Share

Almira Terluka

Penulis: Asha Driya
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-18 13:55:05

"MIRA!" pekik Ani sambil berlari masuk ruang makan. Nampak Mira yang tersungkur karena pukulan dari Tuan Alex. Ani dengan cemas menolong rekan kerjanya itu. Bukan hanya cemas akan nasib Almira, tetapi juga nasib pekerjaannya karena ketahuan mengintip.

"Mira kenapa mesti keluar sih? kan jadi kepukul, ketahuan lagi!" rutuk Ani dalam hati.

Lebam tampak sudut bibir Almira yang juga mengeluarkan sedikit darah. Almira tak sadarkan diri. Dion segera bangkit dari kursi makan dan berjongkok mengecek keadaan Mira.

"Siapa dia? berani-beraninya kalian mengganggu?" bentak Alex.

"Ma-maaf, Tu-tuan. Di-dia perawat baru Nyonya Arumi. Ka-kami ta-tadi mau ke pavilliun," jawab Ani dengan gemetar dan ketakutan. 

"Aaarrrggghhhh! brengsek kalian semua!" 

Bbrrraakk!

Alex menendang kursi makan yang ada di dekatnya dan pergi meninggalkan ruang makan. Lalu mengibaskan tangannya ke atas meja makan yang berisi berbagai hidangan hingga berantakan. Beberapa piring nampak terjatuh dan pecah.

Setelah puas melampiaskan amarahnya, Dion keluar dari ruang makan dengan meninggalkan aura mencekam.

Ani nampak seperti akan menangis melihat amukan anak majikannya itu. Wajahnya memerah dengan raut takut dan genangan air di matanya.

"Bereskan semua! jangan sampai kejadian ini terulang lagi," perintah Dion dengan dingin.

Ani menunduk penuh penyesalan.

"Ba-baik Tuan," jawab Ani.

Dion meraih belakang leher Almira dengan tangan kirinya dan belakang lutut dengan tangan kanannya lalu mengangkat tubuh gadis itu.

"Siapa dia?" tanya Dion dingin.

"Pe-perawat Nyonya Arumi yang baru Tuan. Baru datang tadi malam. Namanya Almira," cicit Ani.

Dion mengerutkan keningnya sambil menatap wajah Almira.

"Biar saya urus. Kamu bersihkan ruangan ini."

"Baik Tuan."

Dion kemudian membawa Almira ke kamarnya. Sesampainya di kamar, diletakkannya tubuh Almira dengan hati-hati. Mengamati dengan detail wajah di hadapannya itu beberapa saat. Lalu berdiri lagi dan mengambil kotak P3K.

Dibasahinya kain kasa dengan tetesan minyak aromaterapi yang kuat dan di dekatkan ke hidung Almira. Tak berapa lama, gadis itu mengernyitkan keningnya dan membuka mata. Mengerjap beberapa kali sampai akhirnya syok melihat Dion duduk di sisi tempat tidur menghadap ke arahnya.

"A-apa ya-yang anda lakukan? aduhhh …." Almira mengasuh saat sudut bibirnya yang luka terasa nyeri.

"Saya yang harusnya bertanya, apa yang kamu lakukan? seorang pelayan mencampuri urusan majikannya?" tanya Dion dengan nada dingin. Wajahnya pun datar tanpa ekspresi.

Almira terdiam mengingat kejadian yang baru saja dia alami.

"Sudah ingat?" sindir Dion.

Dengan tatapan bersalah, Almira menganggukkan kepalanya pelan.

"Maafkan saya Tuan. Tadi saya tidak sengaja mendengar. Tapi sungguh, yang saya lakukan tadi refleks saja karena saya tidak … saya tidak … saya tidak tahan melihat orang bertengkar." 

"Bertengkar atau tidak, jika bukan urusan kamu, kenapa harus ikut campur? Dan juga tidak sopan menguping pembicaraan orang. Terkadang, keingintahuan yang besar dan tidak pada tempatnya bisa menghilangkan hidupmu!" ujar Dion dingin.

Seketika Almira bergidik. Entah kenapa, melihat Dion serasa suhu ruangan turun drastis.

"Ma-maaf Tuan. Saya tidak akan mengulanginya lagi. Saya hanya tidak menyukai kekerasan," kata Almira lirih.

"Bangun! saya obati luka kamu," perintah Dion mengabaikan permintaan maaf dari Almira.

Takut-takut, Almira melakukan perintah Dion, lalu duduk dengan kepala tertunduk.

"Bagaimana saya bisa mengobati luka kamu jika kamu menunduk, bodoh?" bentak Dion.

Almira tersentak kemudian menegakkan kepalanya menghadap ke arah Dion namun mengalihkan pandangan matanya. Tak tahan menantang netra hitam kelam dan tajam milik Dion.

