"Kami permisi ya, nak Jona, assalamualaikum," pamit umi Nissa.Di pelataran rumah sakit mereka bertemu dengan Ainun ibunya Jona alias Rey."Permisi, ustazah Nissa, ya?" sapa Ainun Ibunda Rey."Bu Ainun!" "Alhamdulillah betul ustazah, loh kok bisa di sini? Siapa yang sakit, ustazah?""Kenalan kami baru kecelakaan dan di rawat di sini jadi kami datang menjenguknya.""Siapa ini, Umi?" bisik Yusuf pada istrinya."Oh, ini bu Ainun. Kami bertemu di pengajian waktu Umi ngisi pengajian di masjid Pondok Gede." Nissa memperkenalkan Ainun pada suaminya."Beliau pernah cerita tentang anak laki-lakinya. Oya, gimana anak Ibu? Masih seperti yang dulu?" "Alhamdulillah dia sudah banyak berubah ustazah. Saya sangat bersyukur. Allah masih ngasih kesempatan anak saya buat bertaubat. Tapi sekarang dia lagi sakit ustazah.""Sakit? Sakit apa Bu Ainun?""Dia baru kecelakaan dan dirawat di rumah sakit ini.""Siapa namanya Bu?" potong Yusuf."Jona, ustaz."Bu Ainun menyadari sesuatu, dia sudah berjanji pada
"Untuk sementara kita obati dulu. Ini pertolongan pertama supaya kamu gak kehilangan banyak darah. Nanti kita bawa ke rumah sakit." ucap Claudya dengan tangannya yang terus mengobati tangan Jona."Riana, kita ke rumah sakit terdekat dulu. Tolong kamu yang bawa mobil ya! Bisa kan?" tanya Claudya sambil menuntun Rey menuju mobil."Bisa mbak," jawab Riana mantap.Di dalam mobil Claudya terus memegang tangan Jonq yang terluka agar tidak banyak darah keluar."Makasih ya, Jo. kamu udah banyak nolongin aku," ucap Claudya dengan menunduk."Gak Claudya, ini gak sebanding dengan apa yang aku perbuat sama keluarga kamu. Sampai kapanpun aku akan terus melindungi mu dan keluarga mu," batin Jona dengan memegang punggung tangan Claudya.Jona menarik nafas dalam dan menghembuskannya secara perlahan untuk menghilangkan groginya karena dekat dekat Claudya."Luka kayak gini mah gak seberapa...luka kecil bakalan cepat sembuh kok, kamu tenang aja.""Beneran gak papa?" Claudya menekan luka Jona dengan kenc
Jona tidur dengan membelakangi pintu masuk jadi Faruq tidak tahu siapa orang yang tidur di kamarnya. Ia pergi ke dapur untuk mencari Nissa"Bude, itu siapa? Yang tidur di kamar aku?" tanya Faruq heran."Oh itu Jona, dia terluka jadi kami suruh dia untuk sementara tidur di kamar kamu. Maaf ya Bude gak ngomong dulu. Kamu gak marah kan?""Mereka udah sampai? Trus Claudya mana?""Ada tuh, di kamarnya lagi istirahat.""Eh, tunggu tadi Bude bilang Jona terluka? Kok bisa? Apanya yang luka? Claudya gimana? Luka juga?" berondong Faruq."Satu-satu kalo nanya Faruq! Yang mana yang musti di jawab dulu. Lagian Kamu kayak wartawan aja, nanya-nanya." sungut Nissa."Aku kan khawatir Bude..." "Claudya dan Riana gak Kenapa-napa cuma Jona yang terluka. Kamu jangan ganggu, biarin mereka istirahat dulu, nanti Bude ceritain.""Jadi Riana ikut juga ya!" Faruq bermonolog.Tiga puluh menit sebelum adzan dzuhur Nissa sudah menyiapkan makan siang. Yusuf pun sudah berangkat ke masjid sedari tadi."Claudya, Rian
"Gak papa Ri, mungkin mbak kecapekan aja." Di akhir acara Claudya memberikan amplop pada masing-masing anak yatim yang hadir. Lagi-lagi ia melihat sosok orang yang selalu ia hindari."Erick? Kok dia tahu aku disini? Berarti tadi aku gak salah lihat. Ngapain sih tuh orang kesini?" batin Claudya.Acara selesai dengan lancar dan sukses. Semua santri bergotong royong membersihkan sisa acara. Nissa mendekati Claudya, "Dya, ayo kita pulang! Umi capek mau istirahat." ajaknya pada Claudya."Claudya masih ada urusan sama karyawan dya, Umi duluan aja ya," tolaknya."Baiklah, kalo udah selesai langsung pulang, ya!"Claudya menganggukkan kepalanya dan tersenyum. Ia memanggil sekretaris nya untuk memberitahukan supaya semua karyawannya berkumpul. Ia memberi pengarahan dan tugas pada semua karyawannya. Claudya membuka toko roti, ia sudah punya beberapa cabang di kota besar seluruh indonesia. Ia juga beruntung punya sekretaris yang sangat bisa diandalkan."Jika sudah selesai kami akan kembali ke
