Share

Ruko Baru

"Selamat pagi paman," ucap Dimas yang baru saja datang di ruko milik Rusli tersebut. Dimas membawa ransel besar yang ia tanggalkan di punggungnya dan dua kardus besar yang berisi gulungan lukisan-lukisannya. Waktu itu Rusli sedang duduk di dalam ruko yang terlihat sangat kotor karena lama tidak dipakai.

"Pagi Dimas, masuk sini Dim, tapi barang-barangmu kamu taruh diluar saja, rukonya belum dibersihkan soalnya," kata Rusli menjawab salam dari Dimas. Rusli pun menyuruh Dimas untuk menaruh barang-barangnya diluar ruko saja agar tidak terkena debu saat nanti rukonya dibersihkan.

"Baik paman, rukonya biar saya saja yang membersihkannya paman," ucap Dimas setelah menaruh barang-barangnya dan langsung merebut sapu yang sedari tadi dipegang oleh Rusli.

"Jangan seperti itu Dimas, kali ini kita membersihkannya bersama-sama, biar cepat selesai dan kamu cepat bekerja," begitulah ucap Rusli yang kini terlihat lebih bijak daripada Dimas. Kata-katanya sangat masuk akal meskipun itu juga akan membuat Dimas sungkan. Rusli yang sudah memberikan tempat baginya secara cuma-cuma tapi dia masih harus ikut membersihkan tempat itu.

"Iya paman," Dimas pun terpaksa menuruti perkataan Rusli walaupun dia sedikit sungkan kepada Rusli. Mereka akhirnya membersihkan ruko yang sudah lama tidak dipakai itu. Membersihkan langit-langit ruangan yang dipenuhi oleh sarang laba-laba, dan menyapu lantai yang dipenuhi oleh debu dan kotoran.

"Maaf ya Dim, semalem paman nggak sempat bersihin rukonya soalnya paman masih harus lembur kerja semalem," ucap Rusli mencoba meminta maaf kepada Dimas. Sebenarnya Rusli berniat membersihkan ruko itu sebelum Dimas datang. Jadi ketika Dimas datang, ruko tersebut langsung dapat ditempati. Namun bagaimana lagi, urusan pekerjaan membuatnya tidak sempat untuk melakukan hal tersebut.

"Nggak usah minta maaf paman, saya yang seharusnya terimakasih paman, sebenarnya untuk hal seperti ini biar saya lakukan sendiri saja, kasihan paman, pasti paman capek setelah semalem lembur," jawab Dimas yang memang sangatlah bijak. Baginya, Rusli sudah bertindak sangatlah baik. Apalagi mereka sebenarnya merupakan orang lain yang baru saja kenal. Tidak ada ikatan keluarga maupun saudara di antara mereka. Tindakan Rusli benar-benar sudah terlalu baik sebagai orang lain.

"Ah, paman tidak capek kok, lagipula pekerjaan paman cuma di depan laptop, badan paman gak gerak, jadi kalo gini kan badan paman bisa olahraga," begitulah jawab Rusli yang tetap berusaha semringah di depan Dimas. Rusli sendiri memang tipikal orang yang suka dengan kegiatan bersih-bersih dan membantu orang lain. Jadi apa yang dilakukannya kepada Dimas, itu sebenarnya merupakan hobinya.

Mereka pun akhirnya saling bekerja sama membersihkan ruko yang kotor itu. Suasana waktu itu sangatlah asik dengan semangat keduanya yang sangat-sangat membara. Rusli yang sangat semangat membantu Dimas, dan Dimas yang sangat semangat untuk segera dapat melukis kembali.

"Ahhh, akhirnya selesai," ucap Dimas dengan mengambil nafas panjang dan membuat tubuhnya sangatlah lega. Ia memejamkan mata sebentar dan teringat kejadian semalam, dimana dia memberikan semua sisa uangnya kepada Anya, ibu-ibu pemilik kosnya. Sebuah amarah Anya yang begitu meledak-ledak karena Dimas tidak mampu melunasi uang kosnya untuk bulan ini. Hingga akhirnya Dimas diusir keluar dari kos secara paksa.

Dimas tak memberikan perlawanan apapun waktu itu. Karena memang Dimas akan berpindah ke ruko yang telah dijanjikan oleh Rusli. Dia pun terpaksa bermalam di depan supermarket hanya dengan beralaskan sebuah kardus bekas. Mungkin itu akan menjadi salah satu pengalaman pahitnya di Bandung. Harus tidur tanpa kamar bak gelandangan yang tidak memiliki rumah saja.