Dion mengambil kain kasa dan ditetesi sedikit obat merah lalu mengulurkan tangannya ke arah bibir Almira. Sebelum sampai ke sudut bibir Almira, gadis itu memalingkan wajahnya. Ada rasa risih di hati Almira. Selama hidupnya, belum pernah dekat dengan laki-laki selain ayahnya.

"Saya cuma mau obatin luka kamu. Cepat! jangan buang waktu saya," gertak Dion tak sabar. Almira kembali menghadapkan wajahnya ke arah Dion.

Dengan pelan, Dion mengobati sudut bibir Almira. Sesekali gadis cantik berwajah timur tengah itu meringis. Namun tak dipedulikan oleh Dion.

"Pelan-pelan, Tuan," bisik Almira lirih.

Gerakan tangan Dion terhenti, entah kenapa ada desir halus di dadanya. Melihat bibir penuh milik Almira yang berwarna kemerahan setengah terbuka. Dan sekelebatan pikiran melintas di kepalanya, wajah Almira mengingatkannya pada seseorang. Jika diperhatikan lebih detail, ya, Almira mirip sekali dengan sosok yang dikenalnya.

"Obati sendiri!"

Dion meletakkan peralatan P3K di atas kasur kemudian berlalu, membalikkan badannya sebelum membuka pintu dan berucap,

"Rawat Nyonya Arumi sebaik mungkin dan jangan berbuat ulah!" perintahnya tegas kemudian keluar dari kamar Almira.

"Aneh! dia yang mau ngobatin sendiri, dia juga yang tiba-tiba pergi," dengus Almira. Meraih kotak P3K dan turun dari tempat tidur untuk mencari cermin.

"Astagfirullah, kok seram begini mukaku?" Almira menatap wajahnya yang mulai bengkak di bagian rahang kanan. Pun sudut bibirnya terdapat luka robek.

"Mana ngilu lagi, sssshhhh …." Almira meringis kesakitan 

"Heran sama laki-laki. Memang berantem bisa menyelesaikan masalah apa? bikin sakit badan iya!" gerutu Almira.

Selesai mengobati bibirnya, Almira keluar kamar untuk menuju paviliun belakang. Perutnya sudah terlalu lapar.

"Almira? kamu disuruh menghadap Madam Helen!" ujar salah satu dari pelayan disana yang Almira ketahui bernama Ratna.

"Ada apa Rat?"

"Udah, datang aja ke ruangannya. Daripada dapet Omelan dari nenek lampir itu," tukas Ratna.

"Yah, aku lapar," keluh Almira.

"Udah nanti aja. Kamu menghadap dulu sana. Ani juga disana. Pipi kamu pasti sakit ya? duh, ada-ada saja kalian. Nyari penyakit aja," dumel Ratna. Almira menyeringai merasa bersalah kemudian berlalu menuju ruangan Madam Helen.

Tok tok tok.

"Masuk!"

Hawa dingin menyergap Almira saat membuka pintu. 

"Duduk!"

Jantung Almira pun berdegup kencang.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Cinta Sang Pewaris   Model Baru

    "Ada yang mau saya bicarakan, Nyonya," ujar Dion pada Arumi.Sore itu, sepulang dari kantor, Dion kembali menghadap ke Arumi untuk berdiskusi."Ada info apa, Dion?""Saya mempunyai ide yang menurut saya bagus untuk perusahaan. Atau paling tidak bisa memulihkan citra perusahaan."Arumi menatap Dion dengan seksama. Tubuhnya mulai pulih kini. Namun tetap ada batasan yang harus dijaga. Dan Arumi harus berhati-hati dalam mengelola pikirannya agar tidak terbebani terlalu berat."Kita membutuhkan suasana dan terobosan baru, Nyonya. Nona Alana sepertinya tak lagi bisa dijadikan ikon perusahaan kita. Harus ada model pengganti yang memberi kesan baik dan religius. Sehingga masyarakat akan tahu, jika perusahaan kita tak terpengaruh deng

  • Cinta Sang Pewaris   Ledekan

    "Kita membutuhkan model baru untuk menggantikan Nona Alana, Tuan. Karena dengan skandal yang Nona Alana ciptakan, citra baik perusahaan menurun. Belum lagi desakan para pemegang saham untuk segera memulihkan kondisi perusahaan.""Mereka menuntut perubahan atau mereka akan menarik saham mereka. Beberapa perusahaan pun membatalkan kerjasama secara sepihak karena tidak mau mendapatkan imbas dari kasus Nona Alana.""Rating beberapa produk pun yang menggunakan Nona Alana sebagai brand ambassador menurun jauh sehingga memerlukan pergantian agar tidak semakin memburuk.""Bahkan, maaf Tuan, beberapa direksi mengemukakan pendapatnya untuk mengganti Tuan dengan Tuan Alex."Aldi, sekretaris Dion memberikan laporannya. Nampak Dion yang duduk di kursi kebesarannya manggut-manggut men