"Itu bisa jadi, soalnya begitu mbak turun, mukanya jadi pucat? Kayak ngelihat setan di siang bolong." sahut Riana."Sepertinya ada yang menggangu pikiran Claudya, dia terus meracau dalam tidurnya," ucap Nissa ketika Ke luar dari kamar."Sewaktu aku sampai di depan aula, sepertinya aku juga ngelihat ada orang di dalam aula." Tutur Faruq."Siapa? Cewek apa cowok?" tanya Riana penasaran."Gak begitu jelas, karena hujan sangat deras,"sahut Faruq."Dari pada berprasangka buruk lebih baik kita tunggu Claudya sadar. Kita tanyakan apa yang sebenarnya terjadi.Hujan tak kunjung reda, petir saling bersahut-sahutan. "Mbak! Mbak, udah bangun?" tanya Riana cemas."Erick ada di sini, Riana," ungkap Claudya."Erick? Erick Mahardika? Mantan mbak?""Iya, tadi dia datangi mbak di aula, Ri. Mbak takut dia nekat lagi."Riana memeluk kakaknya dengan erat. "Tenang mbak, mbak gak sendiri. Kita bakalan jagain mbak disini." Riana menenangkan Claudya."Kamu udah bangun sayang?" ucap Nissa begitu masuk kamar d
Setelah menandatangani surat persetujuan Jona bisa menjalani operasi. Mereka menunggu di depan ruang operasi dengan cemas. Sudah tiga jam operasi berlangsung tapi mereka tak kunjung Ke luar.Beberapa jam kemudian sebuah brangkar Ke luar dari ruang operasi. Mereka mendorong Jona ke ruang pemulihan pasca operasi. Dua hari berlalu Ibu Ainun baru bisa dihubungi dan hari itu juga ia brangkat ke rumah sakit di jawa timur di mana Jona dirawat."Umi, semua kalian di sini? Makasih sudah datang," ucap Jona seraya mencoba untuk duduk."Kaki ku kok gak terasa ya? Gak bisa di gerakin?" Jona terlihat bingung."Tenang, Jona," Claudya menatap Jona dengan iba"Ada apa ini, Claudya?" Jona menyentuh kedua kakinya."Gak ... gak mungkin, kaki ku mana, Claudya? Kenapa sama kakiku?"Semua orang yang hadir menitikkan air matanya melihat keadaan Jona. Mereka juga merasakan kepedihan apa yang dirasakan pemuda itu."Kalau laki-laki yang tak bisa berdiri sendiri mana ada yang mau?" Jona terus meracau..Dalam kea
Di rumah Erick ternyata ada banyak penjaga. Nathan harus berhati-hati jika ingin semua berjalan sesuai yang direncanakan. Erick orang yang cukup berpengaruh dikalangan para pengusaha di kota tersebut. Ia bukan orang sembarangan.“Jadi gimana, Jo?” “Besok kita harus pancing Erick untuk keluar dari rumah itu. Dengan begitu tidak akan ada banyak penjaganya.” terang sambil menyalakan sebatang rokok.Nathan tak menanggapi perkataan tangan kanannya itu, ia hanya ingin segera berjumpa dengan Claudya. Ia kasian pada Jona dia selalu menanyakan tentang Claudya.Sesuai dengan apa yang direncanakan Erick keluar rumah karena Johan sengaja menyuruh anak buahnya untuk membakar salah satu restoran yang dikelola Erick selama ini. Johan, Nathan dan yang lainnya datang secara terpisah untuk mengelabui para penjaga.“Oke sekarang pergi dengan tugas masing-masing, berhati-hatilah. Good luck,” Mereka berpencar dengan tugas yang sudah di susun. Johan dan Nathan mencari Claudya ke seluruh penjuru rumah yan
Di dalam penjara tak membuat Erick berdiam diri. Ia menyusun sebuah rencana untuk menghancurkan keluarga Claudya. Kali ini uang yang berbicara. Ia membayar seorang pembunuh bayaran yang sangat ahli dalam bidangnya. Hampir setiap hari sekretarisnya datang. Tidak ada sanak keluarganya yang datang berkunjung. Bisa dibilang Erick hanya beruntung dalam hal keuangan tapi tidak dengan keluarga. Tidak ada satu pun keluarganya yang peduli padanya. Ia berbuat demikian karena merasa kesepian dan untuk mencari perhatian dari orang. Erick dan Claudya cukup lama menjalin kasih hingga akhirnya cinta mereka kandas karena Claudya memutuskan untuk kuliah di luar negeri dan meninggalkan Erick demi pendidikan. Hal itu yang membuat Erick murka. Cintanya merubah menjadi obsesi pada Claudya.“Bagaimana perkembangannya?” Erick bertanya pada Wiliam sekretarisnya ketika ia berkunjung ke penjara.“Maaf tuan,” sahut Wiliam menundukkan kepalanya. “Kami belum bisa menemukan mereka,” ucapnya kemudian.“Apa maksudm