Home / Urban / Cinta Di Ujung Botol / Sosok Itu Muncul

Share

Sosok Itu Muncul

Author: Grafz23
last update Last Updated: 2025-05-06 10:00:45

Dua anak buah Viktor menyeret Andini dengan kasar menyusuri lorong sempit. Lampu gantung di langit-langit berayun pelan, memantulkan cahaya kuning kusam ke lantai beton yang lembap. Di ujung lorong, pintu baja terbuka perlahan dan interogasi pun dimulai.

Andini dijatuhkan ke kursi logam, tangan terikat ke belakang. Nafasnya pendek. Matanya liar.

Rio duduk menyamping, diam. Luka di pelipisnya masih merah, tapi sorot matanya lebih tajam dari sebelumnya. Di sisi lain ruangan, Kayla mondar-mandir seperti singa betina yang dikurung.

Viktor berdiri menghadap dinding monitor, memutar ulang rekaman ledakan gudang senjata. Suaranya pelan, tapi penuh tekanan. “Ini bukan kebetulan. Seseorang tahu lokasi kita. Tahu rencana kita.”

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Cinta Di Ujung Botol   Serangan Balasan Randu

    Distrik Cestova bukan hanya miskin—ia nyaris dilupakan sejarah.Terletak di dataran rendah Sorena, dikelilingi rawa, dan terjepit di antara dua tembok industri yang dibangun oleh pemerintahan lama, distrik ini selama bertahun-tahun hanya dikenal sebagai "wilayah beku"—tak berdaya, tanpa sinyal, dan dipenuhi kelaparan.Namun bagi Rio, Cestova adalah awal.Beberapa bulan sebelum konflik meledak, ia diam-diam menanam bibit perubahan di sini.Ia mendirikan koperasi kecil. Mendistribusikan alat pengolahan limbah. Mengirim tim pengajar dari Arca Vault. Dan lebih dari semua itu—ia menanamkan percaya diri pada warga.Dan hari ini, ia kembali. Bukan sebagai pemimpin perang.Tapi sebagai janji yang ditepati. Kendaraan lapis baja Rio melaju pelan melewati gerbang barat Cestova. Tidak ada drone. Tidak ada pasukan Vox. Tapi sunyi itu bukan karena damai. “Pusat distribusi VIREO Core di bawah tanah diaktifkan semalam,” ucap Zaria dari kursi samping, memantau data. “Sistem memperlambat sinyal dan men

  • Cinta Di Ujung Botol   Jatuhnya Karnosa

    Tubuh Penatua Hildra terikat di kursi besi, luka tembak menghiasi bahunya. Nafasnya berat, namun bibirnya tetap menyunggingkan senyuman kecil. Di hadapannya berdiri Rio, Zaria, dan Neya, dengan sorot mata menusuk dan penuh tekanan."Sudah cukup permainan ini," ucap Rio, nadanya datar namun tajam. "Katakan siapa pemimpin terakhir Vox... atau kau mati di tempat."Hildra terkekeh, napasnya tersendat namun nada suaranya tetap mencemooh."Kalian pikir ini semua tentang kami, para penatua? Tentang Randu? Kalian bahkan belum menyentuh intinya."Rio mengepalkan rahangnya, matanya membakar."Katakan siapa!!""Namanya... Noctare," jawab Hildra akhirnya, menatap lurus ke arah Rio. "Dia bukan bagian dari struktur Vox. Dia adalah Vox. Dia hidup di dalam jaringan. Di dalam data. Sistem yang Damien sembunyikan... bahkan dari kalian."Nadia menyela melalui earpiece. "Rio, aku menemukan serpihan log di jaringan Arca Vault. Nama 'Noctare' muncul sebagai root user yang menyatu dengan sistem Vireo."Rio

  • Cinta Di Ujung Botol   Infiltrasi Rio

    Lampu-lampu mendadak meredup.Salah satu operator segera berdiri dari meja konsol."Rio! Sistem kita disusupi!"Zaria dan Rio langsung berlari ke pusat komando. "Sumber serangan dari jaringan luar—paket data disisipkan lewat satelit lokal," lapor teknisi. "Mereka tahu Krest ada di sini."Tiba-tiba—DUAR!!Sebuah ledakan mengguncang sayap timur markas. Debu dan percikan api meletup dari ventilasi atas. Alarm meraung panjang."Mereka mencoba menghancurkan ruangan isolasi!" teriak Zaria.Rio mencabut pistolnya dan berlari ke lorong bawah tanah, diikuti Zaria dan dua pengawal. Suara tembakan dan ledakan beruntun terdengar dari ujung bunker.Di ruang sel...Asap memenuhi ruangan. Dua penjaga sudah tergeletak tak bernyawa. Di tengah kabut api, siluet seseorang berdiri memegangi tubuh Panglima Krest yang setengah pingsan."Jangan bergerak!" bentak Rio, mengangkat senjatanya.Namun si penyusup malah menoleh—wajahnya tersembunyi di balik helm hitam bertanda tengkorak perak: salah satu unit elit

