"cari info yang nama nya Zahira". Perintah Rayyan terhadap anak buah nya lewat telepon.
"Zahira yang mana bos? Apa ada foto nya atau nama lengkap nya?" Rayyan menepuk jidat, mengingat dia baru satu kali bertemu gadis itu. "Bisa bisanya aku nyuruh orang buat nyari informasi tanpa foto atau nama lengkapnya". Gumam Rayyan. "Cari saja semua gadis yang nama nya Zahira, terus kamu foto, kirim ke saya". Titah Rayyan. Anak buah Nya yang mendengar perintah Rayyan menjadi bingung kemana harus mencarinya . •••••• Di lain tempat, Zahira tertidur di atas sajadah, setelah semalam dia bermunajat kepada rabb nya, memohon ampun, meminta kekuatan untuk menjalani kehidupan yang akan datang. "Astaghfirullah... Sudah jam 5. Aku ketiduran tadi malam". Gumam Zahira. Zahira langsung bergegas mandi, kemudian melaksanakan sholat shubuh. Setelah selesai sholat, dia kembali muraja'ah hafalan nya. Kemudian beranjak ke dapur, untuk membantu Umi Hana memasak. "Pagi umi.... Umi masak apa?" Tanya Zahira dengan menggeleot manja ke Umi Hana. "Astaghfirullah .. kakak kebiasaan, ngagetin Umi". ucap Umi Hana mengelus dada. "Hehe, maaf Umi ku sayang..". Jawab Zahira dengan menunjukan gigi putih nya. "Umi masak apa?". Tanya Zahira lagi. "Masak ikan goreng sama sambal kemangi kak, ini sudah hampir selesai," jawab Umi Hana. "Duuh.... Zahira gak jadi bantuin dong. hehe". Canda Zahira. "Kamu ini kak...anak perawan kok bangunnya siang, gimana nanti jika sudah punya suami?" Balas Umi Hana. Mendengar kata perawan dan suami, hati Zahira mendadak sesak, memikirkan masa depan nya, bagaimana jika suami Zahira nanti kecewa karena dirinya yang sudah tidak perawan lagi. Terlalu lama dengan fikirannya, Umi hana mencubit pipi gembul putri semata wayang nya . "Umi ..." Protes Zahira dengan cemberut. "He he, habis nya kakak ngelamun sih... Udah, gak usah cemberut gitu, nanti pipinya tambah bulat lo". Canda Umi Hana. "Ah , Umi mah gitu .. " ucap Zahira. "Sudah sudah, ayuk sarapan dulu, abah sudah menunggu di ruang tengah dari tadi". Ujar Umi Hana. "Biar Zahira yang nyiapin, Umi temenin Abah saja". Ucap Zahira. "Iya kak.. makasih ya," jawab Umi Hana. "Umi mah kebiasaan... Masa sedikit-sedikit bilang makasih, sedikit - sedikit bilang maaf". Ucap Zahira. "Terus kenapa kak ? Kalau kita mendapat bantuan kan harus berucap terimakasih, terus kalau kita salah kan harus minta maaf, meskipun dengan anak sendiri". Ucap Umi Hana. "Sesama manusia harus menghargai meskipun dengan anak kecil," sambung Umi Hana. "Iya Umi ku sayang... Umi memang paling the best best.." Jawab Zahira mengacungkan 2 jempolnya. Melihat tingkah putri satu - satu nya, Umi Hana hanya menggeleng gelengkan kepala. ••• Dentingan sendok di meja makan bersahutan, peraturan disaat sedang makan dilarang ada yang berbicara membuat suasana menjadi sunyi sepi. Setelah satu per satu selesai. Abah Shiddiq membuka percakapan. "Abah sudah tua kak, sebelum Abah tiada, Abah ingin melihat kamu menikah." Terang Abah Shiddiq. "Uhuk uhuk" Zahira yang sedang minum pun tersedak mendengar ucapan Abah Shiddiq. "Zahira kan masih skripsi Bah.. belum juga lulus, nanti nanti saja ya nikahNya". Sanggah Zahira dengan perasaan was was. "Nanti jika sahabat Abah sudah pulang dari Mesir, dia ingin Anaknya dan kamu melakukan ta'aruf kak, " ucap Abah shiddiq. Zahira yang mendengar menjadi