Home / Romansa / Cinta Terhalang Takdir / 3. Musuh dalam selimut

Share

3. Musuh dalam selimut

Author: Tricya
last update Last Updated: 2022-09-06 14:29:46

“Ya Tuhan, nona muda akhirnya kembali. Cepat pergi jemput nona, untuk apa kau masih berdiri seperti patung disini. Aku akan masak semua hidangan kesukaan nona.” Desak Emma kepada kepala pelayan.

Wanita itu kini heboh tidak menentu setelah sebelumnya terpaku mendengar kata-kata Zayn, kepala pelayan itu.

‘Zeesya kembali!”

Pikirannya kosong, berita ini mengguncang hatinya. Nona muda kembali, lalu putrinya bagaimana. Tapi Emma bukan seorang yang mudah, wajahnya dengan cepat berubah.

Kebahagiaan palsu tertera diwajahnya.

Mengikuti semangat kepala pelayan, Emma mengusap air mata yang tak ada diwajahnya.

Kepala pelayan meminta pengemudi dengan cepat mengantarkannya menuju Rumah Sakit pusat kota. Sungguh sebuah misteri, hampir satu tahun nona menghilang, semua upaya sudah dikerahkan untuk mencarinya, tapi seseorang yang dicari itu ternyata ada didekat mereka selama ini.

Setelah kepala pelayan pergi, Emma kembali kamarnya. Dengan tangan yang bergetar, ia buat panggilan kepada putri semata wayangnya.

"Arg,,, kenapa jalang ini masih hidup?" Bisiknya frustasi.

Di salah satu club malam terkenal di ibu kota, banyak tamu dari lapisan masyarakat kelas atas berkumpul malam ini.

“Malam ini, aku akan mentraktir kalian semua.” Seru Anna dengan dagu tingginya. Pakaian yang terbuka tampaknya tak menjadi masalah baginya dimalam musim dingin ini.

Mendengar perkataan gadis itu, semua temannya bersorak.

“Wahh,,, Anna tersayang kita adalah yang paling kaya. Hatiku rasanya akan berdarah dengan semua ini.”

“Sayangku,,,aku tidak akan sopan malam ini.”

Mereka semua tertawa gembira. Anna selalu sangat loyal kepada teman-temannya.

Mereka semua adalah masyarakat kelas menengah keatas di ibu kota, meski para orang tua mereka kaya bukan berarti mereka bisa menghabiskan uang saku seperti air mengalir.

Apalagi tempat ini adalah Dream Night, tempat seperti apa itu? Club malam yang akan menghabiskan uang hidup tiga bulan hanya dengan sekali duduk.

Tapi bagi Anna itu berbeda, kartu keanggotaan VVIP tertinggi sekarang adalah miliknya. Ia bisa mendapatkan semua layanan terbaik yang ada di Dream Night.

Bunyi ponsel yang entah sudah kesekian kalinya terdengar ditelinganya. Anna berdiri dari pelukan kekasihnya dan berjalan menuju sudut yang agak sepi.

“Ibu...ada apa?” Anna mengernyitkan dahinya, merasa agak kesal karena kesenangannya diinterupsi.

“Sayang kau cepatlah pulang, jalang itu kembali. Dia masih hidup.” Suara Emma terdengar dengan tergesa-gesa.

“Apa,,,siapa yang kembali bu?” tannya Anna yang tengah menekan telinganya dengan tangan sebelah kiri. Musik disko yang keras mengganggu pendengarannya.

“Zeesya,,, jalang itu kembali sayang, pokoknya kau pulang secepatnya. Jangan sampai dia tau kalau kau menghabiskan uangnya selama ini.” Lontar Emma.

“Sial,,, kenapa dia tidak mati saja?” sungut Anna kepada ibunya.

“Oke, sebentar lagi aku akan pulang.” Sambungnya kesal dan langsung menutup panggilan.

Anna kembali ke tempat duduknya. Beberapa temannya sudah ada yang mabuk.

“Tolong kirimkan tagihan malam ini kepada saya.” Ujarnya kepada salah satu pelayan.

Mengambil tas diatas meja ia melenggang pergi.

....

Audy hitam sampai di depan gerbang hitam besar terlihat terbuka secara otomatis. Di depan pintu masuk utama, deretan pelayan memiliki mata merah berkaca-kaca tersusun menyambut kepulangan Zeesya.

