Share

PART 97: Carpaccio

Author: Titi Chu
last update Last Updated: 2025-06-01 18:00:43

"Udah lama banget gue nggak lihat lo secara real life."

"Lo nggak ada pas gue pamitan terakhir di Lumeno, Mba."

"Jadi beneran asisten Chef? Gue nggak tau kalau lo bisa masak."

"Yah, kemampuan terpendam, dan kayaknya menurut Gun memang lebih baik dipendam aja."

Mba Niken meringis, lalu menjatuhkan dirinya untuk duduk di sampingku.

Penampilannya malam ini kelihatan cantik sekali. Dia sebenarnya agak tomboy dengan rambut potongan pixie, dan ada tindik di hidungnya. Sedikit rebel juga dengan tato di lengan, yang biasanya tersembunyi oleh pakaian. Tapi kali ini dalam balutan gaun off shoulder hitam, seni bergambar rasi bintang Orion itu eksis, memberi kesan seksi untuk keseluruhan penampilannya.

"Katanya dia dermawan ya?"

"Lo dapat info dari mana?"

"Jadi manajer aja bisa dua kali li
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 104: Tim Hore

    "Aku harus ikut." Pagi berikutnya berjalan sangat hethic, Gun sudah mengenakan polo t-shirt dengan topi, yang semuanya serba putih, kinclong rapi khas dirinya. Sementara aku hanya bisa memandangnya dengan iri. "Anak-anak pasti butuh Mamanya, lagian ini lomba pertama mereka, Gun." "Kamu belum boleh terkena sinar matahari." "Aku bisa di dalam mobil," kataku ngotot. "Atau di bawah tenda. Para ibu kan cuma bakalan jadi penonton aja." "Justru itu, kalau cuma nonton saja lebih baik kamu di sini. Ed akan merekam semuanya, kita punya tim. Nanti kamu bisa menonton ulang kegiatan mereka." Aku cemberut, merasa kesal, dan itu sama sekali tidak ditutup-tutupi. Tapi bukan karena Gun, melainkan Zara yang menyebabkan semua rasa sakit ini. Aku sudah menunggu momen ini begitu lama semenjak Gun setuju untuk menemani anak-anak dalam lomba. Dan sekarang aku kehilangan segalanya. "Mita..." sebut Gun mendesah, dia mendekat, duduk di sampingku saat melihat mataku mulai berkaca-kaca. Berusaha membujuk

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 103: Origami

    Aku terbangun keesokan paginya dengan rasa terbakar di tenggorokan dan perut. Gun langsung melompat bangkit dari tempat tidur untuk memanggil dokter, tapi di saat yang sama aku pun bangkit untuk muntah-muntah hebat di kamar mandi. Tubuhku lemas, rasanya seperti apa yang kumakan semalam keluar semua. Gun membantu meraup dan menggenggam rambutku selama aku mengosongkan isi perut. Begitu dokter Alex tiba, aku sudah tidak bisa apa-apa di atas tempat tidur. Beliau mengatakan bahwa ini reaksi obat, tapi gatalnya luar biasa. Aku menggaruk ruam-ruam itu saking tidak tahan. Lalu tertidur karena kepala berat, bangun hanya untuk makan dan minum obat. Namun begitu benar-benar bisa membuka mata, wajah Hiro dan Naga adalah yang pertama kali kulihat. "Mama udah bangun!" Naga berseru di atas tempat tidur, di sisi kananku. Sementara Hiro di sisi lain, tampak sedang mengusapi keningku dengan tisu. "Mama keringetan," katanya manis. Lalu Gun nongol dalam penglihatanku, membantu menyusun bantal aga

