Share

Bab 5

Kali ini aku makan dengan malas, selain tidak ada Lani yang menemani juga rasa kenyang karena makan di tempat Sofi tadi. Selesai makan, membersihkan diri menjadi pilihan. Aku tidak mau Lani mencium aroma parfum Sofi di tubuh. Walaupun mungkin dia sudah tahu ada parfum lain ditubuhku.

Mengguyurkan air ke kepala berulang kali, berharap otak ini kembali waras. Melihat kesedihan Lani tadi, rasa bersalah dalam hati semakin besar. Haruskah aku menutupi semuanya, atau mungkin kejujuran yang harus kuberikan. Semakin aku berpikir, otak semakin buntu. 

Keluar kamar aku melihat Lani tidur dengan pulas, terdengar dengkuran halus. Pelan-pelan duduk di sampingnya. Aku usap wajahnya yang terlihat ayu, matanya sembab, masih ada sisa air mata di pelupuk. Tanpa sadar, aku menangis sambil terus memandangi wajahnya. Wajah yang sekian tahun menghiasi hidupku dengan senyum manis. Dia yang selalu memberi semangat hingga posisi yang sekarang. Tapi apa yang kuberikan, hanya kebohongan nyata yang mungkin akan merusak rumah tangga. 

Berbaring sambil memeluk Lani, terasa nyaman. Cahaya dari gawai di atas meja tak kuhiraukan. Kali ini aku ingin dengan Laniku. Wanitaku yang semakin terasa jauh. Bodo amat jika itu Sofi yang menghubungi. Sekarang ini Lani yang lebih membutuhkanku, begitu juga denganku. 

Mimpi buruk membuat aku terjaga malam ini. Keringat dingin membasahi pelipis. Jam dinding masih menunjukkan pukul satu malam. Dalam mimpi aku melihat Lani menangis tergugu di bawah pohon besar, tapi begitu aku ingin menghampiri, ada seorang pria yang mengulurkan tangan padanya. Lani tersenyum melihat pria itu, tapi menangis ketika menoleh padaku. Mimpi yang aneh. 

Aku mengambil segelas air minum di dapur. Kemudian duduk sembari menghabiskan dengan beberapa tegukan. Gawai Lani tergeletak di atas meja makan. Entah angin apa yang ingin membuatku mengambil dan membukanya. Terlihat ada beberapa pesan dan panggilan.

Pesan pertama aku baca dari sahabatnya yang berisi agar Lani tetap bersabar. Riwayat pesan sepertinya dihapus, hanya ada jawaban itu. Aku mengernyitkan dahi. Pesan kedua dari ibu mertua, beliau bertanya apakah Lani baik-baik saja. Yang membuatku kaget adalah tulisan pesan dari Yudha. Aku membaca ada nada khawatir. Tiga panggilan juga darinya. Memangnya ada apa dengan Laniku? Apakah sesuatu terjadi padanya? Kenapa harus orang lain yang harus tahu masalahnya? Sedangkan aku suaminya tidak mengetahui apa-apa. Ah, Lani, jangan membuatku cemburu. Siapa Yudha? Ada hubungan apa kami dengannya? 

"Mas?" Panggilan Lani mengagetkanku, spontan gawai yang kupegang langsung terjatuh di atas meja.

"Ehm.. Maaf Dek. Aku hanya membuka sebentar hand phone mu, sepertinya ada banyak pesan." Jawabku hati-hati.

"Buka aja Mas, nggak ada yang penting dan rahasia juga. Jadi silahkan Mas baca." Jawabannya langsung membuatku terpukul telak. 

"Kamu ngapain bangun? Mimpi buruk?"

"Aku lapar. Seharian belum makan." Jawabnya sambil menyendok beberapa nasi ke piring.

Ya Allah, pasti dia menungguku seharian. Bodoh sekali aku ini. 

"Mas temani ya? Maaf tadi nggak bisa pulang awal, ada panggilan mendadak dari kantor."

"Sudah biasa Mas." Jawabnya dengan tersenyum kaku.

Lani makan dengan lahap, terlihat kalau dia sangat lapar. Aku ingin menanyakan perihal Yudha. Tapi bagaimana memulai pertanyaan aku bingung. Beberapa menit kupandangi Lani makan. Tetap melakukan aktifitasnya walaupun ada aku di sampingnya. Inisiatif aku mengambilkannya minuman. 

"Dek?" sambil kuletakkan gelas di samping piringnya.

"Hem?" jawabnya tanpa menoleh.

"Yudha siapa?"

"Teman." Jawabnya santai.

"Teman apa?" Tanyaku penasaran.

"Ya, teman aja." 

Lani beranjak dari meja makan menuju kulkas dan mengambil minuman, minuman yang aku ambilkan tidak disentuh sama sekali.

Aku yakin ada yang tidak beres, kalau memang hanya teman, kenapa dia sangat perhatian pada istriku. Bukan hanya itu, kenapa Lani merasa tidak nyaman saat kutanya tentang Yudha. Dan kenapa pula hatiku merasa panas. Aku tidak ingin dia dekat dengan orang lain. Dia istriku, selamanya akan jadi istriku. Akan kucari tahu siapa sebenarnya Yudha. Ini tidak bisa dibiarkan.

