로그인
Bau obat begitu menyengat di rumah sakit. Mereka dibawa ke sana untuk perawatan secepatnya. Pakaian Zaphira bersimbah darah bukan miliknya, namun dari pria asing tak dikenal sama sekali.
Korban yang sedang terluka parah di kamar operasi ternyata dari keluarga terpandang di negeri ini. Mereka dapat mengenali dari kartu identitas di dalam saku jas. Perawat menyuruh berbaring sejenak mengobati luka kecil di lengan dan bahunya terlebih dahulu. Sungguh tidak sabar menanti kabar dari kamar operasi tentang seorang pria telah menolong hidupnya. Kejadian tabrak lari itu begitu cepat, dan tak mungkin dia dapat melihat nomor mobil penabrak mereka. "Ouch-!" Ringisan kecil keluar dari mulutnya mencoba bangkit dari ranjang rumah sakit. Benturan bahu ke aspal membuat ngilu. Pengobatan diberikan perawat tadi masih terasa perih di kulit lecet dan terkelupas. Itulah mengapa Zaphira tidak sempat melihat mobil penabrak mereka. Pandangannya teralihkan, menaruh sweater di dalam tas. Blus dipakai tak berlengan saat hari panas menyengat. Peluh keringat di sekujur tubuh dan melepas sweater, akhirnya digunakan mengatasi pendarahan di kepala pria asing itu. "Siapa pria asing menyelamatkan nyawaku?" Zaphira sungguh bersalah. Andai dia tak mendorong ke pinggir jalan, mungkin akan bernasib sama. Mereka cuma menunggu detik-detik kematian begitu dekat saat itu. "Oh, aku harus mencari tahu tentang penolongku!" buru-buru keluar ruang gawat darurat membayar biaya pengobatan rumah sakit ke kasir. Namun, tiba-tiba saja, sebuah panggilan menghentikan langkahnya, dan menoleh ke asal suara tersebut "Hey, Nona!" sapa seorang pria tak jauh darinya. "Ya, Tuan, ada perlu apa memanggilku?" Zaphira berdiri tegang memandang heran ke pria yang tampan berjas kerja rapi elegan. Penampilan dan usia nyaris sama seperti korban tabrak lari yang menolong tadi dari kalangan muda kaum eksekutif kelas atas. "Maaf Nona, mengganggu waktumu. Perkenalkan aku, Nizar, sahabat Rashya. Bukankah kau membawanya ke rumah sakit ini?" tanyanya ingin tahu. "Oh, iya! Aku Rara, kami berdua menjadi korban dari tabrak lari seorang pengemudi tak bertanggung jawab. Lalu, bagaimana keadaan sahabatmu sekarang, apa dia sudah sadarkan diri?" Sudah satu jam berlalu dari kedatangan mereka ke rumah sakit, namun belum ada yang memberitahu kabar pria bernama Rashya seperti disebutkan sahabatnya tadi. Nizar menggelengkan kepala, dengan sangat sedih menceritakan kisah awal kejadian sebelum kecelakaan, "Seharusnya tadi aku datang lebih cepat menemuinya untuk makan siang bersama. Namun, naas sahabatku, Rasyha, malah mengalami kecelakaan tragis." Giliran wajah Zaphira menunduk sayu ikut merasakan kepedihan sama. "Sahabatmu melindungiku dari mobil brengsek itu! Sungguh aku pun menyesal, mengapa dia yang harus terluka parah, bukan diriku!" Seandainya waktu dapat diputar kembali, seharusnya peristiwa mencelakakan mereka tidak pernah terjadi jika berlaku hati-hati. Entah kenapa Rashya mau membantu padahal tak mengenal tentang dirinya sama sekali. "Dokter bilang, sahabatku mengalami pendarahan di otak, dan punggungnya terluka parah akibat ditabrak," Nizar menjelaskan kondisi pasien secara singkat. Dia benar-benar menyesal tak sempat menemui tadi, "Entahlah 'Ra! Apakah Rashya dapat bertahan di meja operasi atau tidak, kita harus menunggu berjam-jam sampai operasi selesai nanti." "Oh, Tuhan, tolong selamatkan dia!" Doa yang dirapal Zaphira berulang-ulang dalam hati. Tubuh bergetar hebat seperti ketika memegang kepala Rashya di atas pangkuan. Darah korban belum berhenti mengalir, sweater coklat tebal miliknya tak mampu meredam luka ikut basah berubah merah. "Hey, apa kau baik-baik saja?" Nizar memastikan kondisi gadis menjadi korban tabrak lari bersama Rashya tak mengalami masalah serius. "Jangan khawatir, aku baik-baik saja!" tukas Zaphira meyakinkan. "Tapi, aku ingin tetap menunggu sampai sahabatmu keluar dari kamar operasi. Semoga kau tak keberatan." Gadis yang cantik-! Nizar berguman pelan.Tanpa sadar menatapnya lekat, meski pakaiannya berantakan dan cukup sederhana, aura kecantikan gadis begitu terlihat jelas di matanya. "Beruntung benar kau, Rashya-!" Dia mengakui, gadis yang menjadi korban kecelakaan bersama sahabatnya memiliki nilai lebih dari gadis lain.
