Home / Romansa / CINTA TERLARANG SANG IBU SUSU / 40. Keysha dan Miranti

Share

40. Keysha dan Miranti

Author: A. Rietha
last update Last Updated: 2025-05-22 19:25:03

”Selamat pagi, Tante,” sapa wanita muda yang tidak Miranti kenal itu.

Wanita itu berjalan mendekat. Sepatu berhak tingginya membuat tubuh langsingnya tampak makin menjulang.

”Keysha, apa kabar, Sayang? Tidak kesasar kan menemukan rumah Adrian?” sapa Linda saat melihat Keysha datang seperti yang sudah dijanjikannya.

”Tidak, Tante?” ujar Keysha.

Suaranya terdengar merdu mendayu. Selaras dengan wajah cantiknya. Mata cokelat gelapnya segera tertuju pada Bianca yang berada dalam gendongan Miranti.

Linda mengulurkan tangannya dan menjangkau lengan Keysha supaya lebih mendekat.

”Keysha, ini Bianca, putri Adrian.”

Keysha melangkah mendekat, matanya tidak lepas menatap Bianca.

”Dia cantik sekali, seperti dugaanku,” ucap Keysha sambil mengulurkan tangan untuk menyentuh pipi Bianca tanpa meminta izin.

Biasanya Miranti akan melarang siapa pun dari luar menyentuh Bianca sebelum mencuci tangan. Adrian pun sering Miranti ingatkan tentang hal itu.

Namun, sebelum Miranti sempat merespons, Linda sudah
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • CINTA TERLARANG SANG IBU SUSU   93. Pengakuan

    Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam ketika shift kedua akhirnya berakhir. Gerai sudah sepi. Para karyawan termasuk Miranti tengah merapikan bagian dalam gerai sebelum pulang.Miranti bekerja dengan gugup. Tangannya gemetar saat merapikan counter. Suara langkah kaki karyawan lain yang berhamburan keluar gerai perlahan menghilang, menyisakan kesunyian yang mencekam."Harus sekarang," gumam Miranti pada dirinya sendiri.Kata-kata Sani kemarin masih membekas di benaknya. Ia harus menjaga jarak dengan Beni. Terlalu banyak tatapan penuh makna, terlalu banyak perhatian khusus yang mulai disadari karyawan lain.Miranti menghela napas panjang sebelum naik ke lantai atas menuju ruangan Beni. Ia mengetuk pelan pintu ruangan atasannya itu. Suara "masuk" dari dalam membuat jantungnya berdegup lebih kencang.Beni mengangkat kepala dari tumpukan laporan di mejanya. Senyum hangat langsung mengembang di wajahnya melihat Miranti berdiri di ambang pintu dengan ekspresi canggung."Miranti? Tumben kamu

  • CINTA TERLARANG SANG IBU SUSU   92. Dilema

    Miranti berdiri dan menatap deretan asesoris dengan mata kosong. Suara beep barcode scanner dari mesin kasir di counter sebelahnya terdengar monoton di telinganya, bercampur dengan ocehan pelanggan yang sibuk memilih aksesoris. Tapi pikirannya melayang jauh, terjebak dalam keraguan yang semakin menggerogoti hatinya."Miranti, ini minuman buat kamu."Suara Beni membuatnya tersentak. Lagi-lagi pria itu berdiri di hadapannya dengan sebotol teh dalam kemasan, senyum ramah terkembang di wajahnya."Ah, terima kasih, Pak." Miranti menerima botol itu dengan canggung. "Tapi sebenarnya tidak perlu, saya bisa beli sendiri."Beni menggeleng. "Tidak apa-apa. Cuaca hari ini panas sekali. Kamu harus banyak minum."Dari sudut mata, Miranti menangkap tatapan tajam beberapa karyawan. Mereka berbisik-bisik sambil sesekali meliriknya.Hati Miranti langsung terasa tidak nyaman. Ini sudah kesekian kalinya Beni membelikannya sesuatu hari ini. Kemarin juga begitu. Dan minggu lalu juga."Pak Beni," Miranti me