tegang, memikirkan bagaimana nanti jika suaminya tahu dia sudah ternoda, apa bisa menerima dia apa adanya ? atau justru menjadi retak nya sebuah hubungan antara sahabat ?!. "Kamu tenang saja kak... Nanti kalau kakak tidak cocok, kakak bisa menolaknya," jelas Umi Hana membebaskan. "Iya Umi," jawab Zahira. "Ya sudah, Abah ngisi pengajian di masjid dulu, , nanti gantiin Abah nyimak hafalan santri ya kak," pinta Abah Shiddiq. "Iya Bah". Jawab Zahira. Setelah kepergian Abah siddiq, saat Umi Hana sedang membereskan meja, tangan Umi Hana di cegah Zahira. "Umi istirahat saja. Biar Zahira yang beresin," ujar Zahira. "Iya makasih kak ... Nanti kalau mau ke Pondok, jangan lupa tutup pintu nya." Ujar Umi Hana. "Iya Umi", jawab Zahira . Tidak butuh waktu lama, Zahira sudah selesai dengan pekerjaan nya, dia pun siap siap untuk ke Pondok putri menyimak hafalan para santri . ••• Melihat kedatangan Zahira, para santri menunduk hormat kepada neng nya itu dengan takdzim. Melihat para santri begitu, Zahira menjadi risih kemudian mengurNya. "Aku kan sudah bilang ke kalian... Tidak perlu bersikap begitu ... Umur kita kan selisihnya hanya sedikit," ucap Zahira sambil tersenyum manis. " Maaf neng, rasanya tidak sopan jika tidak begitu, neng kan anak Abah sekaligus ustadzah kami". Terang salah satu santri. "Huft", pasrah Zahira menerima perlakuan istimewa dari para santri. "Andai kalian tau, aku sudah ternoda, apa kalian akan bersikap begitu?" Batin Zahira. Zahira mulai membuka mushafnya, menyimak para santri yang menghafal. Setelah selesai melakukan aktifitasNya, Zahira kembali ke rumah. Melihat rumah yang sepi karena Abah nya yang belum pulang, dan umi Hana yang mengisi acara di kampung sebelah, sedangkan adik Nya yang menempuh pendidikan di mesir, zahira memutuskan untuk masuk ke Kamar. Bayangan kejadian-kejadian yang membuat dirinya ternoda hadir kembali begitu saja, teringat itu , hati Zahira remuk, separuh jiwa nya menghilang, pikiran nya terkuras, hingga air mata menetes membasahi pipi. Seakan alam pun ikut sedih melihat nya terpuruk, hujan tiba tiba turun deras membasahi bumi, membuat Zahira berjalan kearah jendela. Duduk di sisi jendela, melihat air yang turun membawa berkah bagi tanaman , tapi juga membawa bencana jika berlebihan . Begitu juga dengan tangisan. Tangisan bisa membuat perasaan menjadi lega, megembalikan kekuatan yang sudah hilang. Tapi jika menangis berlebihan, bisa menyebabkan keterpurukan yang mendalam. Jika sudah begitu, jiwa pun ikut terbawa pergi. Na'udzu billah. Merasa masih terganggu dengan bayangan kelam, Zahira mengambil mushaf, kemudian membacanya lirih sambil melihat hujan yang mulai reda. Bayangan kejadian kejadian yang menggangu hati dan Fikiran nya pun mulai menghilang, berganti dengan ketenangan, apalagi sebab nya ? Kalau bukan Al qur'an, karna bagi nya Al qur'an adalah sumber kekuatan nya, teman sejati nya dan kekasih nya. Tidak terasa hari semakin sore, Zahira memutuskan menutup mushafnya dan pergi ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuh nya. Selesai mandi, Zahira kembali membentang sajadah nya untuk melaksanakan sholat asar. Selesai sholat asar, Zahira mulai muroja'ah hafalannya sebentar, sampai tidak terasa dia tertidur sambil duduk memeluk mushaf nya. ••• Tidak terasa, dia tertidur sudah 2 jam membuat tubuh nya terasa sakit, karena