Share

BAB 02. SUDAH TIDAK SUCI LAGI

Pagi itu Calista terbangun dari tidurnya, udara dingin begitu membuatnya terganggu hingga menembus pori-pori kulitnya.

Ia merasakan tubuhnya begitu berat, seakan-akan tulangnya remuk, padahal ia tidak sedang beraktivitas.

“Kenapa tubuhku letih sekali.” Masih dengan mata terpejam, ia bisa merasakan tubuhnya yang begitu terasa berat, tidak seperti biasanya.

Perlahan dia merenggangkan tubuhnya, dan merasakan ada beban berat yang melilit tubuhnya di dalam selimut. Ia mengerutkan keningnya, dengan sangat pelan-pelan dia membuka selimutnya.

“Shit!” Seketika matanya langsung melotot.

Sebuah tangan kekar tengah memeluknya dari belakang. Bola matanya tertuju pada tubuhnya yang dalam keadaan polos tanpa memakai sehelai benang pun.

“Argh ...! Apa yang sudah kulakukan?!”

Calista mencoba untuk mengingat-ingat apa yang sudah terjadi padanya malam itu. Samar-samar ia mengingat seorang pria membawanya ke sebuah hotel dan melakukan hubungan layaknya suami istri dengannya. 

“Astaga ...! Aku benar-benar sudah gila!”

Calista menahan diri agar tidak panik, walaupun hatinya sudah ingin menjerit. Begitu cerobohnya ia sampai merelakan harga dirinya dinikmati oleh pria yang bukan miliknya, sedangkan ia sendiri sudah menerima perjodohan yang dilakukan oleh orang tuanya.

“Sial! Kenapa jadi begini? Aku sudah seperti perempuan murahan saja!”

Calista merutuk dengan raut mukanya gelisah. Perlahan-lahan ia beranjak dari ranjang untuk segera pergi dari tempat itu sebelum pria yang menidurinya itu terbangun.

Ia mengambil dompet di dalam tas dan meletakkan tiga lembar uang seratus ribu di atas nakas. Calista menduga pastilah pria itu adalah pria bayaran yang telah menemaninya tidur.

“Ini adalah pertemuan pertama dan terakhir. Jangan sampai aku bertemu denganmu lagi.”

Dengan penampilan yang masih acak-acakan, Calista keluar dengan wajahnya menunduk. Ia takut jika ada orang yang mengenalinya. 

Setibanya di rumah, Calista dikejutkan oleh keberadaan sebuah mobil Alphard yang bertengger manis di halaman rumahnya.

Dia pikir, itu saudara sepupunya yang sering datang untuk menemuinya.

Calista menoleh ke arah spion mobil yang ada di halaman rumahnya. Ia memutuskan untuk merapikan rambutnya yang masih berantakan. Setelah itu, Calista mengendap-ngendap seperti maling memasuki rumahnya. 

“Dari mana saja kamu!”

Calista terlonjak kaget mendengar suara tegas ayahnya. Matanya memindai tamu yang tengah duduk di ruang tamu bersama kedua orang tuanya. 

Gadis itu mengerjap bingung. Sial, ternyata bukan sepupunya yang bertamu! Calista tidak mengenali pasangan paruh baya dan seorang pria tampan dengan wajah datar yang duduk di sana. 

“Emm, aku tadi malam menginap di rumah teman, Pa. Dia lagi ulang tahun, karena kemalaman, aku diminta untuk menginap. Maaf, aku lupa tidak mengabari kalian, aku ...”

“Duduklah.”

Bayu dan Riana, tamu itu, menatap gadis cantik yang baru saja memasuki rumah. Mereka tersenyum menatap kecantikan gadis muda itu, walaupun keadaannya tampak sedikit berantakan, namun masih terlihat jelas kecantikannya.

“Pak Geraldi, apa dia yang namanya Calista?”

Orang tuanya mengangguk sambil mengulas senyum. “Iya benar, Bu Riana. Dia Calista, putri kami satu-satunya,” jawab ayahnya. “Calista! Ayo salaman sama Tante Riana dan juga Om Bayu. Mereka ini calon mertuamu. Kamu harus bersikap baik pada mereka.”

Deg!

Detak jantung Calista seakan terhenti ketika mendengar penjelasan dari orang tuanya. Ia merasa sangat kacau. Masalah pertama belum kelar, kini ada lagi masalah kedua yang jauh lebih mengerikan.

“Ca ... calon mertua?”

“Dan ini Alka, calon suamimu,” kata Riana, mengenalkan pemuda yang duduk di sebelahnya. 

Calista memberanikan diri menatap pria yang duduk di depannya. Namun pria itu langsung membuang muka, tak mau ditatap oleh perempuan yang hendak dijodohkan dengannya.

‘Ih! Jutek amat! Apa mungkin aku bisa bertahan dengan laki-laki macam ini? Wajahnya menyebalkan!’ gerutu Calista dalam hati, agak kecewa bertemu dengan calon suaminya. 

“Alka, kamu jangan diam saja dong. Masa nggak mau kenalan sama calon istrimu? Sebaiknya kalian mengobrol berdua, agar kalian bisa saling mendekat.”

