Cinta dalam Bayangan Hutang

Cinta dalam Bayangan Hutang

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-30
Oleh:  Rizki AdindaTamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
130Bab
435Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Demi membantu suaminya, Raka, yang terlilit hutang untuk biaya pengobatan orang tuanya, Ara terpaksa menjalin hubungan kontrak dengan seorang pria kaya dan misterius bernama Adrian, yang ternyata memiliki perasaan lebih terhadapnya. Adrian adalah sosok yang jauh berbeda dari Raka: ia memperlakukan Ara dengan penuh kasih sayang, perhatian, dan hormat. Di bawah tekanan kewajiban dan perasaan yang tak seharusnya, Ara mulai menyadari bahwa hatinya terpikat oleh pria yang seharusnya hanya menjadi “jalan keluar” dari masalahnya. Namun, apakah Ara akan tetap setia pada perjanjian atau justru menyerah pada perasaan yang perlahan membara dalam hatinya?

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1: Malam Pengakuan

"Aku nggak tahu harus bagaimana lagi, Ara. Dia... dia bisa menghancurkan hidup kita kalau aku nggak bayar utangnya."

Raka duduk di kursi ruang tamu yang usang, dengan kepala tertunduk dan bahu merosot seperti membawa beban dunia di atasnya. Tangannya meremas rambut hitamnya yang kusut, seolah mencoba menggenggam sesuatu yang tak terlihat. 

Ara, yang sejak tadi duduk diam di sofa dengan selimut di pangkuannya, tak mampu berkata apa-apa. Suaranya, bahkan napasnya, terasa tertahan oleh udara dingin malam itu.

"Berapa besar utangnya?" tanya Ara akhirnya, suaranya nyaris tak terdengar. Hanya gerakan bibirnya yang menunjukkan ia telah berbicara.

Raka mendongak dengan ragu, mata cokelat gelapnya dipenuhi rasa bersalah dan keputusasaan. "Dua ratus juta," jawabnya dengan suara yang pecah.

Ara membelalak, seolah kata-kata itu menusuk dadanya tanpa peringatan. Matanya mencari jawaban di wajah Raka, berharap bahwa ini semua hanyalah salah paham atau lelucon yang buruk. Namun, tatapan Raka yang penuh kepedihan menghapus semua harapannya.

"Dua ratus juta?" ulang Ara, mencoba mencerna jumlah itu. Angka tersebut bergema di pikirannya, seperti gaung yang tak kunjung berhenti. 

Rumah kecil mereka, gaji bulanannya sebagai admin kantor, bahkan tabungan tipis yang telah mereka kumpulkan bersama—semuanya tak sebanding dengan jumlah yang disebutkan Raka.

Raka mengangguk pelan. Tangannya masih memegang rambutnya, menciptakan kesan bahwa ia ingin menghilang dari pandangan. "Sebagian besar untuk pengobatan ayah," katanya lirih. "Tapi... sebagian lainnya aku... aku coba investasikan."

"Investasikan?" Mata Ara menyipit, suaranya mulai bergetar. "Kau main judi dengan uang itu?"

Raka menggeleng cepat, lalu mengangkat kedua tangannya seperti melindungi diri dari tuduhan. 

"Bukan judi, Ara. Aku ikut investasi kecil-kecilan. Ada yang bilang bisa menggandakan uang dengan cepat. Aku pikir kalau berhasil, kita nggak perlu khawatir lagi soal biaya rumah sakit atau kebutuhan lainnya."

Ara menatap suaminya, tubuhnya mulai bergetar. "Dan kau pikir itu keputusan yang bijak? Dengan kondisi kita sekarang?"

Raka tak menjawab, hanya menunduk lebih dalam. Diamnya berbicara lebih banyak daripada kata-kata. Ara berdiri dari sofa, selimut jatuh ke lantai tanpa ia pedulikan. 

Langkahnya gelisah, bolak-balik di ruang tamu yang sempit itu, seperti singa yang terkunci dalam kandang. Tangannya mencengkram sisi roknya, mencoba menenangkan amarah yang mulai membakar.

"Kau tahu kita tidak punya uang sebanyak itu, Raka," katanya akhirnya. "Bagaimana kau bisa berpikir melakukan hal seperti ini tanpa memberitahuku? Kau tahu aku pasti akan membantumu."

"Aku hanya ingin menyelesaikannya sendiri," Raka menjawab dengan suara yang lebih keras dari sebelumnya. Ia bangkit berdiri, mendekati Ara dengan tatapan penuh frustasi. "Aku ingin kau nggak perlu khawatir! Aku ingin jadi suami yang bisa kau andalkan, Ara."

"Dan sekarang?" Ara berbalik, matanya yang biasanya lembut kini penuh dengan kemarahan yang terpendam. "Apa yang kau lakukan sekarang? Mengandalkan aku untuk memperbaiki semuanya?"

Raka terdiam. Napasnya terdengar berat, seolah kata-kata Ara menamparnya dengan keras. Dalam keheningan itu, Ara memperhatikan suaminya yang tampak rapuh. Dulu, ia mencintai pria ini karena keberaniannya. 