"Gimana? Capek? Ini, minum dulu," ucap Rusli kepada Dimas memecahkan lamunannya. Dimas pun membuka matanya yang terpejam dan melihat sudah ada sebotol air mineral di depannya. Rusli menyodorkan air itu agar Dimas meminumnya dan rasa dahaga Dimas menjadi hilang.

"Oh iya paman, trimakasih ya paman," jawab Dimas dengan menerima botol air mineral yang disodorkan Rusli. Tangannya memegang botol itu dan pegangannya mengambil alih pegangan Rusli. Dimas pun membuka tutup botol itu dan meneguk air mineral itu secara perlahan. Dimas benar-benar tidak menyangka akan ada orang sebaik Rusli. Mungkin tanpa bantuannya kini Dimas sudah menjadi gelandangan dan tidak tau akan sepahit apalagi hidupnya ini. Tapi Dimas masih percaya bahwa hidupnya tidak akan selamanya susah.

"Paman pergi dulu ya, sudah itu barang-barangmu tata aja disini," ujar Rusli yang kemudian langsung meninggalkan Dimas. Dimas pun bingung mengapa Rusli tiba-tiba meninggalkannya. Tapi dirinya tetap tenang dan menuruti apa kata Rusli, yaitu menata barang-barang nya di ruko tersebut.

Ruko tersebut cukuplah luas, berukuran 6x6, 4 kali lebih luas dari kamar kosnya. Sudah terdapat kamar mandi di ruko tersebut, namun kran airnya rusak. Mungkin karena terlalu lama tidak dipakai. Juga terdapat sekat triplek yang memisahkan antara ruangan toko dengan ruangan kamar di ruko itu. Namun kamar tersebut juga masih kosong, belum ada kasur dan peralatan tidur lainnya.

Dimas pun mulai menata barang-barang nya yang ia bawa dari kosnya. Ia mulai menata lukisan-lukisannya di ruko tersebut. Dipajang dengan tatanan yang estetis sehingga akan memanjakan mata setiap orang yang memandang. Sementara barang-barang pribadinya seperti pakaian dan alat mandinya masih dia biarkan di tas ranselnya. Sepertinya memajang lukisan-lukisannya dan mulai kembali melukis adalah prioritas utamanya ketimbang memandikan tubuhnya yang sudah bau kecut itu.

"Pak, nanti barang-barang nya ditaruh di ruko itu, lewat belakang ya pak," terdengar Rusli sedang berbicara dengan seseorang saat baru keluar dari mobil pick up. Mobil pick up itu membawa sejumlah barang termasuk kasur, lengkap dengan bantal gulingnya. Terdapat dua orang yang berada di atas mobil pick up itu yang kemudian mulai memindahkan barang-barang itu ke ruko milik Rusli itu.

"Loh, paman kok sampek repot-repot seperti ini sih, saya dikasih ruko saja sudah sangat berterimakasih paman," ucap Dimas yang menghampiri pamannya. Ia benar-benar merasa tidak enak hati akan kebaikan Rusli yang sangat banyak itu.

"Kan paman sudah janji, paman tidak hanya menyediakan ruko untukmu, tapi juga tempat tinggal, jadi kalo tidak ada kasurnya ya bukan tempat tinggal namanya," begitulah ucap Rusli logis. Perkataannya begitu logis sehingga Dimas tak akan bisa membantahnya sedikit pun. Lagipula tidak baik bagi Dimas jika dirinya menolak kebaikan Rusli. Tanpa kebaikan Rusli, entah mau jadi apa Dimas sekarang.

Orang-orang tersebut pun mulai menata barang-barang tersebut. Mulai dari menata kasur, mengganti kran air yang rusak, memasang bola lampu, hingga menata beberapa kursi kecil yang nantinya akan menjadi tempat bagi pelanggan-pelanggan Dimas untuk duduk.

Rusli pun tanpa senang melihat rukonya yang kembali terpakai dan kini terisi oleh hiasan lukisan Dimas. Ia ingat saat-saat dia harus menutup ruko karena rumah makannya berada di ambang kebangkrutan. Kini cita-citanya untuk menghidupkan ruko itu kembali pun tercapai. Mungkin itu salah satu penyebab mengapa Rusli sangat ingin membantu Dimas.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status