Bayu memberikan teguran pada anak laki-lakinya, yang dianggap angkuh dan tidak menunjukkan sikap baiknya pada Calista dan juga calon mertuanya.

Alka menoleh sekilas pada orang tuanya dengan berdecak. “Ck! Papa itu apa-apaan sih. Kan udah kenalan tadi, anggap saja kami sudah kenal. Buat apa ngobrol berdua, nggak perlu,” selorohnya dengan raut wajah kesal. “Lagian nggak ada hal penting yang mau diomongin. Mendingan Papa lekas katakan tujuan Papa datang ke sini, dan ayo segera pulang.” 

Ucapan Alka membuat orang tuanya dan keluarga Calista terkejut.

“Alka! Jaga ucapanmu!”

Bayu melotot geram dengan sedikit membentak putranya. 

“Papa! Tenanglah, jangan buat malu.” Riana menekan setiap ucapannya agar suaminya tidak tersulut emosi.

Mereka sengaja mengajak Geraldi berbesanan, agar hubungan kerjasama di antara mereka semakin erat. Apalagi Alka memiliki kebiasaan yang buruk, suka berfoya-foya, menghabiskan banyak uang hanya untuk mabuk dan main perempuan. Mereka berinisiatif untuk menjodohkannya dengan anak Geraldi, berharap Alka bisa mengubah kebiasaan buruknya setelah menikah dengan Calista.

“Pak Geraldi, saya minta maaf atas ucapan anak saya. Saya ...”

“Tidak apa-apa, Pak. Dimaklumi saja, mereka juga baru pertama kalinya bertemu. Mungkin nak Alka masih butuh waktu untuk bisa dekat dengan Calista. Begitupun juga dengan Calista, dia memang masih terlalu polos, tidak memiliki pengalaman di luar.”

Meski suasana masih canggung, obrolan itu kemudian berlanjut. 

“Jika kita lakukan pertunangan ini minggu depan bagaimana Pak Geraldi? Apa kira-kira Pak Geraldi setuju? Bagaimana juga dengan Calista, apa dia juga ...”

“Calista sudah memutuskan, Pak. Dia setuju-setuju saja. Iya, kan, Calista?”

Dengan cepat Geraldi memotong ucapan Bayu. Ia tidak ingin pertunangan anak mereka gagal jika Bayu bertanya langsung pada Calista. Sudah pasti anaknya itu akan mengulur-ngulur waktu untuk bisa menerima pertunangan itu.

“Syukurlah kalau Calista sudah setuju.”

Setelah cukup lama mereka mengobrol membahas pertunangan Calista dengan Alka, akhirnya Bayu dan keluarganya berpamitan. Mereka merasa lega karena tidak ada hambatan saat membahas hubungan di antara mereka, dan yang paling penting Alka tidak membuat ulah.

“Terima kasih banyak Pak Bayu. Saya sangat bersyukur karena Anda banyak membantu di saat saya mengalami keterpurukan.”

Bayu tersenyum menepuk pundak calon besannya itu. Dia cukup mengetahui bagaimana kondisi perusahaan Geraldi saat ini yang banyak mengalami kerugian.

“Calista, jaga dirimu baik-baik ya? Minggu depan kalian akan bertunangan. Kami pamit pulang dulu.”

Calista mengangguk dan menyalami calon mertuanya. “Baik, Om, Tante.”

Bayu dan Riana sangat ramah dan mencoba untuk mendekatkan diri pada calon menantunya. Mereka yang sangat mengharapkan kehadiran anak perempuan, kini sudah mendapatkan Calista.

“Kalau begitu mari saya antar ke depan.”

Kedua orang tua Calista mengantarkan tamu mereka keluar dari dalam rumah, sedangkan Alka tidak buru-buru keluar, tetap berada di dalam bersama Calista yang berdiri menatap ke arah pintu depan.

Tiba-tiba saja Alka mendekat padanya dan berbisik, membuat Calista terlonjak kaget.

“Sebaiknya jagalah sikapmu mulai dari sekarang,” kata Alka sambil menatap sepasang mata jernih Calista. 

Gadis itu mengernyit bingung dengan ucapan calon tunangannya itu. “Apa maksudmu?” 

Alka mengulas sebuah seringai yang membuat Calista bergidik ngeri. Tatapan tajam yang semula tertuju pada wajah cantik itu kini turun hingga berhenti pada satu titik di samping lehernya.

Melihat itu, Calista langsung menjaga jarak dan mengusap leher dengan tidak nyaman.

“Tidak kusangka calon istriku ternyata wanita liar.” 

Usai mengatakan kalimat tajam itu, Alka berlalu pergi begitu saja, meninggalkan Calista yang membeku.

Calista cepat-cepat mengambil cermin kecil yang selalu ia bawa ke mana-mana dan melihat titik yang membuat wajah Alka tampak kesal tadinya.

Ternyata, ada bekas merah keunguan di lehernya!

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Titi Apiani
ngeri-ngeri sedap tuh, ketahuan ada cupang di bawah telinga ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status