Karena semangatnya untuk selalu berusaha, meskipun hidup tak pernah mudah bagi mereka. Namun malam ini, Ara melihat seseorang yang hampir menyerah, dan entah kenapa, itu membuat hatinya lebih sakit daripada marah.

"Adrian bilang dia mau bicara denganmu," kata Raka tiba-tiba, memecah keheningan.

Ara membeku. "Apa maksudmu?" tanyanya dengan dahi mengernyit. Nama Adrian terasa asing dan sekaligus familiar di telinganya. Pria itu adalah bos besar di kantor tempat Ara bekerja—seseorang yang jarang ia temui, namun keberadaannya selalu terasa.

"Dia pemilik utangku," lanjut Raka, suaranya penuh keraguan. "Dia bilang... kalau aku nggak bisa bayar, dia mau kau datang menemuinya. Mungkin dia punya solusi."

Ara merasa seolah lantai di bawahnya runtuh. Adrian? Pria yang ia tahu sebagai sosok dingin dan penuh wibawa itu? Kenapa ia harus ikut terlibat?

"Apa yang dia inginkan dariku?" tanya Ara, nadanya penuh kecurigaan.

"Aku nggak tahu, Ara," jawab Raka, mengangkat tangan dengan putus asa. "Tapi aku nggak punya pilihan. Kita nggak punya pilihan. Kalau aku nggak bayar utang itu, dia bisa mengambil segalanya. Rumah ini, motor, bahkan barang-barang kecil yang kita miliki."

Ara menatap suaminya lama, mencoba mencari tanda bahwa semua ini hanya mimpi buruk. Namun yang ia lihat hanyalah bayangan pria yang terjebak di sudut tanpa jalan keluar.

"Jadi... aku yang harus menghadapi ini sekarang?" bisiknya. Ada luka dalam suaranya yang membuat Raka menunduk lagi, tak mampu membalas.

Malam itu terasa panjang bagi Ara. Setelah percakapan mereka, Raka tertidur di sofa, terlalu lelah untuk masuk ke kamar. Ara duduk di tepi ranjang mereka, memandangi telepon di tangannya. 

Sebuah pesan singkat dari Adrian telah ia terima beberapa jam yang lalu: "Besok, jam 7 malam. Kita bicara di ruang kerjaku."

Ara meremas telepon itu erat-erat. Perasaannya berkecamuk. Di satu sisi, ia tahu bahwa ini adalah kesempatan untuk menyelamatkan Raka dari kehancuran yang lebih dalam. Namun, di sisi lain, ia tidak bisa mengabaikan rasa takut yang menyelinap di hatinya. 

Adrian adalah pria yang penuh misteri. Selalu berbicara dengan nada yang tenang, tetapi tajam seperti pisau. Apa yang sebenarnya ia inginkan?

Ketika pagi datang, Ara mencoba melanjutkan rutinitas seperti biasa. Ia memasak sarapan sederhana dan meninggalkan piring untuk Raka sebelum pergi ke kantor. Namun, sepanjang hari, pikirannya terus melayang ke pertemuan yang akan ia hadapi nanti. 

Adrian, bosnya, pria yang jarang bicara tetapi selalu hadir dalam setiap langkah penting di perusahaan. Apa yang akan ia katakan? Dan lebih penting lagi, apa yang akan ia minta?

Jam di dinding ruang kerjanya bergerak lambat, seolah-olah waktu sengaja mempermainkannya. Ketika akhirnya pukul 6:30 tiba, Ara merasa perutnya melilit. Ia naik ke lantai tertinggi gedung tempat ruang kerja Adrian berada, kakinya gemetar setiap langkah.

Ketukan kecil di pintu ruang kerjanya terasa seperti lonceng yang memulai pertandingan tinju. "Masuk," suara Adrian terdengar dari dalam, tenang dan tegas.

Ara membuka pintu dan melangkah masuk. Ruang kerja Adrian adalah ruangan luas dengan dinding kaca yang memamerkan pemandangan kota. Meja besar dari kayu gelap berdiri kokoh di tengah, dan di belakangnya, Adrian duduk dengan jas abu-abu yang sempurna. 

Ia menatap Ara dengan pandangan tajam, tetapi ada sedikit senyum di sudut bibirnya.

"Silakan duduk," katanya, menunjuk ke kursi di depannya.

Ara mengangguk pelan, mencoba menyembunyikan kegugupannya. Namun, ia tahu bahwa Adrian dapat membaca setiap gerakan kecilnya.

"Aku tahu ini bukan situasi yang mudah," Adrian memulai, suaranya lembut tetapi tegas. "Namun, aku pikir kita bisa menemukan solusi yang saling menguntungkan."

Ara hanya bisa menatapnya dengan bingung, belum tahu apa yang sebenarnya ingin Adrian katakan.

Dan di situlah, ia menyadari bahwa malam ini akan menjadi titik awal dari sesuatu yang jauh lebih besar daripada yang pernah ia bayangkan.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
130 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status