Share

Penculikkan

Author: Annisa Nrh
last update Last Updated: 2024-02-25 19:57:26

Grace membereskan barang-barangnya untuk segera pulang. Ia keluar dari ruangannya dan berpas-pasan dengan Max yang keluar juga dari ruangan.

"Pulanglah bersamaku." Ajak Max, tentu saja Grace langsung menolak.

"Saya bisa sendiri."

Max memperhatikan Grace dari ujung rambut hingga ujung kaki.

"Helly akan mengincarmu malam ini."

Grace sempat tersentak, namun ia tersadar kembali kalau dirinya bersama Max akan lebih berbahaya lagi.

"Saya baik-baik saja." Tegas Grace membuat Max tertawa. Pria itu langsung pergi begitu saja membuat Grace menggerutu.

"Huh, sabar. Jika tidak bersamanya aku tidak biaa hidup."

.

Grace masih setia menunggu bus angkutan umum untuk mengantarnya ke apartemen yang biasanya ia tempati.

Sudah jam sembilan lewat tapi bus itu tak juga melintas, biasanya jam sembilan bus itu sudah tiba di tempat yang Grace tunggu itu.

"Seharusnya aku menerima ajakan Olivia."

Sebuah mobil sedan berhenti tepat dihadapannya. Grace awalnya merasa biasa saja akan hal itu. Namun ketika seorang pria besar ber jas keluar dari dalamnya mengingatkan ia pada perkataan Max barusan.

"Helly akan mengincarmu malam ini."

Grace langsung bangkit dari duduknya dan berjalan menjauhi halte itu menuju kantornya.

Lelaki yang Grace lihat tadi tertangkap mengikutinya membuat Grace mempercepat langkah. Tetapi lelaki besar itu juga ikut mempercepat langkah.

Grace berlari sekencang mungkin sambil menangis ketakutan. Langkahnya seperti lambat disaat seperti ini membuatnya ketakutan setengah mati.

"Sial, kenapa aku tidak mendengarkan pria itu!" batin Grace.

Gedung kantornya sudah terlihat, Grace baru saja menghela nafas lega namun pria besar yang dari tadi mengejarnya sudah menangkap lengannya membuat Grace terjatuh ke dekapan pria besar itu.

"Lepaskan! Tol--mmph!"

Grace langsung dibekap dan dibawa ke tempat sepi. Gadis itu sempat menolak dengan memberontak tapi tentu saja tenaganya kalah karena tenaga Grace yang berbeda jauh dengan lelaki itu.

"Huh, lumayan juga tenagamu. Pasti akan nikmat dengan tenaga seperti itu." Ucap pria itu membuat Grace merinding.

"Apa yang kau lakukan! Lepaskan aku!" teriak Grace sekuat tenaga berharap ada yang mendengar teriakannya.

"Ah, aku tidak sabar mendengar desahan dari teriakanmu itu."

Grace semakin takut sekaligus kesal dengan pria dihadapannya. Ia sudah tidak bisa melakukan apa-apa.

Badan Grace dikunci dan mereka berada disebuah gang kecil buntu yang sangat gelap.

"Lepaskan aku! Tolong, jangan lakukan ini."

Kini Grace menangis, itu membuat lelaki yang sedang mengsandranya makin kesenangan.

Lelaki itu mulai mencium leher Grace hingga menyimpan bekas dikulit mulusnya. Ia menjamah tubuh Grace membuat Gadis itu tak berhentinya meronta.

Beberapa lama lelaki itu menjamah tubuh Grace, sampailah pada aset mahkota Grace membuat gadis itu berteriak kembali.

"Hentikan! Apa maumu? Siapa kamu! Dasar lelaki sinting!"

"Berisik!"

"AKKKH!"

Grace pingsan begitu pria bertubuh besar itu membanting kepalanya. Ia sedikit kepanikan tetapi setelah merasakan detak jantungnya ia lega kembali.

"Huh, kirain mati, aku sedikit lega."

"Siapa yang kau kira mati?"

