“Indra jangan seperti ini! Ini di rumah sakit, kalau ada yang melihat nanti bagaimana?” Ucap Nayla yang mencoba melepaskan pelukan Indra.
“Aku sangat merindukan mu!” Sahut Indra malah mempererat pelukannya.
“Iya, tapi ini masih di rumah sakit!” kesal Nayla memicingkan matanya.
“Baiklah!” Ucap Indra pasrah melepaskan pelukannya lalu bersandar di bahu kasur.
“Ehem..ehem..!” Andrew berdeham.
“Masih hidup lu bro?” ejek Andrew.
“Sialan, lu sumpah in gue mati?” Celetuk Indra, hingga membuat Andrew tertawa lepas.
“Ia gak tahu, soalnya lu bangun nya lama!! Kasihan tuh setiap hari nangis!” Ucap Andrew mengode dengan matanya ke arah Nayla yang pergi ke kamar mandi, Indra hanya tersenyum mendengar tutur Andrew.
“Senyum-senyum aja lu, kalau lu gak mampu biar gue yang akan menikahi Nayla!” Ejek Andrew lagi.
“Sialan lu, la
“Ada apa nak? Seperti nya kamu sedang kesal kepada Andrew!” Tanya Bu Anita yang berada di ambang pintu, melihat bantal yang berserakan di depan kamar.“Mama, gak ada mah! Kami hanya bercanda! Mama kenapa berdiri saja, ayo masuk Mah!” Ujar Indra, Ia beranjak dari tempat duduk nya menghampiri sang Mama.“Kenapa Mama bawa makanan ke kamar Indra? Indra kan bisa turun mah!” ujar Indra melihat mama nya membawa nampan berisi kan makan siang untuk nya.“Gak apa-apa nak! Kamu kan masih sakit, buruan makan setelah itu minum obat nya?” Perintah Bu Anita, Indra mengangguk lalu mulai makan dengan lahap. Ia tersenyum melihat anaknya makan dengan lahap.“Nak, apa boleh mama tanya sesuatu?” Tanya nya melihat Indra sudah menghabiskan makanannya.“Iya mah! kenapa mama harus minta izin?” Ujar Indra.“Apa kamu serius dengan Nayla?” Tanya sang Mama dengan berhati-hati, takut meny
“Nayla, mama ingin mengajak mu jalan-jalan! Dan sekaligus kita bertemu pihak WO!” Ucap Bu Anita antusias.“Tapi mah!”“Tidak ada tapi-tapian, cepat buruan ganti baju! Mama tunggu di sini!” perintah Bu Anita, hingga membuat Nayla pasrah lalu beranjak dari duduk nya menuju ke kamarnya.Bu Anita berdiri melihat foto yang di pajang di dinding, terlihat wanita dan pria yang masih muda.“Apa ini Orang tua nya Nayla?” Sembari mengusap foto wanita tersebut.“Apakah benar itu kau, kenapa wajah mu sangat mirip?” Batin Bu Anita melihat wajah wanita di figura tersebut.“Mama!! Nayla sudah siap!” Panggil Nayla yang melihat Bu Anita seperti sedang memikirkan sesuatu, hingga tidak melihat dirinya yang sudah berdiri di samping nya.“Oh, maaf mama melamun! Ayo kita pergi!” Ajak Bu Anita menggandeng tangan calon menantu nya.“Iya mah!” Sahut Nayla
Keesokan harinya, Nayla sedang bersiap-siap di bantu Mita sahabatnya.“Kamu sangat cantik Nay!!” Puji Mita.“Makasih yah!” sahut Nayla dengan senyum simpul nya, persiapan acara lamaran nya sudah seratus persen tentu nya dengan bantuan para tetangga Nayla.“Akhirnya, cinta yang tertunda kini bersatu kembali!” ujar Mita dengan bahagia lalu memeluk nya.“Jangan lupakan diriku yah!” tambah Mita dengan mata yang mulai berkaca-kaca.“Hey! gue mau menikah, bukan mau pergi!” Celetuk Nayla hingga membuat Mita terkekeh mendengar nya, terdengar suara ketukan pintu dari luar.“Nayla sudah siap? Calon nya sudah datang!” ucap tetangga yang sudah begitu dekat dengan Nayla.“Baik Bu?” Sahut Nayla tersenyum simpul.“Masya Allah cantik nya nak Nayla memakai gamis ini! Apalagi kalau baju pengantin!” puji nya nanti. Mereka keluar bersama terlihat di
Mereka kini sudah duduk di pelaminan menjadi raja dan ratu sehari, satu persatu para tamu undangan yang datang memberi mereka selamat. Nayla begitu sangat cantik memakai gaun yang di pilih oleh mertua nya dan begitupun Indra tidak kalah tampan nya.“Bro, selamat yah! Akhir nya lu menikah juga, jangan lupa malam pertama nya Live!” Bisik Andrew di telinga Indra.“Sialan lu!” celetuk Indra, Andrew menahan tawa nya melihat kekesalan Indra. Kini beralih ke Nayla, Andrew bersalaman dengan Nayla lalu kembali hendak duduk namun di urungkan ketika melihat Mita yang sedang asik makan sendirian.“Hai, apa boleh saya duduk disini?” Tanya Andrew, melihat Andrew yang datang sukses membuat dirinya berhenti makan.“Iya Tuan, silahkan!” Sahut nya dengan nada malas.“Aku sudah berusaha menghindar, kenapa pria menyebalkan ini selalu muncul?” Batin Mita melirik Andrew tidak suka.“Oh iya! s
