Share

Cinta Memang Begitu
Cinta Memang Begitu
Author: Yela

Bab 1

Author: Yela
Aku terlahir kembali, tepat di hari saat Emma datang ke rumahku.

Andai aku bereinkarnasi sedikit lebih awal, mungkin aku bisa mencegah kematian orang tua kandung Emma atau setidaknya memaksa orang tuaku agar tidak mengadopsinya.

Sekarang, dia sudah ada di rumah, mau bagaimanapun juga, semuanya sudah terlambat.

Emma adalah putri dari guru yang sangat dihormati ayahku, seorang pelukis terkenal yang baru punya anak di usia tua. Sejak kecil, Emma selalu dimanja seperti putri raja. Emma punya bakat luar biasa dalam melukis, tetapi menderita penyakit mata misterius, penglihatannya kadang membaik kadang memburuk, bahkan bisa buta kapan saja.

Karena itu, kedua orang tua Emma membawa Emma berobat ke sana-sini, tetapi sebuah kecelakaan merenggut nyawa mereka berdua, meninggalkan Emma yang masih kecil seorang diri.

Masa kecil Emma sangat menyedihkan. Jadi, begitu orang tuaku melihatnya, mereka langsung memutuskan untuk menganggapnya seperti anak sendiri, bahkan menganggapnya lebih penting daripada aku, anak kandung mereka.

"Aubrey, bukannya kamu selalu ingin punya kakak perempuan? Mulai sekarang, Emma akan jadi kakak kandungmu. Kamu senang, 'kan?" Ayah dan ibu memandangku dengan penuh kasih sayang, berharap aku benar-benar mau menerima kakak angkat ini.

Di kehidupan sebelumnya, aku yang baru berusia tujuh tahun memang sangat senang. Aku pikir aku punya anggota keluarga baru yang hangat dan rela membagi kasih sayangku pada kakak yang terlihat lembut itu. Namun, tak terpikirkan olehku kalau Emma itu serakah. Dia tak pernah berniat untuk berbagi, melainkan merebut semuanya untuk dirinya sendiri.

"Aubrey, Ayah tahu kamu anak yang pengertian. Kak Emma kesehatannya kurang baik. Meskipun kamu adalah adiknya, kamu harus bantu Ayah dan Ibu merawatnya. Bisa, 'kan?"

Sebelum aku sempat menjawab, mata Emma sudah berkaca-kaca.

"Aku tahu Aubrey pasti sulit menerimaku. Siapa sih yang mau berbagi kasih orang tua dengan orang lain? Aubrey, jangan cemas, aku akan kembali ke panti asuhan."

Kadang aku curiga kalau Emma juga sudah bereinkarnasi. Mana ada anak delapan tahun yang begitu licik? Aku bahkan belum sempat menolak, dia sudah lebih dulu menudingku pencemburu.

Ibuku langsung mengusap air mata Emma dengan penuh rasa iba.

"Emma, jangan menangis. Itu nggak baik buat matamu."

"Kenapa masih memanggil kami Paman dan Bibi? Sudah kubilang, mulai sekarang kami adalah orang tuamu."

Emma mendongakkan wajah mungilnya. Air matanya yang bening masih menggantung di bulu matanya. Dia tampak begitu terkejut sekaligus bahagia, membuat siapa pun yang melihatnya pasti akan merasa iba.

"Huhu. Sekarang aku punya orang tua!"

Seketika itu juga, mereka bertiga berpelukan sambil menangis. Tak seorang pun mengingat untuk bertanya padaku. Emma memang selalu bisa menarik hati semua orang.

Malam itu, orang tuaku memintaku tidur sekamar dengan Emma. Aku berbaring diam, tak bisa tidur. Otakku terus memikirkan cara agar bisa segera mandiri dan meninggalkan rumah ini.

Pengalamanku di kehidupan sebelumnya membuatku sadar bahwa sejak Emma masuk ke keluarga ini, seluruh perhatian ayah, ibu, dan kakak hanya tertuju padanya.