Pria itu terdiam sejenak lalu membalikkan badannya.

"Aku tanya, siapa yang kau kira mati? Apa wanita yang sedang kau perkosa?" tanya Max dengan wajah mengancamnya.

Lelaki itu menciut mengetahui dirinya dikepung oleh Max dan beberapa pengawal.

"Siapa namamu?"

Pria itu tak kunjung menjawab, itu membuat Max semakin kesal dan bertanya kembali.

"Siapa namam--"

DORRR!

Max terkekeh pelan. Ia mendekati lelaki yang hendak menembaknya namun Max tak kalah cepat membuat pria itu lebih dulu tertembak.

"Buruk sekali Melly menyewa orang sepertimu. Kalau orangku pasti sudah selesai dengan misinya." Ejek Max membuat pria yang meringis itu geram.

Max mendorong pria itu memakai kakinya kepinggir sehingga ia bisa melihat Grace yang sedang pingsan terlelap.

Ia berjongkok lalu mengangkat tubuh Grace yang hampang. Ia membalikkan badannya dan berjalan menuju mobil.

"Apa yang harus kami lakukan pada dia?" tanya Jovel sambil membukakan pintu untuk Max.

"Entah, menurutmu apa?" tanya balik Max.

"Lebih baik kita potong tangannya dan kirim pada atasannya."

"Ide yang bagus. Tak sia-sia aku mengerjakanmu, Vel. Lakukanlah sesuai perkataanmu itu." Ucap Max senang, Jovel menunduk patuh sambil menutup pintu mobil begitu Max sudah masuk ke dalam.

.

Cahaya masuk kedalam indra penglihatan Grace. Gadis itu sedikit terganggu dan mulai berusaha membuka matanya.

Max memperhatikan perjuangan itu sambil terduduk disebrang kasur Grace, ia melipat tangannya dan menunggu Grace sadar dengan sendirinya.

Grace kini membuka matanya dengan sempurna. Melihat-lihat sekitar dan bertanya-tanya dalam hati, dimanakah dirinya saat ini?

"Kau sudah sadar?" tanya Max membuat Grace sedikit tersentak.

"Dimana aku?" tanya balik Grace, Max diam tak membalas.

"Apa pria itu suruhanmu?" sambungnya membuat Max bangkit dari duduknya.

"Untuk apa aku memakai cara rendahan seperti itu? Lagian lelaki mana yang ingin wanitanya disentuh pria lain?"

Grace mengerutkan dahinya. Berarti benar, semua ini adalah ulah Helly yang entah siapanya Max tapi sangat mengganggu Grace.

"Kenapa aku harus terlibat dengan masalahmu? Aku bukan kekasihmu, aku hanya sekertarismu!" seru Grace kesal tapi itu berhasil membuat Max tertawa.

Max menghampiri Grace dan mendekatinya. Ia membungkuk dan menyimpan tangannya di antara tubuh Grace.

"Aku juga tidak tahu kenapa, apakah kamu mau terlepas darinya?" tawar Max namun Grace tidak bisa mempercayai seluruhnya.

"Jika kamu menjadi kesayanganku, tidak akan ada yang berani menyentuhmu termasuk perempuan itu."

Grace memasang wajah kesal. Kenapa Max menganggapnya lemah seolah-olah Grace hanya membutuhkan lelaki itu untuk bertahan hidup.

"Pikirkanlah dengan bijak, Monica. Tawaran ini tidak aku berikan pada semua orang, hanya padamu." Rayu Max, namun Grace masih dengan pendiriannya.

"Maaf tapi aku bisa menjaga diriku sendiri."

"Menjaga?"

Grace langsung memalingkan wajahnya begitu Max menatapnya remeh.

"Sepertinya jika aku tidak menemukanmu sedang diperkosa oleh lelaki itu, kamu sudah mengandung anaknya sekarang."

Grace langsung merasakan sakit dihatinya. Sebenarnya yang dikatakan Max tidak seluruhnya salah, jika Max tidak membantu, mungkin saja ia sudah menjadi sanderaan orang atau bahkan mati.