Suara getar ponsel yang mengganggu tidur pulas pengantin baru tersebut, sehingga Indra berdecap kesal.“Siapa yang mengganggu pagi- pagi begini?” gumam Indra di balik selimut, lalu meraba ke atas meja yang berada di samping kasur.“Halo, ada apa pagi-pagi begini kau menghubungi ku? Mengganggu saja!” kesal Indra.“Widih pengantin baru, Ini sudah jam 10 pagi bos! Sudah menjelang siang!” ejek Andrew.“Berisik!!” Sahut Indra langsung menutup teleponnya, karena sudah menduga sahabat nya pasti akan menghubungi untuk mengejeknya.Ketika hendak duduk, ia melihat Nayla yang masih tertidur pulas sambil memeluk nya dengan erat.“Cantik sekali!” Gumamnya, lalu menyisihkan rambut yang jatuh menutupi wajah nya.“Ayah!” Gumam Nayla dengan mata yang masih tertutup.“Apa dia bermimpi?” Gumam Indra lagi, mengelus pipi yang sedikit berisi Nayla. Ia perlahan membuka
“Sayang! Apa kamu marah?” ujar Indra mengambil tangan Nayla yang hendak melangkah masuk dan memeluk nya kembali.“Aku tidak marah! Hanya saja aku menghawatirkan kesehatan mu!” Ucap Nayla lembut.“Maaf kan aku sayang, aku berjanji ini yang terakhir kalinya aku merokok!” Ujar Indra lalu mencium kening Nayla, Nayla hanya menjawab dengan senyuman.“Ayo kita masuk, dan bersiap siap untuk pulang!” ajak Indra kepada Nayla, mereka masuk lalu bergantian untuk mandi.Sambil menunggu suaminya selesai mandi Nayla membereskan tempat tidur.“Sayang cepat lah mandi, sebelum ke rumah kita mampir dulu ke makam Ayah dan Ibu!” ujar Indra setelah keluar dari kamar mandi.“Iya!” sahut lembut Nayla.“Eiittss tunggu dulu!” ucap Indra menahan tangan Nayla.“Kenapa?” Nayla terlihat bingung dengan sikap suaminya.“Cium aku dulu!” ucap I
Sementara, dalam perjalanan pulang, Mita mencoba berulang kali untuk menghidupkan motornya namun tidak berhasil.“Kenapa kamu mogok sekarang? Mana jalanan sepi lagi,” gumam Mita melihat tidak ada kendaraan yang melintas.“Mana ponsel gue mati lagi! Bengkel masih jauh,” Ucap Mita pasrah terduduk di tanah, sudah pasrah melihat motornya tidak bisa menyala sejak tadi.Mita menepikan motor nya, dan mulai berjalan pulang menuju rumah.“Baik-baik Lo disini yah!” Melambaikan tangan nya kepada motor kesayangannya. Kalau ada orang melihat, mungkin Mita di anggap kurang waras karena berbicara dengan motornya.Mita berjalan tanpa menengok kanan dan kiri, karena jalan menuju rumah nya memang sepi. Dari kejauhan terlihat lampu sorot mobil yang menerangi nya lalu membunyikan klakson namun dirinya tidak menghiraukan dan terus saja berjalan.Tin.. Tin.. Tin. Mita hanya berdecap kesal, karena dirinya sudah berjalan di tepi jala
Andrew menatap wajah Cindy merasa kasihan, ia duduk di samping Cindy terbaring. Cindy mulai membuka perlahan kelopak matanya.“Aku dimana?” lirih Cindy.“Kamu ada di rumah sakit! Aku menemukan mu tergeletak di lantai,” sahut Andrew.“Bayiku... dimana bayiku?” Cindy panik sambil meraba perut nya yang rata.“Tenang dulu..!” Andrew langsung memeluk Cindy.“Kamu harus tenang dulu,” Ucap Andrew mengelus kepala Cindy.“Bayi mu tidak bisa di selamat kan, dan terpaksa Dokter harus mengeluarkan nya,” ucap Andrew. Mendengar bayi nya meninggal, Cindy menangis histeris sehingga beberapa perawat berlari masuk ke dalam menenangkan nya, hingga menyuntikkan nya dengan obat tidur.“Bapak mohon tunggu di luar dulu, biarkan kami menangani istri anda,” Ucap salah satu perawat.“Ta—tapi..!” perawat membawa Andrew keluar lalu menutup pintu rua