  • CINTA TERLARANG SANG IBU SUSU   91. Kasak-Kusuk

    Jam menunjukkan pukul 08.30 pagi ketika Beni sudah sampai di depan gerai handphone miliknya. Kunci berderit saat dia membuka pintu kaca, aroma pembersih lantai masih tercium dari pembersihan kemarin malam. Ini adalah hari kelima berturut-turut dia datang lebih pagi dari biasanya."Selamat pagi, Pak Beni," sapa Miranti yang ternyata sudah ada di dalam gerai."Pagi, Mir. Kamu selalu datang tepat waktu ya," Beni tersenyum sambil melangkah mendekat.Tidak lama kemudian, Sani yang turun dari lantai dua melewati tempat itu dengan wajah masam. Matanya langsung tertuju pada Miranti yang sedang menata display handphone di bagian depan."Pagi, San," Beni menyapa hangat."Pagi, Pak," jawab Sani kaku. Dia melirik Miranti dengan pandangan tidak suka.Beni menyadari ketegangan itu. Seminggu terakhir, atmosfer di gerainya tak seperti biasanya. Sani yang biasanya aktif memberikan arahan malah sering bersikap dingin pada Miranti. Beberapa kali Beni melihat Sani memberikan tugas yang terlalu sulit untu

  • CINTA TERLARANG SANG IBU SUSU   90. Tekanan Pekerjaan

    Miranti mengeluh sambil mengempaskan tubuhnya ke atas ranjang. Kasur sempit di kamarnya terasa lebih keras dari biasanya. Hari yang melelahkan, terutama bagi batinnya. Setiap otot tubuhnya terasa lelah, tapi yang lebih menyakitkan adalah luka hati yang terus menganga.Omelan Sani yang mencapnya tak becus bekerja masih bergema di telinga Miranti. Kata-kata tajam itu seakan pisau yang mengiris kepercayaan dirinya. Semangat Miranti untuk memulai lagi hidupnya menjadi drop total.Peristiwa siang tadi masih membekas jelas di ingatannya. Seorang pelanggan bertanya tentang smartphone dengan RAM 8GB, tapi Miranti malah terlihat bingung dan menatap layar ponsel kosong.Miranti terpaksa menelepon Sani yang kebetulan saat itu tidak ada di tempat. Bukannya penjelasan, justru dampratan menyakitkan dari Sani yang Miranti dapatkan.Tak lama berselang Sani kembali ke gerai dan kembali menghujani Miranti dengan ucapannya yang lebih menyakitkan."Kamu ini bodoh ya? Masa spesifikasi dasar aja nggak hap

  • CINTA TERLARANG SANG IBU SUSU   89. Pekerjaan Baru, Masalah Baru

    Miranti menarik napas dalam-dalam di depan pintu kaca bertuliskan "TECNO TRENDZ". Jam tangan di pergelangan tangan kirinya menunjukkan pukul delapan pagi tepat. Tangannya gemetar saat meraih gagang pintu. Sudah berapa lama dia tidak menghadapi wawancara kerja?"Selamat pagi, Pak," sapa Miranti pada lelaki bertubuh sedang yang sedang membukakan pintu kaca untuk Miranti. Rambutnya mulai menipis di bagian depan, kulitnya sawo matang, dan matanya hangat saat menatap Miranti."Saya ada janji bertemu dengan Pak Beni Gunawan," ujar Miranti pada securiti itu.Laki-laki itu tersenyum pada Miranti lalu mengajaknya ke lantai toko paling atas. Di ujung lorong, laki-laki itu mengetuk pintu dan mengatakan pada seorang di dalamnya bahwa seseorang ingin bertemu dengannya."Ah, kamu pasti Miranti yang diceritakan Bu Sinta," kata lelaki bertubuh tegap yang tersenyum ramah sambil menjabat tangan Miranti. "Saya Beni, pemilik toko ini. Silakan masuk."Miranti mengangguk gugup. "Ya, Pak. Saya datang untuk

  • CINTA TERLARANG SANG IBU SUSU   88. Kembali ke Kos Lama

    Miranti menatap pagar kayu tinggi yang sudah lama tidak disambanginya. Rumah Bu Sinta pemilik tempat kos yang dulu disewanya.Tempat yang dulu menjadi rumah baginya selama beberapa tahun. Tangannya gemetar saat menekan bel yang ada di balik pagar. Ia tidak yakin apakah masih ada tempat baginya di rumah kos yang disewakan Bu Sinta."Miranti?" Bu Sinta membuka pintu pagar dengan mata berbinar. "Astaga! Kenapa kamu tidak bilang kalau mau datang?""Bu Sinta..." Miranti hampir menangis melihat wajah ramah yang selalu menyambutnya dengan hangat.Bu Sinta tertegun saat melihat wajah kuyu Miranti. Apalagi saat melihat koper besar yang dibawa Miranti."Saya... saya ingin kembali ke kos."Bu Sinta langsung memeluk Miranti erat. "Lho, kenapa? Ayo masuk dulu, jangan berdiri di depan pintu seperti ini!"Miranti mengikuti Bu Sinta masuk ke ruang tamu melalui teras depan rumah yang asri. Aroma bungan lavender dan melati yang tumbuh di halaman Bu Sinta tercium samar dan menenangkan."Duduk, Mir. Aku

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status