Share

2. Kepulangan

“Prang”

Pecahan kaca tersebar dilantai. Menjulurkan tangannya, Zeesya berusaha menjangkau perawat di sampingnya. Tidak mendapat pegangan kuat, Zeesya malah terdorong ke arah pecahan kaca.

Tangannya sangat perih, lama dalam keadaan koma membuat kulitnya menjadi rapuh. Matanya merah berkaca-kaca. Sakit, tapi Zeesya berusaha menahannya. Menegakkan kepala, Zeesya melihat bayangan senyum sinis di wajah perawat yang mendorongnya.

“Oh nona, harap hati-hati.” Dasty dengan cepat membantu Zeesya berdiri. Beberapa pecahan kaca menembus terlapak tangan.

“Siapa namamu?” suara Zeesya bergema di bangsal itu. Tidak ada indikasi memaksa.

Baginya hal kecil ini tidak akan menghilangkan keanggunan dan pengajaran yang didapatnya selama ini. Pandangan Zeesya diarahkan kepada perawat yang menghindar ketika ia jatuh tadi.

“Rania.” Jawabnya sambil mengangkat sebelah alis. Seakan memperjelas tebakan di hati Zeesya.

Rania, pantas saja Zeesya merasa tak asing. Salah satu teman Natallie yang bisa dibilang bukan berasal dari keluarga yang berpengaruh.

Tapi Rania adalah sosok yang bisa dijadikan alat oleh Natallie. Sebagai perwujudan dewi dihati semua orang. Padahal dibalik semua itu, Rania adalah pion, anak kuda Natallie.

“Apakah kamu tau, etika seorang perawat?”

Suara Zeesya tenang dan mengalir. Wajahnya tetap tenang , lembut dan indah seperti biasa. Tapi Rania tidak dapat mengabaikan intimidasi yang ada.

“Apa kamu berhak mengajariku?,,hah.”

“Zeesya,,,ckckck”

“Kau pantas mendapatkannya. Beraninya kau menolak kehormatan untuk dapat mengandung bayi Natallie.” Rania berkata dengan keras.

Perawat yang sedang membantu mengambil pecahan kaca ditangan Zeesya merasa bingung dengan pertengkaran yang ada. Untungnya sebuah interupsi datang menyelamatkan keadaan.

Pintu bangsal terbuka, sosok tinggi berjas putih dan tak lupa berkacamata masuk kedalam bangsal.

“Apa kabar nona Lawrence?”

“Tampaknya Anda tidak baik-baik saja.” Ujar dokter Bryan.

Zeesya mengarahkan pandangan kepada pria tersebut. Dilihat dari penampilannya sudah jelas bahwa ini adalah seorang dokter veteran yang masih muda, sepertinya masih dibawah 30 tahun.

Ini pertama kalinya dokter tersebut memeriksa keadaannya.

Melihat kekacauan yang ada, Bryan James mengeluarkan tanda tanya diraut wajahnya. Rania terkejut melihat kedatangan dokter Bryan, sedikit kalang kabut ia mulai merapikan rambutnya. Mencoba mengambil sikap tenang dan anggun.

“Dokter, pasien ini sengaja menuduh saya.” Keluh Rania dengan suara centil. Sangat kontras sekali. Rania yang tadi berwajah kejam berubah seketika menjadi lembut.

Setelah mendengar penjelasan dari perawat yang menangani Zeesya. Bryan mengerti apa yang sedang terjadi. Ia bukan orang bodoh yang tidak bisa membedakan yang baik dan buruk.

“Kembali dan ambil surat peringatan rumah sakit setelah ini!”

Lagian ia sudah sangat muak dengan perawat centil ini.

Seketika wajah Rania pucat.

“Dokter, ini bukan kesalahanku. Dia... wanita jalang itu menejebakku.” sergahnya tergesa.

“Kau harus membelaku. Bryan...” Rania mulai menangis. Berusaha membelai hati Bryan.

Bryan pusing dengan kelakuannya, memerintahkan dua perawat yang dibawanya untuk menyeret Rania keluar bangsal.

Setelah keadaan tenang, Zeesya juga sudah selesai menjalani perawatan. Tangan kirinya terbalut kain kasa tebal.

Wajah yang beberapa hari ini sudah kemerahan mulai pucat kembali.

Melihat gadis ini, Bryan masih bertanya-tanya. Apa yang membuat sahabatnya mau menolong kecantikan ini.

Awalnya Bryan berpikir, apa Zehan terpana dengan paras cantik gadis ini. Harus diakui kalau gadis ini sangat cantik.

Tapi pikiran itu langsung ditepis oleh Bryan. Seorang Zehan tidak akan tergoda dengan wanita manapun.

