Share

Cinta Menjadi Dendam
Cinta Menjadi Dendam
Author: Lutfiyah Irsa

Bab 1

Author: Lutfiyah Irsa
Melalui celah pintu, aku melihat Bima Arya.

Saat itu dia sedang duduk di ranjang rumah sakit. Raut wajahnya tampak segar dan merah merona, sama sekali tidak terlihat seperti orang sakit.

Sementara itu, teman-temannya masih dengan penuh semangat membicarakan sesuatu.

"Waktu baru masuk kuliah, kamu menyuruh orang mengganggu Nimas sampai dia dikucilkan satu kelas dan selama sebulan nggak berani pulang ke asrama."

"Waktu mau lulus, kamu menyuruh orang menghapus tugas akhir dia. Gara-gara itu, putri Keluarga Eddie gagal meraih penghargaan dan malah diseret ke ruang kelas kosong untuk dipukuli sampai tangannya patah."

"Kalau dihitung sama kejadian yang sekarang, sudah 93 kali lho. Tinggal enam kali lagi, lalu bisa dibukukan jadi buku pengakuan cinta buat Kak Vivi. Kalau Kak Vivi lihat betapa tulusnya kamu, pasti dia akan sangat tersentuh!"

Perasaan jijik dan ngeri langsung menyelimuti hatiku.

Tak pernah terbayangkan, cinta yang selama ini kuanggap sebagai anugerah dari langit, ternyata hanyalah sebuah rencana balas dendam yang penuh perhitungan.

Aku buru-buru berbalik untuk pergi, tetapi karena baru saja menjalani operasi dan tubuhku sangat lemah, aku langsung terjatuh ke lantai.

Lukanya langsung terbuka lagi dan darah mengalir keluar melalui ujung bajuku.

Kondisiku memang sangat buruk. Dokter sudah berkali-kali menyarankan agar aku membatalkan niat untuk mendonorkan organ.

Akan tetapi, demi membuat Bima bisa cepat lepas dari penyakitnya, aku nekat menjalani operasi tanpa memedulikan keadaan tubuhku sendiri.

Ini adalah ruang perawatan intensif paling mewah di rumah sakit. Demi membuat Bima bisa beristirahat dengan tenang, seluruh lorong rumah sakit dikosongkan.

Saat ini, suara jatuhku langsung menarik perhatian semua orang.

Begitu Bima melihatku, ekspresinya seketika berubah.

"Nimas, kamu 'kan baru saja selesai operasi. Kenapa ada di sini?"

Tanpa menunggu jawabanku, Bima mendorong orang di sampingnya dengan keras.

"Cepat bawa Nimas ke sini, bantu rawat lukanya!"

Begitu perintah Bima terdengar, semua orang langsung panik. Mereka buru-buru membantuku berdiri, lalu membawaku ke sisi Bima.

Bima membelai wajahku dengan penuh rasa iba.

Dia mengambil cairan disinfektan dari atas meja, lalu berkata dengan lembut, "Dokter baru saja selesai operasi dan masih menyelesaikan urusan lainnya. Biar aku bantu bersihkan lukamu dulu, nanti setelah dokternya keluar, dia akan membalutnya lagi. Oke?"

Suaranya tetap selembut biasanya.

Kalau dilihat lebih saksama, sorot matanya tampak memancarkan rasa bersalah dan kasihan.

Namun, aku tahu, semua itu hanyalah topeng belaka.

Barulah hari ini aku sadar.

Selama tiga tahun Bima menolak perasaanku, tetapi sehari setelah hasil ujian masuk universitas diumumkan, dia tiba-tiba menyatakan cintanya padaku. Ternyata, itu semua demi membalas dendam atas nama cinta lamanya.

Sementara aku, dengan bodohnya mengira bahwa ketulusan hatiku berhasil meluluhkan Bima. Meskipun aku tahu dia pernah sangat mencintai Vivi, aku tetap rela menyerahkan segalanya padanya.

Aku memejamkan mata sambil menahan rasa sakit.

Luka yang perih membuatku menggertakkan gigi.

Bima membuka perban dan menyiramkan cairan disinfektan ke lukaku.

Dalam sekejap, rasa perih yang sangat menyengat menyerangku. Aku berteriak keras dan secara refleks mendorong Bima dengan keras.