Menjelang tengah malam, Emma diam-diam bangkit dari tempat tidur. Aku pura-pura tidur dan diam-diam mengintip saat dia berjalan menuju kamar orang tuaku.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Cinta Memang Begitu   Bab 12

    "Aku egois? Aku kejam? Aku menindas dan mengucilkan Emma sejak kecil?""Kalian bilang dia kasihan, jadi aku serahkan kamarku untunya dan pindah ke kamar pelayan. Kalian bilang dia butuh lebih banyak perhatian, jadi sejak umur tujuh tahun aku pergi sekolah sendiri. Kalian bilang dia harus berobat, jadi sejak kecil aku cari beasiswa sendiri tanpa mengandalkan keluarga. Dia bersin sedikit saja, kalian semua langsung mengantarnya ke rumah sakit. Aku demam tinggi, nggak ada yang peduli.""Kalian cuma datang ke pertemuan orang tua Emma dan cuma ingat ulang tahunnya. Dari kecil, semua yang Emma inginkan harus aku kasih padanya. Bahkan orang tuaku sendiri pun aku relakan, kalian masih belum puas? Benar, dia memang menyedihkan, tapi hidupnya yang tragis bukan salahku. Dia sakit parah juga bukan salahku!""Kamu bilang aku nggak layak jadi dokter? Sejak aku memutuskan belajar kedokteran, aku membeli semua buku pelajaran sendiri. Sekolah bahkan sampai guru les pun aku cari sendiri. Selama ini, kam

  • Cinta Memang Begitu   Bab 11

    Sebelum pergi, aku dan kepala sekolah duduk berbincang semalaman. Dia sudah sejak lama menyadari perasaan Nathan padaku, tetapi dia tetap meyakinkanku, meski aku dan Nathan nanti tak bisa bersama, aku akan selalu menjadi putri kesayangannya.Setelah masuk universitas, aku tak pernah lagi berhubungan dengan Keluarga Moore, tetapi mereka masih terus menggunakan kartu bank yang kuberikan. Aku sedikit banyak tahu kabar tentang Keluarga Moore dari teman-teman lama bahwa Keluarga Moore sedang terkena masalah.Saat mengikuti ujian masuk universitas seni, penyakit mata Emma kambuh. Karena di kehidupan ini aku tidak ikut ujian, dia asal menukar namanya dengan lembar jawaban milik siswa lain yang gambarnya bagus. Setelah itu, dia merengek dan pura-pura menyedihkan agar ayahku, yang punya sedikit pengaruh di dunia seni, menyuap panitia untuk menutupi kasus ini.Tak disangka, dia malah menukar lembar milik murid dari penguji utama. Skandal anak angkat Keluarga Moore yang curang dalam ujian langsun

  • Cinta Memang Begitu   Bab 10

    Kami duduk di tepi danau yang pemandangannya indah sambil berbagi kue. Kepala sekolah memberiku sebuah tas baru, sementara hadiah dari Nathan adalah gelang kecil hasil buatannya sendiri. Begitu aku membayangkan Nathan yang ceroboh sedang serius merangkai gelang, aku langsung tertawa. Nathan pun malu dan kesal.Tak terasa dua tahun telah berlalu. Aku sebentar lagi akan lulus SMA. Demi benar-benar meninggalkan Keluarga Moore, aku memutuskan untuk kuliah kedokteran di luar negeri. Nilai-nilaiku sangat bagus, jadi pihak universitas memberiku beasiswa penuh.Begitu surat penerimaan tiba di rumah, barulah Keluarga Moore tahu aku akan kuliah di luar negeri. Awalnya, kupikir orang tuaku yang sok suci itu akan bersikap seperti biasa, langsung menyalahkanku karena mengambil keputusan sendiri.Tak kusangka sikap mereka justru berubah drastis kali ini. Mereka jadi perhatian padaku, bahkan memujiku sebagai anak yang tidak merepotkan.Rupanya, tahun ini, Emma harus berobat dan ikut bimbingan belajar