posisi tidur yang tidak pas. "Ya Allah.... Pegal sekali tubuh ku". Gumam Zahira. Tubuh Zahira terasa panas, mebuat wajah ayu nya menjadi kelihatan pucat. "Tok tok tok" suara pintu di ketuk dari luar. "Iya, masuk.." jawab Zahira yang masih berbaring di tempat tidur. Pintu terbuka, menampakkan Umi Hana dengan tatapan khawatir melihat Zahira meringkuk di tempat tidur. "Kamu kenapa kak? Kok di kamar terus? " Tanya Umi Hana. "Badan kakak gak enak Umi". Jawab Zahira. "Astagfirullah... Kamu demam kak ". Ucap Umi setelah menyentuh kening anak sulung nya. "Nanti Umi panggilkan tante Rani ya .." ucap Umi Hana lagi. Setelah itu, Umi Hana menelepon adik nya yang seorang dokter untuk datang memeriksa Zahira."Hallo, Assalamu'alaikum Rani.....," ucap Umi Hana mengghubungi tante Rani."Wa'alaikum salam Mbak Hana." Jawab tante Rani."Rani, kamu bisa kesini sebentar?" Ucap Umi Hana."MemangNya ada apa mbak? Kok tiba tiba sekali? Apa ada yang sakit?" Jawab Tante Rani beruntun."Iya, Zahira yang sakit, badan nya tiba tiba demam, padahal tadi pagi baik baik saja". Jelas Umi Hana."Ya sudah, nanti aku kesana mbak, tapi setelah kerjaaanku selesai ya... Soalnya sebentar lagi ada jadwal operasi." Jawab Tante Rani."Iya ndak apa-apa Ran." Ujar Umi Hana."Ya sudah, telepon nya Rani tutup ya mbak, operasi nya sudah mau mulai." Ucap Tante Rani."Iya Ran, semoga berhasil." Ucap Umi Hana."Aamiin... Terimakasih doa nya mbak,, Assalamu'alaikum." Ucap Tante Rani."Iya sama sama, wa'alaikum salam warahmatullah." jawab Umi Hana mengakhiri panggilan.••••"Alhamdulillah..." syukur tante Rani setelah operasi selesai dan berjalan dengan lancar.Tante Rani pun berberes dan bergegas menuju ke rumah kakak nya.Sete
"cari info yang nama nya Zahira". Perintah Rayyan terhadap anak buah nya lewat telepon."Zahira yang mana bos? Apa ada foto nya atau nama lengkap nya?"Rayyan menepuk jidat, mengingat dia baru satu kali bertemu gadis itu."Bisa bisanya aku nyuruh orang buat nyari informasi tanpa foto atau nama lengkapnya". Gumam Rayyan."Cari saja semua gadis yang nama nya Zahira, terus kamu foto, kirim ke saya". Titah Rayyan.Anak buah Nya yang mendengar perintah Rayyan menjadi bingung kemana harus mencarinya .••••••Di lain tempat, Zahira tertidur di atas sajadah, setelah semalam dia bermunajat kepada rabb nya, memohon ampun, meminta kekuatan untuk menjalani kehidupan yang akan datang."Astaghfirullah... Sudah jam 5. Aku ketiduran tadi malam". Gumam Zahira.Zahira langsung bergegas mandi, kemudian melaksanakan sholat shubuh. Setelah selesai sholat, dia kembali muraja'ah hafalan nya. Kemudian beranjak ke dapur, untuk membantu Umi Hana memasak."Pagi umi.... Umi masak apa?" Tanya Zahira dengan mengge
Di depan pintu, Zahira memejamkan mata menghirup udara kemudian menghembuskanNya, mencari ketenangan, mengumpulkan kekuatan untuk bisa tetap melanjutkan kehidupan Nya."Assalamu'alaikum...". Ucap Zahira."Wa'alaikum salam warahmatullah , kok sampai malam kak ?". Jawab Umi."Iya Umi, tadi Zahira ke rumah Shinta dulu."Sudah mandi Kak ?" Tanya Umi yang melihat pakaian Zahira sudah beda dari yang di pakai tadi pagi ketika pergi ke kampus."Sudah Umi, tadi Kakak mandi di rumah Shinta dan di pinjemin baju soalnya baju Zahira kotor". Jawab Zahira."Abah dimana Mi ?" Tanya Zahira."Abahmu lagi istirahat di kamar, coba kamu lihat, dari tadi dia kelihatan nya gelisah". Jawab Umi .Zahira berjalan menuju kamar Abah nya. Benar saja Abah shiddiq masih terlelap tenang, tidak mau mengganggu, Zahira langsung pergi ke kamar nya sendiri.Seakan kejadiaan menjijikkan tidak mau hilang dari benak nya, membuat Zahira kembali menangis merasakan sesak di dada nya.Teringat ayat yang dia pelajari selama in