"Apa tidak sebaiknya aku antar kau pulang saja, 'Ra? Maaf blus-mu mengerikan seperti itu!" ujarnya spontan, ketika memandangi noda darah sahabat membekas di sana. Oh-! Zaphira melirik ke bajunya sendiri. Benar-benar dia menakutkan semua orang yang melihatnya dengan kondisi begini. "Ah, iya juga, kau benar, Tuan! Tunggu sebentar lagi, temanku datang membawakan pakaian ganti." "Please, panggil aku nama saja! Kau bukan pegawai di kantor. Ayo 'Ra, duduk di sini menunggu kehadiran keluarga Rashya. Orang tuanya sedang di luar kota, namun tunangannya dalam perjalanan ke sini!" Oh, pria itu telah memiliki kekasih hati-? Zaphira mulai cemas berharap tunangannya Rashya mau menerima keadaan penuh kesabaran. Namun, tidak semudah yang dia duga. Dalam waktu dekat muncul masalah baru menghantui seperti penampilan dirinya. --------------- Siang tadi. Kepanikan melanda Zaphira yang tidak tahu bersikap bagaimana lagi. Peristiwa tabrak lari tadi begitu cepat saat ingin menyeberang jalan tiba-tiba datang sebuah mobil mencoba menabraknya dari belakang. Beruntung, seseorang tiba menyelamatkan sengaja mendorong Zaphira ke pinggir jalan. Tubuhnya seketika oleng jatuh ke tanah, dia hanya mengalami sedikit luka lecet di tangan dan bahu. Tapi, punggung pria asing itu malah ditabrak keras dari depan mobil yang langsung kabur melarikan diri entah kemana. "Oh, Tuhan! Tolong, tolong, selamatkan dia-!" Zaphira menjerit sejadi-jadinya. Giliran tubuh pria asing yang terbaring di aspal belum bergerak sama sekali. Oh, apakah dia-? Degup jantung berdebar kencang bergegas bangun mendekati. Sekejap saja banyak orang di sekitar untuk menolong memanggil ambulan gawat darurat di siang hari yang terik. Hari yang mencekam dalam kehidupan seorang gadis lugu bernama Zaphira Ayu Lutfiah. ------------ "Brengsek kau, Zar-!" Rashya tak sabar saat melihat mobil sahabatnya belum tiba. "Aku sudah berada di seberang jalan menunggu kau datang, ku pikir tiba lebih dulu!" "Sebentar lagi, Shya! Maaf tadi ada rapat mendadak di kantor. Tunggu 20 menit lagi sampai, kau makan saja dulu, aku segera menyusul!" Nizar menenangkan emosi sahabat. Acara makan siang berantakan gara-gara pertemuan klien di kantor sejak pagi tadi. "Kau segera datang, atau aku tinggal kembali ke kantor!" mengancam dengan kesal, lalu menyelipkan gawai ke dalam jas. Saat akan menyeberang jalan melihat dari kejauhan sebuah mobil melaju berkecepatan tinggi. Seorang gadis berdiri, namun matanya sibuk mengambil di dalam tas, dan tak menyadari datangnya bahaya. "Hey kau, minggirlah cepat!" Setengah berlari Rashya menghampiri gadis itu, mendorongnya jauh ke pinggir jalan terhindar dari tabrakan mobil. Namun, malang tak bisa ditolak, untung tak dapat diraih malah dia sendiri yang disambar hantaman kencang mobil tersebut.Seketika itu juga rubuh ke aspal tidak dapat diselamatkan lagi. Semua berubah menghitam gelap. Dia tidak merasakan apapun, makan siang bersama Nizar gagal total. Rashya sedang terbaring kaku tak bisa bergerak sama sekali.