"Beri aku waktu." Ucap Grace, Max tersenyum puas.

"Baiklah, Monica. Aku akan menunggumu."

Max bangkit lalu berjalan keluar dari kamar pribadinya yang dipakai Grace. Grace menatap kepergian itu sambil terus berpikir tentang nasib yang akan ia dapatkan kedepannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • CEO Tergila-gila Padaku   Kerjasama

    "Istri saya?" tanya Jovel pura-pura kebingungan."Yah, istrimu. Siapa tahu dia akan berteman dengan Grace." Jelas Max, Jovel menghela nafas lega."Saya tidak punya istri tuan, anda tidak perlu khawatir." Jelas Jovel, Max mengerutkan alisnya.Max tahu kalau saat ini Jovel sedang berbohong. Tapi dari itu semua, Max sangat mengerti jika Jovel tidak ingin memberitahukan identitas istrinya itu."Baiklah, segera bawa Olivia kemari. Kamu tidak perlu menempatkannya disisiku, buat saja dia ingin bertemu Grace walau sebentar." Titah Max. Jovel membungkukkan badannya. "Baik tuan."Jovel keluar dari ruangan Max dan berpas-pasan dengan assisten dari Riksan."Apa tuan Max didalam?" tanyanya, Jovel mengangguk."Tuan muda ingin bertemu, apakah bisa?"Jovel sedikit terkejut dengan pertanyaan itu. Tuan muda yang ia maksud pasti adik tiri Max, apakah Max akan baik-baik saja jika bertemu denganya?"Akan ku tanyakan terlebih dulu."Jovel masuk kembali ke ruangan membuat Max menatapnya bingung. "Kenapa?""

  • CEO Tergila-gila Padaku   Grace Kembali

    "Jadi, kamu akan menandatanganinya?" tanya Riksan begitu mendengar kalau Max memanggilnya.Max mengangguk lalu mengambil berkas yang diberikan assisten Riksan. Max membaca sekilas berkas itu, menandatanganinya lalu memberikannya pada Riksan."See?"Riksan menerima berkas itu dan mengembangkan senyuman."Bagus, akhirnya kamu memiliki pemikiran dewasa." Max membuang muka sambil menghela nafas."Sekarang berikan istriku!" tegas Max membuat Riksan terkekeh pelan."Tenang. Jo! Jemputlah Grace dengan hati-hati. Dia adalah wanita kesayangan anakku." Titah Riksan yang langsung dituruti oleh assistennya.Kepergian Jo bertepatan dengan Jovel yang baru saja datang membawa Grace. Semua tatapan itu refleks melirik padanya."Ah, ternyata kau sudah kabur."Grace terlihat tenang lalu melirik pada Max. Max bangun dari duduknya dan berjalan kearah Grace.Mereka berpelukan untuk waktu yang lama. Menjalarkan kerinduan karena beberapa saat mereka tidak bertemu karena masalah keluarga Max yang sangat meru

  • CEO Tergila-gila Padaku   Gejala Kehamilan

    "Sialan!"Max membanting semua barang di rumahnya membuat kegaduhan besar di rumah. Para pelayannya hanya menunduk melihat tuannya marah besar karena tidak berani sama sekali dengan Max."Aku tidak menyangka pelayanku sendiri mengkhianatiku." Gumam Max yang dapat didengar oleh seluruh pelayan di rumahnya.Max menatapi pelayan itu satu-satu. Memelototi mereka dengan tajam membuat nyali mereka makin menciut."Sania!"Orang yang dipanggil itu keluar. Ia berjalan mendekat kearah Max sambil tetap menundukan kepalanya.Max menatap lekat orang itu. Sania yang sudah lama menjadi kepala pelayan hanya bisa menunduk menerima kenyataan bahwa dirinya lah yang akan disalahkan."Tuan, tolong kendalikan diri anda!" Jovel tiba-tiba datang seperti penyelaman untuk para pelayan.Max menatap Jovel dengan tajam dan kini membuang muka. Jovel mendekati tuannya lalu menunduk dengan sopan."Tuan, jika memang anda ingin istri anda kembali, coba pertimbangkan kembali tawaran ayah anda." Ucap Jovel membuat Max t