  • Cinta Sang Pewaris   Percakapan Singkat

    "Ke-kenapa Tuan? apa tidak enak?" Almira bertanya gugup. Apalagi ketika Alex terlihat mengerutkan keningnya. Apa dirinya salah memasukkan komposisi racikan kopinya?"Mmmhhh, gimana ya?" Alex seakan ragu untuk menjawabnya."Saya buatkan lagi, Tuan. Maaf kalau kurang enak," ujar Almira berniat meminta cangkir yang masih dipegang oleh Alex."Apa aku bilang kopi ini tidak enak?"Almira menggelengkan kepalanya."Kopi buatanmu enak, aku suka. Buatkan aku seperti ini lagi jika nanti aku meminta.""Baik, Tuan. Siap!"Alex kembali menyeruput kopi di tangannya. Sementara Almira bingung apa yang hendak dia lakukan."Kenapa kamu berdiri disitu?""Eh, iya Tuan. Maaf, saya masuk dulu," pamit Almira."Memang aku menyuruhmu masuk? duduklah! Aku sedang butuh teman bicara," perintah Alex."Baik, Tuan."Almira pun mengambil posisi di ujung bangku taman yang menghadap ke kolam renang itu."Kamu punya

  • Cinta Sang Pewaris   Secangkir Kopi

    "Buat Alana jatuh, dan aku menjadi milikmu!" ujar Alex dengan nada tegas yang membuat Vina terkejut."Maksud kamu? kenapa aku harus menjatuhkan Alana? bukannya dia adalah adik kamu sendiri?"Alex menjauhkan badan Vina dan duduk bersandar di kepala ranjang. Kedua tangannya dia lipat ke belakang kepalanya sambil menatap ke depan dengan tatapan menerawang."Lex? kenapa harus menjatuhkan Alana?"Sekali lagi Vina bertanya. Vina ikut duduk dengan selimut melilit tubuhnya yang polos."Karena aku ingin menebus rasa sakit hatiku."Vina menatap Alex bingung."Tapi kenapa Alana? Dia kan adik kamu sendiri, dan lagipula dia modelku, Lex. Jika namanya jatuh, maka penghasilanku sebagai managernya pun berkurang.""Aku yang akan memenuhi kebutuhanmu. Bukankah sudah ku bilang, jika kamu bersedia melakukan apa yang aku mau, maka aku menjadi milikmu," rayu Alex."Tapiii … a-aku …." Vina menatap Alex ragu."Apa semua uca

  • Cinta Sang Pewaris   Rayuan Alex

    "Kenapa kamu tidak meninggalkan saya?" Alana dengan matanya yang sembab menatap Almira.Almira pun tersenyum simpul. Disodorkannya segelas coklat hangat kepada Alana. Minuman yang selalu menjadi andalan saat dirinya sedih."Apa kamu sedang mencoba menarik perhatianku?"Almira menarik nafas pelan."Nona, minum dulu. Coklat bisa menenangkan hati. Atau, itu yang saya rasakan."Alana menurut dan menyeruput minuman berwarna pekat tersebut. Hangat, membuat hatinya ikut menghangat."Jadi kenapa? apa alasan kamu tetap berdiri dan menemaniku?""Apa harus selalu ada alasan Nona? apa jika saya katakan saya hanya mengikuti nuraninsaya Nona akan percaya? semua manusia pasti punya salah Nyonya. Tetapi bukan berarti kita bisa melihat seseorang dari kesalahannya.""Apa kamu sedang bersikap sok suci?" Alana memandang Almira dengan tatapan menilai. Mencari apa yang tersembunyi dari sorot mata pelayan itu.Almira mengulas senyum yang mened

  • Cinta Sang Pewaris   Tersudutkan

    "Kakakkkk!" Alana berseru saat Alex muncul dari arah depan.Alex berjalan masuk menyusul Vina di belakangnya. Membuat Alana merasa kesal. Bisa-bisanya mereka bersenang-senang dan meninggalkannya?"Kak, Vin, tolong jelasin ke semua bahwa ini tidak seperti yang ada di berita. Itu fitnah! Kakak tahukan Alana baru semalam bertemu Pak Riko? dan itupun dikenalin sama kakak!"Alana berganti menatap ke arah Vina penuh harap."Vin, jelasin! Lo yang jadi asisten gue, Lo tau gue seperti apa. Jelasin semalam itu bukan kesengajaan! Gue dijebak kan Vin?"Vina nampak salah tingkah. Bahkan mengalihkan pandangannya saat Alana menatap penuh harap padanya."Maaf, Al. Gue nggak tahu. Kan gue nggak du

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status