Pada akhirnya, Elian memberi izin dan memerintahkan pengawalnya untuk menyambut Leonel di lobby, lalu membawa pria itu naik ke penthouse-nya.“Kenapa duduk di sana?” Elian mengangkat alisnya ketika melihat Maylin menuju sofa yang terletak tepat berhadapan dengan sofa yang didudukinya. “Kemarilah! Duduk di sini!” titahnya seraya menepuk sofa di sebelahnya.“Apa bedanya duduk di sini atau di sana?” Maylin menatap Elian heran.“Sofa itu diperuntukkan untuk tamu.”“Oh ya? Sejak kapan sofa ruangan ini dibedakan, yang mana untuk tamu dan yang mana untuk pemilik rumah, huh?” Maylin mendelik seraya bersedekap. Sepasang matanya menatap Elian sinis.“Hanya berlaku saat pria itu datang bertamu. Tentu saja aku berharap ini adalah kunjungannya yang pertama dan terakhir. Aku tidak suka kediamanku didatangi orang seperti dirinya.”Hah! Seandainya saja identitas kak Leo boleh dibocorkan, aku mau lihat apakah kau masih berani bersikap seperti itu terhadap orang seperti kak Leo! Cibir Maylin dalam hati
“Tapi Kak Leo, aku tidak kenal Crusio. Kenapa mereka mengincarku?” tanya Maylin dengan panik. Bahaya sedang mengintai dirinya yang sedang menjadi target mafia kejam itu.“Sesungguhnya, aku menyimpan satu rahasia darimu, Sweety ….” Leonel menjeda untuk sesaat. Sepasang netranya menatap Elian penuh menyelisik. Ia tengah menunggu reaksi dari pria blasteran itu.“Sama seperti struktur organisasi resmi, dalam dunia gelap seperti kami ini juga memiliki struktur itu untuk melihat siapa sajakah yang berperan dalam organisasi ini. Mulai dari anggota yang paling tidak berpengaruh sampai anggota yang paling mematikan. Salah satunya dinamakan sebagai underboss. Bisa dikatakan dia adalah orang kepercayaan langsung dari bos mafia itu sendiri. Ketika bosnya memberi perintah, maka seorang underboss harus memastikan perintah tersebut dijalankan seluruh anggotanya ….” Kembali Leonel menjeda ucapannya.“Lalu?” Maylin terlihat tidak sabar.“Dia … underboss Crusio pernah mencoba membobol sistem dark web u
“Jika pertanyaan itu seputar hal umum, silahkan!” Setelah hening beberapa saat, akhirnya Elian membuka mulutnya.“Kenapa? Kau takut?” Leonel mengangkat satu alis.“Tidak! Hanya saja hubungan pertemanan kita tidak seakrab sampai mengharuskan kita bisa berbagi cerita apa saja.”“Apa kau memiliki rahasia, Elian?”“Tidak!” elak Elian terlalu cepat hingga Leonel menarik sudut bibirnya ke atas.“Kau tahu jelas maksudku, Elian Grayson Carter. Seapik mungkin sebuah rahasia, suatu saat pasti akan terbongkar juga.”Mendengar kalimat itu kian mengetatkan rahang Elian dan giginya terkatup rapat. Mencoba berusaha sekuat mungkin menahan emosinya yang sudah dikuras habis oleh pria di hadapannya saat ini.Sudah cukup basa-basinya. Batin Elian. Bibirnya hendak bergerak, mengusir pria pemilik iris mata cokelat terang hazel itu. Akan tetapi, pria itu mengalihkan topik pembicaraan dan dengan terpaksa Elian mengurungkan niatnya.“Oh ya, kudengar minggu depan akan ada parade kostum Halloween. Apakah kau tu
Elian menahan diri untuk tidak langsung membentak dan memaki Valo Wren Osborn. Ia hanya menekan giginya kuat-kuat untuk tidak melakukan apa yang otaknya inginkan.Maylin bukan seorang wanita penggoda, juga tidak seperti wanita lainnya yang mengincar harta. Terlebih wanita itu menaruh dendam pada keluarga Osborn. Mustahil rasanya wanita itu tiba-tiba bersedia berkencan dengan Valo, maka hanya satu jawabannya. Valo memaksa wanita itu agar mengabulkan permintaannya.“Aku tidak tahu akan sepagi ini kau kembali dari tugasmu, Elian.” Suara Valo kembali terdengar, membuat lamunan Elian buyar.“Aku langsung pulang begitu mendapat kabar seseorang kabur dari penthouse yang dijaga ketat oleh beberapa bodyguard yang terlatih. Apakah kak Valo bisa menebak pikiran yang berada di dalam kepalaku saat ini?” tanya Elian seraya memasang wajah datar seperti biasanya.“Kau sedang mencurigaiku?” Valo berbalik tanya disertai satu alis terangkat. “CCTV rumahmu tidak rusak, ‘kan?”“Jika tidak, bagaimana mungk
