura-pura sibuk dengan gawai terus mencuri pandang ke Zaphira dan Adzriel. Dari tatapannya tak menyukai kehadiran pria lain di samping gadis yang diam-diam disukai. "Ra, kamu kan sebentar lagi skripsi, ga mungkin-lah harus terus berada di rumah sakit setiap malam. Nanti kuliahmu jadi terbengkalai, belum lagi bekerja di pagi hari," protes Adzriel begitu perhatian. Zaphira memasang muka cemberut, "Duh bawel banget, 'kan aku bisa mengatur waktu, di sini lebih banyak tidur sambil menunggu pasien dan bisa menulis skripsi." Gadis keras kepala! "Ya sudah 'Ra, pakai laptop aku saja biar kamu mudah men

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status