  • Cinta Memang Begitu   Bab 9

    Saat itu juga, kepala sekolah yang baru saja memarkir mobil bergegas ke arah kami. Begitu melihatnya, orang tuaku langsung berubah bersikap, yang tadinya marah-marah, sekarang langsung manis dan ramah.Emma tahun depan akan masuk SMA. Walau nilainya buruk, tetapi ambisinya tinggi. Emma ingin masuk SMA ternama. Jadi, cepat atau lambat pasti harus minta bantuan kepala sekolah.Setelah tahu Nathan adalah anak dari kepala sekolah ternama, ekspresi aneh di wajah Emma jadi makin kentara. Dia bahkan melepas tangan yang tadinya melingkari lengan Miles."Aku tahu Aubrey nggak akan bohong sama kita."Orang tuaku juga sadar situasi. Mereka buru-buru minta maaf ke kami dengan senyum canggung. Tentu saja, tujuannya agar tidak menyinggung Nathan. Aku cuma kebetulan kena imbasnya."Maaf sudah merepotkan Bu Kepala sekolah. Hari libur begini masih sempat mengajak Aubrey jalan-jalan."Nathan tak tahan tertawa sinis begitu melihat keluarga itu berubah sikap secepat kilat."Pak, Bu, tahu nggak kenapa kami

  • Cinta Memang Begitu   Bab 8

    "Dia cuma punya masalah di mata, bukan buta total. Kenapa harus terus-menerus mengalah padanya?"Kepala sekolah menepuk kening Nathan, memperingatkannya agar lebih hati-hati dalam bicara. Setelah itu, beliau memelukku erat seperti seorang ibu dan mengelus punggungku dengan lembut."Kalau begitu, mulai sekarang kamu jadi anak angkatku saja. Anak baik sepertimu, kalau mereka menolakmu, aku yang akan menerimamu."Aku menangis tersedu-sedu di pelukan kepala sekolah, sementara Nathan hanya bergumam lirih."Kalau dia jadi anakmu, berarti kita kakak adik dong."Masa SMA adalah masa paling santai dalam hidupku. Bahkan saat liburan, aku sering tinggal di asrama dengan alasan belajar.Orang tuaku pun tak sempat mengurusku. Kudengar mereka sibuk membawa Emma berobat dan memasukkannya ke berbagai les tambahan, sampai bisnis keluarga pun terbengkalai. Uang sakuku ikut terpotong. Untung saja, aku sudah mencapai kebebasan finansial sejak lama, jadi tanpa bantuan Keluarga Moore pun hidupku tetap nyama

  • Cinta Memang Begitu   Bab 7

    "Anak orang dalam memang beda. Duduknya harus di tengah.""Kalau duduk bareng dia, pasti diawasi guru terus. Siapa yang tahan?"Semua siswa segera menjauh, menyisakan aku duduk sendirian di bangku paling tengah. Aku duduk tegak, mengabaikan ejekan mereka, lalu membuka buku pelajaran dengan tenang.Saat itulah, seseorang langsung menarik kursi dan duduk di sebelahku. Tangannya yang ramping dan indah itu terulur ke arahku."Hai, kamu Aubrey, 'kan? Kenalkan, aku Nathan. Boleh nggak aku duduk bareng kamu?"Aku meliriknya dengan tanpa ekspresi. Anak ini terlihat rapi dan ramah, jelas tipe yang disukai banyak orang."Kamu yakin? Duduk bareng aku bisa-bisa kamu dikira anak orang dalam, lho."Dia tertawa lepas, lalu mengedipkan matanya dan berbisik di telingaku."Haha, mereka nggak akan berani macam-macam. Aku ini anak kepala sekolah."Baru saat itulah aku sadar kalau wajah Nathan memang mirip dengan kepala sekolah. Mungkin kepala sekolah khawatir aku kesulitan berbaur, jadi sengaja meminta Na

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status