Shinta menuntun Zahira yang masih menangis sesenggukan untuk masuk ke dalam rumah sederhana nan asri.Dari kejauhan, Rayyan mengamati mereka. Setelah memastikan Zahira aman, Rayyan kembali melajukan mobil nya membelah jalan dengan menghidupkan musik volume keras. Mewakili perasaan nya yang bercampur aduk.•••Di dalam rumah yang sederhana , Zahira menceritakan semua kejadian yang baru saja dia hadapi kepada Sahabat nya sedari kecil."Innalillahi wainna ilaihi raji'un" ucap Shinta kaget mendengar cerita Sahabat nya."Aku harus gimana Shinta ? Aku takut nanti kalau aku hamil. Aku takut sama Abah Umi. Aku sudah membuat mereka kecewa . Aku malu. Aku bodoh gak bisa jaga diri " Ucap Zahira menangis dengan sesenggukan ."Ini semua bukan salah kamu Ra, ini sudah takdir Allah. Kamu yang sabar ya. Ikhlas! Di balik ujian pasti ada hikmah nya." Jawab Shinta menenangkan Zahira.Zahira hanya bisa menangis memeluk Sahabat nya."Sudah jangan nangis terus Ra, , kamu wanita kuat, lebih baik kamu bersih
" Udah ayo buruan " tanpa sengaja Rayyan menggandeng tangan Zahira. " Astaghfirullah..." Zahira reflek menarik tangan nya karena kaget dan di keluarga nya mengajarkan tidak boleh sentuhan kepada lawan jenis yang bukan makhram nya . Dilain sisi Rayyan merasakan panas yang luar biasa setelah kembali menyentuh tangan Zahira . Selebih ketika sudah berada didalam mobil, perasaan itu semakin menggebu "Tuhan... Tolong aku, jangan sampai aku melukai anak orang" Batin Rayyan . Disisi lain gejolak yang dirasakan Rayyan semakin menggebu, dia berusaha sekuat mungkin menahan hasrat yang sudah menggebu gebu. "Apa yang harus aku lakukan ? gimana ini cara meredamnya! Ah sial !" Batin Rayyan dengan perasaan gelisah . Zahira merngernyit melihat tingkah Rayyan yang menjadi aneh. "Kenapa ya dia ? Kok jadi aneh kaya ulet keket gitu!" Batin Zahira sambil bergidik ngeri . Setelah lama diam dengan rasa penasaran yang memuncak, akhirnya Zahira bertanya "Kamu kenapa?" Tanyanya dengan sedikit ketakutan.
Di rumah bangunan kuno, di lingkungan Pondok Pesantren duduk seorang diri di kamar dengan hati yang gelisah, sambil murojaah hafalanya, demi sebuah kekuatan hati, mencoba kuat atas apa yang sudah menimpa nya, mencoba menerima takdir yang telah ditetapkan oleh Tuhan Nya . Gadis cantik sholehah penghafal qur'an dialah Zahira. Dia termenung memikirkan nasib nya mengingat kejadian naas di sore yang menimpa dirinya setelah pulang kuliah, ketika hendak ke rumah Shinta "sahabatnya" . "Zahira" panggil Shinta ketika hendak pulang menuju parkiran . "Zahira, kamu mau ikut mengerjakan tugas kelompok kita ?" Zahira diam sejenak memikirkan antara ikut atau tidak "kalau tidak ikut, gak enak sama yang lain, sedangkan selama ini aku sering absen jika ada tugas kelompok, tapi bagaimana caranya izin ke Abah ? sedangkan tadi pagi Abah memintaku menggantikan umi menyimak hafalan para santri, setelah pulang kuliah ". Gumamnyaa dalam hati. " Woy . . Malah melamun, gimana Zahira ? " Tanya Shinta membuy