  • CEO Tergila-gila Padaku   Grace Diculik

    Beberapa hari berlalu, kini Grace dan Max sudah kembali lagi ke negara asal. Jovel yang sudah setia menunggu di bandara langsung membawa laki-laki itu menuju kantor membuat Grace bergeleng kepala."Pulanglah ke rumah. Aku akan segera pulang." Titah Max. Grace hanya mengangguk menurut lalu melambaikan tangan pada Max yang kini sudah pergi berlalu.Grace menatap kepergian Max yang diiringi dengan Jovel. Seseorang pun menepuk pundaknya membuat Grace membalikkan badan."Nyonya, mari ikuti saya." Ucap seseorang yang memakai baju pelayan yang sering ada di rumahnya.Grace tersenyum dan mengangguk lalu mengikuti pria itu.Sebenarnya Grace sedikit asing dengan pelayan dihadapannya. Pelayan di rumah Max memang terbilang cukup banyak, tetapi pasti selewat Grace mengenal wajah pelayan itu."Silahkan masuk nyonya."Grace ditambah bingung lagi ketika melihat mobil yang tidak pernah ia naiki itu. Max tidak pernah membeli mobil yang modelannya seperti ini."Em, apa ini mobil Max?" tanya Grace. Pelay

  • CEO Tergila-gila Padaku   Jovel dan Olivia

    "Keluarkan Olivia dan buang dia jauh-jauh dari Grace." Jovel sangat bahagia dalam hatinya. Max akhirnya memerintahkan untuk membuang Olivia dimana pria itu tidak akan menganggangu Olivia lagi."Satu lagi, uruslah perusahaanku di Bali untuk sementara waktu. Aku tidak bisa keluar kota untuk saat ini."Jovel membungkuk dengan sopan lalu pergi berlalu untuk segera melaksanakan perintah atasannya. Jovel melangkah dengan senangnya sambil membuat surat rekomendasi untuk Olivia bekerja di perusahaan Bali agar bisa terus bersamanya.Sampai setelah rencananya semua itu berjalan lancar, Olivia malah merobek surat rekomendasinya membuat Jovel mematung kaget."Aku akan pergi sendiri."Gadis itu pergi berlalu begitu saja membuat Jovel segera berbalik dan menarik lengannya. "Jangan tinggalkan aku!"Olivia tersentak mendengar itu dan berbalik melihat Jovel yang kini sudah menangis dengan wajah sedihnya.Wanita itu pastinya sangat tidak percaya dengan ekspresi itu. Selama ini Jovel yang selalu tidak

  • CEO Tergila-gila Padaku   Perasaan Jovel

    Jovel menghela nafas panjang. Sudah dua hari berlalu dari libur tuannya memberatkan harinya. Padahal dirinya sudah sibuk mengurus perusahaan Max yang ada di Bali, kini dirinya juga harus mengurus perusahaan di Jakarta. Yang benar saja.Namun untungnya ia mempunyai istri yang berbakat sehingga pekerjaannya di Bali sedikit lebih ringan.Kintan masuk ke ruangan Max yang sedang diisi Jovel membuat pria itu kini menyorotnya dengan mata sinis. Sudah dua hari pula gadis itu tidak masuk sehingga pekerjaannya disini tidak ada yang membantu."Kemana saja kau?!" tanya Jovel bengis membuat Kintan mengerutkan alis."Kenapa kamu yang disini? Kemana tuan Max?" tanya Kintan, Jovel mendesah pelan sambil membuang pandangannya tak menjawab pertanyaan Kintan.Kintan merasa tersinggung dicueki seperti itu. Dirinya pun berjalan menghentakkan kaki mendekati Jovel. Ia menarik kerah baju Jovel dan menatapnya dengan lekat."Beritahu aku kemana perginya Max!"Jovel menepis lengan Kintan dari bajunya. Pria itu m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status