Sekuat mungkin Maylin menahan kedua netranya agar tidak membelalak melihat mobil sport hitam jenis Lamborghini Veneno dengan sebuah logo huruf S di badan mobil. Namun, apa daya dirinya yang hidup di kalangan biasa. Ia pun tidak bisa menampik penampilan yang sempurna dari salah satu mobil yang termahal serta termewah di dunia.“Kau akan mengemudikan kendaraan ini sendiri sampai ke tempat tujuan? Seriuosly?” tanyanya sembari menatap kagum pada body mobil canggih itu.“Tidak.” Valo terkekeh. “Akan kubuat acara kencan kita paling berkesan di antara kencan lain yang pernah kau lakukan.”Maylin berdengkus malas. “We’ll see.”Valo tergelak, lalu membawa Lamborghini-nya membelah jalanan kota London. Dengan kecepatan yang sangat tinggi yang dimiliki mobil supercar ini, serta kepiawaian Valo menyetir mobil bagaikan seorang pembalap dengan manuver tidak terduga dan salip menyalip, menjadikannya begitu percaya diri. Ia hanya sekadar ingin pamer kelihaiannya pada wanita di sebelahnya saat ini.Nam
“Siapa nama bosmu?” Leonel kembali melayangkan pertanyaan. Namun, sebelum mendapatkan jawabannya, darah menyembur keluar tiba-tiba dari mulut sang tawanan, kemudian tak sadarkan diri. “Bawa pria ini ke tempat kita dan panggil dokter! Nyawanya masih kubutuhkan!”Dengan segera anak buah Leonel melaksanakan perintahnya.“Nona Pramanta berada dalam bahaya, Tuan. Apakah lebih baik kita beri tahu tuan Carter tentang hal ini?” tanya Dalbert kini telah berdiri di samping Leonel.Tampak Leonel tengah berpikir keras dengan mengernyitkan dahi dan alisnya. “Aku dapat merasakan perasaan tidak suka yang kuat darinya setiap kali bertemu denganku, Dalbert. Dia tak akan mau mendengarkan perkataanku.”“Tapi … sepertinya dia masih merahasiakan hal itu sampai sekarang, Tuan.”Leonel memandang kaki tangan kepercayaannya itu dengan ragu. “Apa kau yakin?”Seulas senyum muncul dari bibir Dalbert. “Bolehkah saya ikut bersama Anda meramaikan parade Halloween?”“Sure!” Leonel membalas dengan senyum lebar, membe
Valo dan Maylin segera turun dari jet, lalu di bawah jet telah ditunggu oleh beberapa pria berpakaian serba hitam dan juga sebuah limousine siap mengantar mereka.“Sama seperti Elian. Pengusaha terkenal seperti kami memang membutuhkan jasa bodyguard untuk melindungi kami dari ancaman,” ujar Valo menjelaskan ketika mendapati tatapan Maylin mengarah ke pengawalnya.Maylin bersikap tak acuh, lantas masuk ke dalam limousine tanpa sepatah kata. Tidak berselang lama, mobil perlahan bergerak meninggalkan parkiran pesawat. Sepanjang perjalanan Maylin tidak berhenti menatap pemandangan dari luar jendela mobil.Sekelilingnya didominasi daun-daun beragam warna yang melekat di dahan-dahan pohon, juga rerumputan hijau dan sinar matahari yang memancar serta awan yang berlapis hingga terlihat seperti bulu halus menjadi perpaduan yang indah hingga mencuri perhatian bagi siapa saja yang melewati sekitarnya. Dan juga sebuah kastil yang cukup megah dan terkenal, yakni Bamburg Castle. Beberapa kali Mayli
“Kembali? Absolutely is no!" jawab Maylin sembari bersedekap. "Apakah kau pernah mendengar sebuah kereta akan mengemudikan balik ke stasiun yang telah mereka lewati hanya untuk mengangkut penumpang yang telat? Begitu pun dalam kamus hidupku. Tak akan kembali ke titik awal setelah melewatinya. Jika kau takut, pergilah. Aku bisa melanjutkannya sendiri. Tantangan ini sangat menyenangankan!” imbuhnya penuh semangat.Namun, baru beberapa langkah tubuhnya kembali menabrak dinding kaca tersebut. Tak hanya sekali—dua kali, hingga emosi wanita itu mulai terlihat dengan mengumpat setiap kali dirinya tertabrak.“Berhenti menertawaiku, Jerk!” Maylin menggeram kesal lantaran Valo tergelak kencang melihatnya berulang kali gagal mencari jalan di saat bersamaan tubuhnya menabrak kaca.“Perlu bantuan?” ujar Valo di tengah-tengah tawanya.Akan tetapi, sifat keras kepala yang begitu mendarah daging dalam diri wanita itu kontan menolak begitu saja. Ia ingin dengan caranya sendiri menaklukkan tantangan te