Pintu mobil terbuka, dengan bantuan kepala pelayan Zeesya duduk diatas kursi roda, didorong melewati halaman yang sangat akrab baginya.

Memasuki pintu utama, Zeesya merasakan sedikit keasingan. Ia memandang keatas. Pada lukisan air terjun yang tergantung di dinding tengah diantara dua tangga besar yang melingkar.

Walaupun Indah dan menyegarkan tapi ia tidak menyukainya.

Raut wajahnya masam, sebab lukisan itu menggantikan foto keluarga tiga orang. Foto ia bersama ayah dan ibunya. Meski bukan anak kandung mereka, Zeesya bahagia bisa menjadi bagian dari keluarga yang harmonis ini.

“Paman, dimana lukisan sebelumnya?” tanyanya.

“Sayang sekali Nona, lukisan itu jatuh 2 bulan yang lalu. Tapi tenang saja, saat ini sedang dalam perbaikan.” Ujar kepala pelayan menenangkan dirinya.

Sudah satu tahun ia menghilang, ia berharap semuanya tetap baik-baik saja. Semakin kedalam ia bisa melihat ada beberapa dekorasi mansion sudah berubah.

Zeesya ingat di sudut dinding kiri ini Ia meletakkan sebuah keramik kuno langka senilai puluhan ribu dolar. Tapi tampaknya seseorang memindahkan keramik itu.

Sekarang disana yang terpajang sebuah keramik imitasi yang bisa dibilang sama seperti sebelumnya. Tapi siapa Zeesya?, hanya dengan sekali pandangan Zeesya tahu ini palsu.

“Paman, Aku ingin semuanya kembali seperti sebelumnya besok pagi!” tegas Zeesya.

Emma hanya diam saja, merasa tak bersalah sedikit pun.

“Sesuai kehendak Anda Nona.”

Bagi Zeesya akun ini akan diperhitungkan nanti, jangan sampai ia mengejutkan ular yang bersembunyi. Tampaknya satu tahun ia absen, nyonya rumah ini pun sudah berubah.

Para pelayan semua sangat bersemangat, tapi melihat wajah muram tuan mereka, mereka memilih untuk diam.

Kepala pelayan dengan cepat mengantarkan Zeesya ke kamarnya. Meski ruang utama mansion ada sedikit perubahan, kamarnya tetap seperti yang diingatnya.

Tak lama kemudian, ketukan pintu terdengar, tanpa menunggu jawaban Zeesya, Emma melenggang masuk dengan seorang pelayan. Pakaiannya mewah, tidak ada indikasi seorang pengasuh atau pelayan pada dirinya.

“Nona muda,,,akhirnya kau kembali. Bibi sudah lama resah. Sangat menyakitkan bagiku untuk makan dan tidur selama ini.” Ujarnya wanita itu dengan prihatin.

“Memikirkanmu entah dimana aku tak bisa berhenti menangis setiap malam. Syukurlah kau masih hidup nona.”

Sambil menganis terisak, Emma memegang tangan Zeesya. Merasa munafik Zeesya melepaskan tangannya.

“Nona muda, hari ini aku sudah menyiapkan semua hidangan kesukaanmu.” Dengan penuh semangat Emma memerintahkan pelayan menyiapkan hidangan.

Dari awal sampai akhir Zeesya tetap tenang, saat ini ia tidak percaya dengan siapapun dirumah ini, ia harus menangkap ular yang tersembunyi.

“Terimakasih Bibi Emma, aku sangat senang melihatmu lagi.” Ujar Zeesya datar.

Emma adalah pengasuhnya sejak sekolah dasar. Tak lama setelah mendiang Ayah dan Ibunya mengangkatnya menjadi putri mereka. Emma ditunjuk sebagai pengasuhnya.

“Bibi, bawa saja kembali makanan ini ke dapur. Aku tidak bisa mencerna semua ini.” Pintanya.

Emma mengoceh di dalam hati. ‘Dasar jalang, kau pikir aku sudi menyambutmu.’

“Baik nona,,, saya harap nona beristirahat dengan baik.” Ucap Emma dengan senyum palsunya.

Sesampainya di depan kamar. Emma menyibakan rambutnya, keluar dengan kesal.

Setelah Emma pergi Zeesya merasa sedikit tenang. Ia duduk diatas kasur, matanya berputar mengelilingi kamar.