  • Cinta Di Ujung Botol   Siapa Dalang Semua ini

    RUANG INTEL – BAWAH TANAH PELABUHAN KARNOSA – 08:05Ruang interogasi yang redup. Hanya satu lampu di atas meja baja yang menyala. Dindingnya beton dingin. Di tengah ruangan, Viktor Zien duduk dengan tangan terborgol di kursi baja, tubuhnya setengah roboh, namun sorot matanya masih tajam.Di balik kaca satu arah, Rio, Zaria, dan Matilda mengamati."Kau yakin ingin menginterogasinya sendiri, Rio?" tanya Zaria.Rio tidak menjawab. Dia membuka pintu interogasi dan masuk perlahan. Pintu menutup otomatis di belakangnya. Sunyi."Selamat pagi, Viktor. Sudah sarapan dengan ketakutan?" Rio menarik kursi, duduk di hadapan musuhnya.Viktor tertawa pendek. "Kau terlihat mirip Damien... Terlalu sentimental. Itu akan membunuhmu suatu saat."Rio mencondongkan tubuhnya. "Yang akan terbunuh sekarang bukan aku. Tapi ratusan penduduk jika kau tidak bicara.""Apa yang kau mau dengar, anak kecil? Lokasi Randu? Sudah telat. Dia bukan lagi sekadar manusia. Dia bagian dari Vireo—satu-satunya suar yang tersisa

  • Cinta Di Ujung Botol   Game Of War

    MALAM ITU – DI TEPI PANTAI VLAMIERERio duduk sendirian di atas batu karang, sebatang rokok menyala di jarinya. Pandangannya kosong menatap langit malam yang kelam, hanya bintang-bintang redup yang menyaksikan pergulatan batinnya. Desir angin membawa aroma laut dan kenangan pahit tentang Kayla... tentang Damien... tentang semua yang telah pergi.Langkah tertatih menghampirinya. Andini muncul dari balik bayang-bayang mercusuar, bertumpu pada tongkat penyanggah di tangan kirinya."Apa kau butuh seseorang untuk diajak bicara?" tanyanya lembut.Rio menoleh, buru-buru memadamkan rokoknya, lalu membantu Andini duduk di sampingnya."Kau seharusnya istirahat, sayang," ucapnya, mengusap rambut Andini dengan lembut.Andini tersenyum tipis. "Dan kau seharusnya berhenti menyiksa tubuhmu sendiri, Rio. Luka itu belum sembuh."Rio menghela napas dalam, menatap ombak yang bergulung malas."Aku hanya ingin semuanya selesai. Aku rindu hidup normal... seperti dulu. Seperti malam itu—saat pertama kali ak

  • Cinta Di Ujung Botol   Bantuan Misterius

    Zaria menarik tubuh Rio keluar dari reservoir yang masih diselimuti asap pekat. Napasnya memburu."Nyaris saja kau jadi abu, Rio," desis Zaria, menggandengnya menjauh dari puing dan api."Rio, bagaimana kondisimu sekarang?" suara Nadia terdengar panik dari earpiece."Aku baik-baik saja, Nadia. Bagaimana dengan Matilda dan tim lainnya?" sahut Rio cepat, meski suaranya terdengar serak dan penuh beban."Mereka berhasil keluar... tapi—" sambungan mendadak terputus."Nadia? Halo?! Nadia!" Rio memukul-mukul earpiece, tapi hanya suara statik yang menjawab.Ia menahan nyeri di dadanya, bangkit dengan susah payah. Bersama Zaria, mereka menuju kendaraan tempur yang tersembunyi di lorong gorong-gorong."Kita harus ke Arca Vault. Sekarang," ucap Rio, melepas jaketnya. Luka besar di dada kirinya menganga, darah masih menetes.Zaria melirik, rautnya menegang melihat tubuh Rio penuh debu, keringat, dan luka. Tapi ia tak berkata apa pun, hanya menginjak pedal gas lebih dalam.Saat mereka sampai, pint

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status