Teriakan seorang gadis meminta pertolongan, dan tangisan kencang sedang memangku kepala korban yang terluka parah mengalami pendarahan hebat tak terdengar lagi di telinganya. Begitu sunyi tanpa kehidupan-! Rashya Afkar Alfarezel sedang berada dalam ambang kematian, bukan lagi pemuda tampan, seorang CEO perusahaan, atau playboy ditemani wanita cantik. Kini, statusnya berubah sekejap menjadi korban tabrak lari yang sedang tak sadarkan diri. ***Sore hari Bramastra menjumpai Rasyha di rumah sakit. Kabar Zaphira pingsan didengar dari Mala yang begitu khawatir Arzu pergi tanpa ada menemani. "Hai, bro!" sapanya ke pengantin baru berada di luar kamar rawat inap. "Istrimu bilang kau ke sini diam-diam tanpa diketahui orang tua-mu." Arzu menyalami pengacara keluarga, "Eh iya, Bram. Aku khawatir Mama dan Papa panik kalau mendengar Rara dirawat, jadi lebih baik sendiri saja ke sini. Temui mereka ada di dalam sekarang." Oh, okay. Sebelum dia masuk sempat menyampaikan kebingungan atas keputusan Tuan Imran tadi pagi. "Ada apa dengan kalian sebenarnya, kenapa tuntutan hukum atas Marcella ditarik begitu mudah?" Adik Rashya meluapkan kekesalan yang sama, "Papaku yang memutuskan, dan sahabatmu setuju padahal aku tidak. Jalang itu sangat berbahaya dibebaskan tanpa ada sanksi hukum yang pasti." Mereka sama-sama tahu, putri Tuan Adi Hadiningrat mengalami masalah kejiwaan setelah gagal menikah dan kecelakaan. Ketika pulih malah sikap
Esoknya, Tuan Adi Hadiningrat dan keluarga langsung mendatangi kediaman Tuan Imran Nadhirrizki untuk meminta maaf. Dengan rasa malu dan terkejut sikap putrinya yang kejam melukai pengantin pria. "Maafkan kami, Mas Imran dan Mbak Sisca. Sungguh tak tahu kenapa Cella tega berbuat begitu merusak nama keluarga dan hubungan baik kita selama ini," ujarnya di bawah tatapan marah semua orang. Dengan suara getir dan wajah sembab usai menangis semalaman, Nyonya Fanny ikut menambahkan, "Mbak Sisca, tolong lepaskan putriku dari tuntutan penjara. Dia memang labil jiwanya sejak kecelakaan tiga tahun lalu." Arzu dan Mala terpaksa belum menikmati bulan madu pernikahan mereka. Ulah Marcella membuat istrinya jadi ketakutan kehilangan suami yang baru dinikahi kemarin pagi. Kini tinggal Rashya dan Zaphira menemani kedua adik setelah Mariana diantar pulang oleh sopir, sementara Bramastra masih mengurus pelaku penusukan di kantor kepolisian. Akhirnya Tuan Imran Nadhirrizki memberikan jawaban ya
Malam resepsi pernikahan Arzu Rakha Kaivan dan Nurmala Sasmita begitu megah dan mewah di sebuah hotel di Jakarta. Sebelumnya ijab kabul dilakukan di kediaman Tuan Imran Nadhirrizki pada pagi hari. Ayu, kakak Nurmala, dengan terharu menyampaikan rasa terima kasih ke keluarga pengantin pria yang telah meminang putri bungsu Pak Kardi. "Tuan Imran, aku tidak menyangka pesta pernikahan adikku hingga sebesar ini. Sayangnya ayah sudah tiada tak dapat melihat kebahagiaan anaknya," cetusnya. Dengan tersenyum ayah Arzu membalas, "Kami yang malah beruntung Mala mau menerima anakku apa adanya, semoga perkawinan ini mengubah sikap dan prilakunya ketika berkeluarga." Kedua anak laki-laki kini sudah menikah. Rashya begitu bahagia dengan anak dan istrinya, begitu juga putra bungsunya. Perbedaan strata bukanlah jadi halangan menggapai impian anak-anak mereka. "Ayu, nanti adikmu tinggal bersama kami saja. Rumah terlalu besar dan sepi tanpa mereka. Nanti kalian dapat sowan kapan saja," Nyonya