Pinggang Bima membentur sudut pagar ranjang. Dia meringis kesakitan, lalu menendangku dari tempat tidur.

Aku menutupi lukaku, mengerang kesakitan di lantai.

Saat itu juga, dokter jaga akhirnya datang meski terlambat.

Melihat kondisiku yang parah, mereka segera memeriksa kondisiku.

Begitu menyentuh kulitku yang sudah rusak dan terkelupas karena korosi, mata dokter itu membelalak.

"Kalian apakan dia? Ini luka bakar karena natrium hidroksida konsentrasi tinggi."

"Apa? Nggak mungkin!"

Bima langsung pura-pura kaget, lalu menoleh ke arah meja, berpura-pura sangat menyesal.

"Aku beli cairan disinfektan dan antiseptik dari internet. Setelah operasi, aku cuma ingin lukanya nggak kena infeksi. Tadi waktu Nimas berdarah, aku panik dan langsung bantu bersihkan, nggak sempat baca dengan jelas."

"Maaf, ya, Sayang ... ini semua salahku. Aku menyakitimu lagi."

Dia memukul dadanya sendiri seolah-olah benar-benar sangat menyesal.

Namun, kalau dia benar-benar peduli padaku, mana mungkin dia menendangku sekeras itu.

Aku tidak berkata apa-apa, membiarkan dokter mengangkatku ke atas tandu dan membawaku pergi.

Saat menunggu lift, aku mendengar suara sorakan dari kamar Bima.

"Bima, kamu hebat banget. Kamu bisa menebak si Bodoh Nimas itu pasti akan datang mencarimu karena mencemaskanmu. Makanya kamu sengaja mengganti cairan disinfektan medis dengan natrium hidroksida. Perempuan murahan itu pasti terluka lagi dan sepertinya akan meninggalkan bekas luka permanen."

"Kalian lihat ekspresinya barusan? Benar-benar mengenaskan, seperti anjing liar. Aku sampai nggak bisa berhenti tertawa."

Jari-jariku tiba-tiba mengepal erat.

Meski dalam hati aku sudah tahu jawabannya, saat mendengarnya langsung, tetap saja rasanya sangat menyakitkan.

Setelah dokter pergi, aku segera mengambil ponsel dan memesan tempat di pusat rehabilitasi secepatnya.

Lalu, aku menekan nomor luar negeri yang sudah sangat familier.

"Bu, aku sudah pikirkan semuanya. Aku mau pulang."
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Cinta Menjadi Dendam   Bab 8

    Setelah hari itu, ibuku khawatir jika aku merasa buruk, jadi dia memaksaku mengajakku meninggalkan negara ini.Saat kuliah, aku adalah seorang yang mencintai sastra.Ketika ibuku menghentikan semua pekerjaan terkait perusahaan, aku duduk di taman dan mulai menulis cerita baru.Karena gaya penulisanku yang halus, dengan pengalaman hidup yang penuh liku, karya-karyaku yang pertama kali diterbitkan langsung mendapat banyak pujian.Aku kira setelah itu, kehidupan antara aku dan Bima tidak akan lagi saling terkait.Namun, suatu hari, aku menerima telepon dari nomor yang tidak dikenal.Ternyata itu adalah ibunya Bima.Sejak kami berpacaran, ibunya Bima selalu tidak menyukaiku dan sering mengungkapkan kebenciannya terhadapku di berbagai kesempatan.Aku ingat pada tahun ketiga kami berpacaran, Bima membawaku pulang untuk merayakan Tahun Baru bersama.Ketika ibunya Bima melihatku, dia sangat tidak senang. Di depan para pelayan, dia memerintahku untuk menyajikan teh kepadanya.Itu adalah pemanas