Mata Zeesya berlinang, sedih teringat akan Ayah dan Ibunya. Ia mengambil sebuah foto dilaci nakas sebelah kanan ranjangnya.

“Ayah,,, Ibu,,, apa kabar?”

“Zeesya harap semuanya akan baik baik saja.”

Zeeya meletakkan kembali foto itu, tanpa sengaja ia melihat gelang hitam yang sudah usang di lacinya.

Gelang itu dikelilingi oleh beberapa huruf yang tergantung disana. Sebuah kata ZeeZe terangkai dari gantungan itu.

Meskipun terbuat dari bahan yang murah, tetapi terlihat indah dan lucu. Semenjak kecil, Zeesya tak pernah terpikir untuk membuang gelang itu. Ia merasa bahwa gelang ini sangat bermakna.

Merasa sedikit lapar, Zeesya mengembalikan gelang itu dan mengambil handphone baru yang sudah disiapkan kepala pelayan sebelumnya.

Tiba-tiba saja kepalanya terasa sakit berdenyut.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Terhalang Takdir    27. Aiden: "Aku menyesal sayang."

    “Cepat !! Segera siapkan mobil,” perintah Zeesya kepada sang asisten. “Nona ...” panggil Jason, salah satu kepala eksekutif perusahaan yang mendukung Zeesya. Melihat sang CEO sedang bermasalah, membuatnya terhenti menyampaikan informasi. “Jason, tolong bantu saya!” Jason segera mengalihkan tubuh Aiden kearahnya. “Saya akan mengurus disini Nona, pagi ini anda memiliki rapat dengan Stewart Corp, Anda tidak perlu khawatir, silahkan temui Tuan Zehan, Nona” ucapnya dengan cepat. Sungguh sial, Aiden mengutuk didalam hati. Hawa dingin seketika menyerang Jason. “Zeesya ... kumohon ...” lirih Aiden dengan segera mencengkram tangan gadis itu. “Aku akan meminta maaf atas ketidaksopanan ini, tolong segera atur pertemuan ini!” Di depan ruang tunggu, Jason menarik napas panjang lalu masuk dan menyapa, “Maaf atas ketidaknyamanannya Tuan Zehan, Nona sedang tidak bisa menghadiri pertemuan. Disini saya akan mewakili Nona Zeesya.” Dengan penuh keberanian Jason, berusaha berbicara dengan hor

  • Cinta Terhalang Takdir    26. Hadiah

    Melihat Aiden telah meninggalkan mansion, Zeesya melangkah menuju kamarnya.Suara kaca pecah bendentang ditengah malam, membuat langkah kakinya terhenti. Bayangan seorang wanita mengenakan piyama tidur tengah berdiri di lantai dua.“Kakak ...”Anna menyapa dengan suara ceria, seakan akan ia tak melihat kekacauan yang terjadi dibawah sebelumnya. Anna berjalan mendekati Zeesya, ia bisa melihat jelas rasa frustasi diwajah Zeesya. “Apa kakak lelah, aku bisa membuatkan sesuatu untukmu!”Ia dengan sigap berjalan menuruni tangga. “Berhenti!”Zeesya tertawa rendah, jangan berpikir bahwa ia tidak tahu bahwa kekasih Anna sedang menunggunya dibawah sana. Menunggu Anna untuk datang menjemputnya dan membawanya untuk bermalam di mansion ini.Zeesya tidka bisa membiarkan mereka berbuat kotor di rumahnya.Anna menghentikan langkahnya, memegang ponselnya dengan erat lalu berbalik melihat kebelakang. “Kenapa kak? Apa ada sesuatu yang kakak i

  • Cinta Terhalang Takdir    25. Menjauh dari Zehan

    “Kau dari mana saja?” suara pria itu tertahan dan menggeram. Zeesya terhenti saat akan melepaskan tas dari bahunya. Ia tak mengerti apa yang membuat Aiden terlihat marah seperti ini. “Kantor.” Aiden tersenyum miring, “kantor kau bilang?” Zeesya tenang seperti biasa, “Ya Aiden, ada apa?” Menuangkan segelas air di atas meja. Lalu duduk di sofa di hadapan pria itu. Aiden menjadi lebih aneh, pria itu merubah raut wajahnya dalam seketika dan berkata dengan mendesis “Katakan Zesya, apa kau mau aku membunuh pria itu?” tanyanya dengan sebelah alis terangkat. Membunuh? Siapa yang harus dibunuh? Zeesya meletakkan tas di bahunya ke atas meja duduk di sofa dengan menatap bingung pada Aiden di seberangnya, yang terlihat haus darah. Untuk pertama kalinya Zeesya tak mengenal sahabatnya ini. Melihat pertanyaan dari tatapan gadis itu, Aiden pun memperjelas, “Roy!” ucapnya dengan napas membunuh. Napas Zeesya tertahan, walau sering mendengar bahwa