"Maaf atas ketidaknyamanannya nona Lawrence.” Ucap Bryan.

Zeesya yang memperhatikan setelah sekian lama, akhirnya bersuara.

“Tidak apa-apa.”

Zeesya tidak ingin memperpanjang masalah. Fakta bahwa Rania hanya mendapat teguran dan surat peringatan menyatakan bahwa ia memiliki orang yang berpengaruh dibelakangnya. Dan Zeesya sudah bisa menebaknya. Orang itu sudah pasti Natallie.

“Bagaimana keadaannya Anda hari ini? Apakah ada keluhan?” tanya dokter muda itu.

Zeesya menggeleng dengan lemah,

“Saya baik-baik saja dokter.”

Setelah itu, Bryan mulai melakukan serangkaian tindakan pemeriksaan terhadap jantungnya.

....

Setelah banyak rangkaian perawatan pasca sadar dari koma. Akhirnya, hari ini Zeesya diizinkan keluar dari rumah sakit.

“Suster,,,siapa yang membayar biaya pengobatan saya selama ini?” suaranya yang lembut dan merdu mengisi bangsal.

Hari ini Dasty telah menyelesaikan pekerjaannya, dibantu oleh perawat lainnya Zeesya menyelesaikan prosedur check out.

Zeesya tidak yakin Roy akan membayar biaya pengobatannya, tapi siapa sebenarnya. Kamar VIP ini jelas bukan bentuk rasa kasihan pihak rumah sakit padanya.

“Maaf nona saya tidak tahu tentang masalah ini, tapi nona tenang saja semua biaya pengobatan sudah dilunasi.” jelas perawat itu.

Zeesya mengangguk dengan lembut. Meskipun ia sangat penasaran tapi waktu kedepannya masih panjang untuk mengetahuinya.

Setelah keluar dari rumah sakit ia pasti akan mendapatkan informasi dermawan itu dan membalasnya kembali.

“Suster bolehkah saya meminjam ponsel anda?”pintanya.

Perawat dengan terburu-buru mengambil ponsel di sakunya. Meskipun perawat itu tidak tau siapa yang membayar biaya pengobatan pasien ini, tapi yang jelas itu perintah dari atas. Satu hal yang pasti bahwa ia tidak dapat menyinggung perasaan nona muda ini.

Mengetik serangkaian angka, Zeesya menghubungi nomor telepon rumahnya.

Pada dering ketiga panggilan dijawab.

“Hallo...”

Suara yang sudah dikenal Zeesya menjawab panggilannya. Ini adalah suara kepala pelayannya.

“Paman,,, ini aku”

“Nona mudaaa...” tangisan histeris terdengar di ujung telepon membuat mata Zeesya berkaca-kaca.

“Paman aku berada di rumah sakit kota, kemarilah nanti aku akan menjelaskan semuanya.”

Setelah menyelesaikan panggilan, Zeesya berterimakasih sambil mengembalikan ponsel kepada perawat.

Meski masih sedikit lemah, tapi Zeesya penuh vitalitas. Baju putih pasien sebelumnya kini sudah berganti dengan sebuah gaun biru sederhana.

Satu tahun koma membuat kulitnya menjadi sangat putih, jenis yang yang seperti bersinar dibawah cahaya matahari. Meskipun berjenis kelamin perempuan, perawat tidak bisa menahan sipuan diwajahnya.

....

Disebuah mansion indah di tepi kota A, terjadi keributan. Seorang wanita paruh baya sedang membantu para pelayan menyiapkan makanan di dapur. Tak lama kemudian terdengar suara bersemangat seorang pria tua.

“Emma, nona muda sudah kembali,,, Ya Tuhan nona muda kita...” seru seorang lelaki tua.

Kepala pelayan itu berlari dengan penuh semangat, menyampaikan berita pada Emma yang sudah mengasuh nona muda mereka sejak kecil.

Air mata bahkan tak dihiraukannya lagi. Rasanya ia sedang bermimpi, nona muda mereka yang telah menghilang selama setahun akhirnya kembali.

“Apa...nona...nona muda yang mana?” wajah Emma pucat, wajahnya putih seputih kertas. Pisau ditangan kanan melenceng menggores jari telunjuk kirinya. Sayangnya kepala pelayan tidak memperhatikannya.

“Tentu saja nona muda Zeesya, siapa lagi yang bisa menjadi nona muda?,,,Ya Tuhan,,,Tuan dan Nyonya bisa tenang diatas sana.” Ujarnya menangis bahagia.

Mata kepala pelayan kabur oleh air mata. Raut ekspresi Emma tak terbaca olehnya.

Emma terpaku, pisau yang sebelumnya sempat menggores tangannya telah meneteskan darah, menetes ke atas paha ayam yang akan dimasaknya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status