  • Cinta Menjadi Dendam   Bab 7

    Vivi yang sejak tadi entah bersembunyi di mana, tiba-tiba muncul dan menerjang keluar.Ia menggenggam sebilah pisau tajam, lalu menyerang ke arahku.Dalam sekejap, Bima berteriak keras, "Awas!" Dia langsung melindungiku di belakang tubuhnya.Terdengar suara pisau yang menusuk. Ekspresi Bima seketika menunjukkan ekspresi kesakitan.Darah mengalir deras dari tubuhnya, membasahi pakaiannya.Orang-orang di sekitar berteriak panik dan menjerit.Ekspresi Vivi yang tadinya penuh kebencian langsung hancur berantakan.Vivi tampak sangat ketakutan, menggeleng-gelengkan kepalanya dengan panik."Bima, aku nggak bermaksud melukaimu. Perempuan jalang ini ternyata masih hidup. Aku pikir kalau aku membunuh dia, aku bisa punya masa depan bersamamu."Namun, sebelum dia sempat menyelesaikan kalimatnya, pengawal Bima buru-buru memisahkannya.Tak lama kemudian, polisi dan ambulans datang.Karena aku adalah saksi utama, aku tidak bisa menghindar dan harus ikut mereka untuk diperiksa.Setelah menandatangani

  • Cinta Menjadi Dendam   Bab 6

    Dengan adanya perawatan dari ibuku, tubuhku pulih dengan sangat cepat.Tidak butuh waktu lama, aku sudah bisa mendampingi beliau sebagai asisten.Setelah akrab dengan berbagai pekerjaan, aku dan ibuku mengajukan diri untuk memulai dari posisi dasar.Belum sampai satu tahun, kami sudah membentuk tim sendiri dan berhasil menciptakan banyak pencapaian untuk perusahaan.Melihat arah perkembangan perusahaan, aku dengan cepat menyadari bahwa pasar dalam negeri sangat membutuhkan produk yang sedang kami kembangkan.Karena aku selalu berada di dekat Bima, aku pun memiliki pemahaman tertentu mengenai sumber daya perusahaan.Tak lama kemudian, aku berhasil menyelesaikan beberapa kesepakatan bisnis.Seiring berkembangnya pasar dalam negeri, banyak perusahaan mulai menunjukkan ketertarikan untuk bekerja sama dengan kami.Bahkan perusahaan milik Bima pun memiliki niat untuk menjalin kerja sama.Ketika ibu menerima kabar ini, sikapnya sangat dingin.Meskipun Grup Arya adalah perusahaan besar, jika k

  • Cinta Menjadi Dendam   Bab 5

    Selain Bima dan Vivi, semua orang lainnya langsung ditahan di tempat.Sampai larut malam, Bima baru keluar dari ruang interogasi setelah selesai memberikan keterangan dan mendapati Vivi sedang menunggunya di luar.Mata Vivi berkaca-kaca, wajahnya tampak pucat dan lelah karena kurang istirahat.Ia berjalan mendekat dan memegang tangan Bima sambil terisak pelan."Bima, Nimas sudah meninggal. Kamu jangan terlalu sedih. Setidaknya rawat dulu lukamu ...."Belum selesai Vivi berbicara, Bima langsung menepis tangannya dengan ekspresi dingin.Dia kemudian berbisik pada sekretaris yang datang menjemputnya."Sampaikan ke publik, bilang kalau Bu Nimas hari ini meninggal karena kecelakaan. Perusahaan libur seminggu untuk berkabung. Siapa pun karyawan yang nggak mau ikut, langsung pecat di tempat.""Soal kerja sama yang tertunda, proses saja sesuai ketentuan pelanggaran kontrak."Mendengar itu, Vivi langsung terpaku di tempat.Ia mengejar Bima dengan ekspresi tak percaya dan menghadangnya."Bima, m

  • Cinta Menjadi Dendam   Bab 4

    Semua orang yang melihat kejadian itu tampak sangat pucat.Teropong di tangan Bima terjatuh ke tanah.Tanpa memedulikan apa pun, Bima meloncat dari balkon lantai dua, ingin segera datang ke sisiku.Saat ditahan oleh teman-temannya, dia langsung menghantam wajah mereka dengan tinjunya.Bima jatuh berguling ke tanah seperti orang gila, tak peduli dengan luka-lukanya, dia merangkak dan berlari menuju mobil yang terbakar.Namun, saat ia tiba, tempat itu sudah dikerumuni banyak orang.Suara dokter terdengar dengan nada penuh penyesalan."Pasien terluka karena tabrakan, lalu mengalami ledakan dari tangki bahan bakar. Kesempatannya untuk diselamatkan sudah lewat.""Selain itu, tubuhnya terbakar parah. Kalaupun bisa hidup, ia cuma akan menjalani hidup dalam penderitaan.""Kami belum tahu siapa keluarga korban. Tolong beri tahu mereka agar datang mengenali jenazahnya."Mendengar ini, Bima mendorong orang-orang di sekelilingnya dengan kalut, lalu berlari mendekat."Aku keluarganya! Dokter, tolon