Kali ini aku makan dengan malas, selain tidak ada Lani yang menemani juga rasa kenyang karena makan di tempat Sofi tadi. Selesai makan, membersihkan diri menjadi pilihan. Aku tidak mau Lani mencium aroma parfum Sofi di tubuh. Walaupun mungkin dia sudah tahu ada parfum lain ditubuhku.

Mengguyurkan air ke kepala berulang kali, berharap otak ini kembali waras. Melihat kesedihan Lani tadi, rasa bersalah dalam hati semakin besar. Haruskah aku menutupi semuanya, atau mungkin kejujuran yang harus kuberikan. Semakin aku berpikir, otak semakin buntu. 

Keluar kamar aku melihat Lani tidur dengan pulas, terdengar dengkuran halus. Pelan-pelan duduk di sampingnya. Aku usap wajahnya yang terlihat ayu, matanya sembab, masih ada sisa air mata di pelupuk. Tanpa sadar, aku menangis sambil terus memandangi wajahnya. Wajah yang sekian tahun menghiasi hidupku dengan senyum manis. Dia yang selalu memberi semangat hingga posisi yang sekarang. Tapi apa yang kuberikan, hanya kebohongan nyata yang mungkin akan merusak rumah tangga. 

Berbaring sambil memeluk Lani, terasa nyaman. Cahaya dari gawai di atas meja tak kuhiraukan. Kali ini aku ingin dengan Laniku. Wanitaku yang semakin terasa jauh. Bodo amat jika itu Sofi yang menghubungi. Sekarang ini Lani yang lebih membutuhkanku, begitu juga denganku. 

Mimpi buruk membuat aku terjaga malam ini. Keringat dingin membasahi pelipis. Jam dinding masih menunjukkan pukul satu malam. Dalam mimpi aku melihat Lani menangis tergugu di bawah pohon besar, tapi begitu aku ingin menghampiri, ada seorang pria yang mengulurkan tangan padanya. Lani tersenyum melihat pria itu, tapi menangis ketika menoleh padaku. Mimpi yang aneh. 

Aku mengambil segelas air minum di dapur. Kemudian duduk sembari menghabiskan dengan beberapa tegukan. Gawai Lani tergeletak di atas meja makan. Entah angin apa yang ingin membuatku mengambil dan membukanya. Terlihat ada beberapa pesan dan panggilan.

Pesan pertama aku baca dari sahabatnya yang berisi agar Lani tetap bersabar. Riwayat pesan sepertinya dihapus, hanya ada jawaban itu. Aku mengernyitkan dahi. Pesan kedua dari ibu mertua, beliau bertanya apakah Lani baik-baik saja. Yang membuatku kaget adalah tulisan pesan dari Yudha. Aku membaca ada nada khawatir. Tiga panggilan juga darinya. Memangnya ada apa dengan Laniku? Apakah sesuatu terjadi padanya? Kenapa harus orang lain yang harus tahu masalahnya? Sedangkan aku suaminya tidak mengetahui apa-apa. Ah, Lani, jangan membuatku cemburu. Siapa Yudha? Ada hubungan apa kami dengannya? 

"Mas?" Panggilan Lani mengagetkanku, spontan gawai yang kupegang langsung terjatuh di atas meja.

"Ehm.. Maaf Dek. Aku hanya membuka sebentar hand phone mu, sepertinya ada banyak pesan." Jawabku hati-hati.

"Buka aja Mas, nggak ada yang penting dan rahasia juga. Jadi silahkan Mas baca." Jawabannya langsung membuatku terpukul telak. 

"Kamu ngapain bangun? Mimpi buruk?"

"Aku lapar. Seharian belum makan." Jawabnya sambil menyendok beberapa nasi ke piring.

Ya Allah, pasti dia menungguku seharian. Bodoh sekali aku ini. 

"Mas temani ya? Maaf tadi nggak bisa pulang awal, ada panggilan mendadak dari kantor."

"Sudah biasa Mas." Jawabnya dengan tersenyum kaku.

Lani makan dengan lahap, terlihat kalau dia sangat lapar. Aku ingin menanyakan perihal Yudha. Tapi bagaimana memulai pertanyaan aku bingung. Beberapa menit kupandangi Lani makan. Tetap melakukan aktifitasnya walaupun ada aku di sampingnya. Inisiatif aku mengambilkannya minuman. 

"Dek?" sambil kuletakkan gelas di samping piringnya.

"Hem?" jawabnya tanpa menoleh.

"Yudha siapa?"

"Teman." Jawabnya santai.

"Teman apa?" Tanyaku penasaran.

"Ya, teman aja." 

Lani beranjak dari meja makan menuju kulkas dan mengambil minuman, minuman yang aku ambilkan tidak disentuh sama sekali.

Aku yakin ada yang tidak beres, kalau memang hanya teman, kenapa dia sangat perhatian pada istriku. Bukan hanya itu, kenapa Lani merasa tidak nyaman saat kutanya tentang Yudha. Dan kenapa pula hatiku merasa panas. Aku tidak ingin dia dekat dengan orang lain. Dia istriku, selamanya akan jadi istriku. Akan kucari tahu siapa sebenarnya Yudha. Ini tidak bisa dibiarkan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status