  • Cinta Terhalang Takdir    24. Bukan Kekasihnya

    Roy menatap tajam pada ayahnya yang hanya santai menikmati minumannya. Apa dirinya tidak berarti dimata ayahnya, hingga bahkan sang Ayah menutup mata dengan masalahnya. “Ayah ...” panggil Roy. Adolf memandang putranya, mendengar panggilannya, ia baru bereaksi. Melihat reaksi sang suami, Jenise berteriak marah “Kau selalu seperti ini! Apa dia bukan putramu, hah? Hanya putraku Roy yang berhak mewarisi keluarga Abraham tidak ada yang lain, Adolf!” Kening pria paruh baya itu berkerut, apa maksud wanita ini tidak ada yang lain? Putranya wanita tercintanya, Alger, bahkan lebih mampu dibandingkan Roy! Jauh lebih pantas dari siapapun. Ia bukan tak menyayangi putra sahnya sendiri. Akan tetapi Jessica, wanita yang telah ia cintai sejak dulu, ia tidak bisa mengecewakannya lagi. “Aku tidak akan memihak di antara kalian! Siapapun yang hebat dia yang akan berkuasa,” ucap Adolf tenang. Jenise terpana, wajahnya merah karena marah. Inilah yang selalu ia d

  • Cinta Terhalang Takdir    23. Pelecehan

    Dengan marah, Zeesya menepis tangan pria itu dari kedua bahunya. Berjalan kembali ke pintu dan akan memanggil security.Roy menjadi agresif, dipeluknya gadis itu dari belakang. Ia marah melihat reaksi gadis itu yang tidak seperti harapannya. “Zeesya, jawab pertanyaanku. Kenapa hah? Kenapa kau menyembunyikannya dariku?” bisiknya marah ditelinga gadis itu.Zeesya jijik dengan sentuhan pria itu, ia berteriak keras, tapi sayangnya ruang kantornya ini kedap suara.“Kau tidak pernah mencintaiku!” desis pria itu. Ia menarik Zeesya dengan kuat menghempaskan gadis itu ke atas sofa. Zeesya meringis kesakitan, kepalanya terasa sangat pusing. Ia berusaha menahan pria itu yang semakin bertindak tidak senonoh.Tiba-tiba sebuah pukulan melayang ke wajah Roy, diikuti oleh serangkaian pukulan lain yang bertubi-tubi. ....Zehan berjalan menyusuri lantai paling dasar dari Shine Corporation. Ini adalah pertama kalinya pria itu datang ke perusahaan itu.

  • Cinta Terhalang Takdir    22. Tamu tak diundang

    “Selamat pagi Tuan,” ujar Albert, yang merupakan direktur dari Rumah Sakit Afiliasi.Zehan mengangguk singkat, masih sibuk dengan dokumen ditangannya.Albert hanya bisa duduk terdiam, keringat dingin mengalir ditubuhnya. Setelah sekian lama hening, Zehan menutup dokumen ditangannya. Lalu menyesap kopi di meja.“Apa kau ingat pasien ini?” ujarnya sambil melempar dokumen yang dibukanya tadi kedepan direktur itu.Albert dengan cepat membuka dokumen itu, lalu menganggukan kepalanya. “Aku ingin kau melakukan tes dna darahnya dengan darah nyonya Alea.” “Tuan ... pasien baru saja melakukan pemindahan pagi ini,” Ucap Albert gugup.Zehan mengangkat kepalanya, tatapan tajamnya terarah kearah direktur itu. Albert lantas gemetar, ia mengerti hal ini tidak sulit untuk dilakukan. Tapi masalahnya pasien ini berbeda.“Maaf Tuan, semua peralatan yang digunakan oleh pasien telah disterilkan oleh mereka.”Mendengar hal itu, tangan Aiden mengep

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status