  • Cinta Menjadi Dendam   Bab 3

    Di luar ruangan, terdengar suara protes dari teman-teman lain."Cuma bercanda kok, Bima. Kenapa kamu tiba-tiba jadi nggak bisa diajak bercanda sih?"Bima merendahkan suaranya, berusaha keras menahan amarah dalam hatinya."Nimas trauma sama air sejak kecil. Kalian nggak bisa asal main-main dengan hal yang paling dia takutkan!""Anggap saja ini balasan untuknya. Sekarang Vivi sudah balik, kamu nggak mau cepat-cepat dekat lagi sama dia?""Dulu, kamu juga sudah sering banget melakukan hal jahat, masa sekarang jadi perhitungan?"Seseorang berkata dengan nada tak peduli.Siapa sangka kalimat ini justru menyulut amarah Bima.Dia menendang meja dengan keras."Dia baru selesai operasi, kalian malah seperti ini. Kalau sampai jahitannya lepas, kalian mau tanggung jawab?"Mendengar itu, wajah Vivi langsung pucat.Dia menatap Bima dalam-dalam, lalu bertanya dengan nada lirih."Bima, baru empat tahun kita nggak ketemu, kamu sudah berpaling hati?"Tanpa ragu, Bima langsung menjawab."Nggak mungkin. D

  • Cinta Menjadi Dendam   Bab 2

    Setelah menjalani pemulihan selama setengah bulan di tempat pemulihan, tubuhku akhirnya hampir pulih sepenuhnya.Selama masa itu, Bima hanya menghubungiku sekali lewat telepon, dan setelah itu tidak ada kabar lagi darinya.Melihat hari yang sudah disepakati dengan ibuku makin dekat, aku memaksakan diri yang masih belum sepenuhnya sembuh untuk pulang ke rumah dan membereskan barang-barang.Tak kusangka, begitu pintu terbuka, aku justru melihat Bima sedang mengadakan pesta dengan teman-temannya.Semua orang yang melihatku langsung tertegun.Ekspresi Bima tampak bingung dan ragu. Dia secara refleks melangkah ke depan dan mengernyitkan dahinya."Nimas, kenapa kamu nggak balas pesanku?"Namun, pandanganku justru tertuju pada gadis yang dia lindungi di belakangnya.Gadis itu mengenakan gaun putih dengan rambut panjangnya yang terurai. Gadis itu adalah Vivi Halim, cinta lama Bima yang tak pernah padam di hatinya.Melihat aku diam tak bergerak sambil menatap tajam ke arah Vivi, Bima jadi cangg

  • Cinta Menjadi Dendam   Bab 1

    Melalui celah pintu, aku melihat Bima Arya.Saat itu dia sedang duduk di ranjang rumah sakit. Raut wajahnya tampak segar dan merah merona, sama sekali tidak terlihat seperti orang sakit.Sementara itu, teman-temannya masih dengan penuh semangat membicarakan sesuatu."Waktu baru masuk kuliah, kamu menyuruh orang mengganggu Nimas sampai dia dikucilkan satu kelas dan selama sebulan nggak berani pulang ke asrama.""Waktu mau lulus, kamu menyuruh orang menghapus tugas akhir dia. Gara-gara itu, putri Keluarga Eddie gagal meraih penghargaan dan malah diseret ke ruang kelas kosong untuk dipukuli sampai tangannya patah.""Kalau dihitung sama kejadian yang sekarang, sudah 93 kali lho. Tinggal enam kali lagi, lalu bisa dibukukan jadi buku pengakuan cinta buat Kak Vivi. Kalau Kak Vivi lihat betapa tulusnya kamu, pasti dia akan sangat tersentuh!"Perasaan jijik dan ngeri langsung menyelimuti hatiku.Tak pernah terbayangkan, cinta yang selama ini kuanggap sebagai anugerah dari langit, ternyata hanya

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status