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 102: Enkripsi Quantum

    "Udah." "Kamu harus makan lebih banyak." "Mau buah aja." "Oke." Senang sekali rasanya melihat Gun begitu perhatian dan lembut. Jarang-jarang dia nurut dan mudah menyerah. Rasanya aku pengin abadikan momen ini di ponsel dan merekamnya, sekadar menyimpan kenangan. Omong-omong soal ponsel, aku baru mengaktifkan benda itu sekarang. Dan notif langsung jebol. Ada 20 percobaan panggilan, 30 pesan dan email dari bank untuk tagihan bulanan hutang Mama. Aku mengabaikan yang terkahir dan mencoba membaca pesan satu per satu sambil dibantu makan malam sama Gun. Pertama ada dari Lea, yang menanyakan kabar. Dia mendapatkan berita ini dari Ed. Entah bagaimana, berhubung laki-laki itu sangat pendiam. Lalu dari Chef Lukas dan Rena yang kurang lebih isinya sama. Kemudian jemariku berhenti di chat dari Mba Niken da

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 101: Briptu & Aipda

    Gun tidak merespon seakan dia sudah menduga dan hanya perlu memastikan. "Jadi memang hanya minuman itu?""Hanya itu, dan aku juga nggak ada riwayat alergi sebelumnya. Dokter Alex bilang metabisulfit itu sangat berbahaya."Haruskah aku menceritakan tentang apa yang akan dilakukan Mba Niken?Ini membuatku takut, dia sudah memberikan warning tentang sebuah bubuk putih yang tidak jadi dimasukkan dalam minumanku, tapi bagaimana jika Zara nekat menggunakan orang lain?"Masalahnya," kataku lagi sambil berdeham. "Kalau ada orang jahat yang sengaja masukin bubuk itu ke dalam minuman malam itu. Kapan tepatnya? Kita lihat sendiri botol wine itu dibuka dan dituang di depan mata kita, dan kamu...""Benar, kalau minuman itu sudah dicampur metabisulfit dari dalam botol, seharusnya aku juga mendapatkan reaksi yang sama, tapi hanya kamu yang terluka.""Gun," kataku, bergerak-gerak gelisah. Aku yakin tidak perlu mengajarkan dia segala prosedur ket

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 100: Baby's Breath

    Jenardi dan Ed adalah yang pertama kali berkunjung di hari berikutnya. Mereka membawa bucket bunga, cantik sekali, peony dan baby's breath. "Kata Gun, lo suka banget tulip orange, tapi gue yakin dia pasti udah beliin itu duluan, jadi gue bawain yang lain aja." Aku meringis sambil berterima kasih. Diam-diam melirik tulip orange dalam sebuah vas yang sejak pagi sudah bertengger manis di samping tempat tidur. Gun tidak pernah beranjak dari sisiku kecuali untuk kebutuhan toilet, bukannya senang lama-lama aku malah risi. Aku sudah lumayan membaik, ruam merah itu masih mecolok tapi jantungku sudah tidak berdegup kencang, napasku mulai terasa teratur. Dokter Alex juga bilang perkembanganku sangat memuaskan. Walaupun aku masih harus rawat inap, diikuti pengobatan ringan. Sementara itu, kulitku masih sensitif, dan tubuhku lemah seperti habis berenang maraton. Tapi selain itu, semua aman.

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 99: Saturasi

    Jungkir balik. Rasanya seperti aku melihat kilas balik semua hidupku dalam satu film dokumenter. Dari aku kecil, ketika Mama pertama kali membawaku ke sekolah. Masa SMP yang menakutkan sebagai seorang remaja, masa SMA yang berbunga-bunga pertama kali mengenal cinta. Masa kuliah yang penuh tantangan, sampai berhenti ketika aku berada di rumah sakit lalu mendengar seorang perawat mengatakan. "Kedua bayi Bunda laki-laki." Di sanalah aku menangis sejadi-jadinya, menyaksikan dua tubuh mungil mencari kehangatan di dadaku. Untuk pertama kali, kulit kami bertemu, dan aku bisa merasakan mereka hidup. Lalu, semuanya kembali berubah, aku dalam kekalutan, dicaci maki keluarga saat membawa mereka ke Jakarta. "Di mana Papanya? Kenapa nggak kamu berikan aja anak-anak itu ke dia?" "Kalian langsung bercerai?" "Satu anak aja sudah membuat repot dan kamu malah punya dua." "Aib keluar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status