"Shya, aku dan Mala ikut ke Bali ya? Kan bisa menjaga Alpine selagi kalian honeymoon!" Arzu membujuk kakak memperbolehkan pergi bersama mereka. "Hey, kau belum menikah sudah main bawa anak gadis orang!" Rashya menggeleng tegas kemauan adiknya yang keras kepala. "Lah, dulu malah boleh kau membawa Rara ke sana!" protesnya keras. "Kan kamarnya juga pisah, bukan jadi satu sama aku. Ayolah bro, kita butuh liburan selepas membantu pernikahan kalian." Zaphira melerai perseteruan mereka dengan mengajak kedua adik ipar ikut serta ke pulau dewata, "Ngga pa-pa Mas, mereka kelelahan empat hari menyiapkan pesta pernikahan kita. Kasih rewards liburan terbaik saja." "Tapi sayang, kita mau honeymoon bukan diikuti adikku terus menerus. Toh mereka setelah menikah bisa pergi sendiri ke sana!" balas Rashya sebal. Tak lama terdengar teriakan Mama tersayang sedang menggendong Alpine dari teras belakang, "Shya, ajak Arzu dan Mala ke Bali biar cucuku ada yang mengurus!" Oh, My God-! Dia langsung
Suara dering gawai berkali-kali mengganggu Angelina di saat keluarganya sedang menghadapi hal genting. "Mau apa menghubungiku lagi?" tanyanya geram. Malam ini dia dan Bhanu Malik terbang ke Surabaya menemani ibunya pulang menemui orang tua, setelah ayahnya memberi tahu pernikahan mereka tak dapat diselamatkan lagi. "Kenapa kalian tak sabar menunggu kedatangan kami di rumah Rara? Bukankah sesuai kesepakatan menuntut brengsek itu membagi aset mendiang suamiku?" protes Nyonya Ella. "Tidak ada kesepakatan apapun dengan Rara. Semua ditangani pengacaranya sekarang! Papa sampai ingin menceraikan Mama-ku bila kami bersikeras. Sebaiknya anda berhenti menghubungiku sejak malam ini!" Angelina Malik melempar gawainya ke sofa. Rencana yang gagal memaksa Zaphira malah berakibat fatal ke keluarganya sendiri. Duta besar pulang ke Bern tanpa membawa anak dan istri sebagai pelajaran mereka. Pertengkaran berikutnya terdengar di ruang tamu, Arini disidang kedua orang tua tak terima sikap menant
Di tengah suasana pesta pernikahan menjelang sore hari, Angelina dan Bhanu menyusun rencana menekan sepupu mereka saat sendirian tanpa didampingi suami dan sahabatnya. Suatu kebetulan Zaphira sedang mengajak putranya yang mengantuk ke kamar untuk beristirahat. Kedua sepupu mengikuti dan menyergap dari belakang. "Rara, kami butuh surat pernyataan mengembalikan hak bagian warisan ayahmu ke keluarga ayahku!" "Hey, apa-apaan ini?" terkejut lengannya dicengkram kencang hampir membuat Alpine terguncang dalam pelukan. Bhanu tidak mau melepaskan meski Zaphira meronta menepiskan tangannya. "Kami datang ke pernikahanmu demi melindungi kepentingan bisnis yang kau rampas kemarin!" "Brengsek kau!" memaki sepupu kurang ajar merusak pesta pernikahan cuma karena harta ayahnya. "Aku tak ada urusan dengan kalian lagi. Semua dikuasakan ke pengacaraku sekarang!" Perseteruan mereka di selasar diketahui pengasuh Nita yang menyusul majikan perempuan menjaga putranya lalu bergegas melaporkan ke T







