Feli memperhatikan sekeliling apartemen berlantai dua yang baru beberapa saat lalu dia masuki.
'Apartemen ini besar sekali! Apakah aku sanggup membersihkan semua perabotan yang ada di sini? Berapa orang yang tinggal di apartemen ini? Apakah Daddy berbohong padaku? Bukankah Daddy mengatakan akan menempatkanku di tempat yang mudah? Lalu ini apa?' kesal Feli. Ia bertanya-tanya di dalam hati cemas. 'Ya Tuhan, apakah keputusanku benar?'
"Nah, Dulce niña ( Gadis Manis ), di sini nanti kau akan bekerja. Aku harap kau bisa bekerja dengan baik."
Feli mencoba menyunggingkan senyum walau terlihat canggung ke arah wanita di depannya ini. Wanita yang terlihat sangat elegan dan cantik luar biasa. Saat di bandara, Feli dijemput oleh beberapa pria berpakaian serba hitam, pakaian yang mirip dengan para bodyguard ayahnya. Lalu dia dibawa ke apartemen ini, dan langsung bertemu dengan wanita yang saat ini berdiri di depannya. Feli tidak bisa menaksir berapa usia wanita di depannya ini. Sepertinya seusia dengan ibunya, atau mungkin lebih muda?
"Dulce niña..."
Dulce niña? Apa maksudnya? Sejak Feli baru tiba, wanita itu memanggil Feli seperti itu.
Setelah ini, Feli akan mencari tahu di internet.
"Dari agen yang mempekerjakanmu, mereka mengatakan kalau kau sangat profesional, Dulce niña."
Feli meringis dan mengumpat di dalam hati.
Agen? Sepertinya sang Daddy sudah mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang. Apanya yang profesional? Apakah maksudnya profesional dalam menghabiskan uang? Kalau dalam hal itu, tentu saja kemampuannya tidak perlu diragukan lagi. Tapi kalau yang dimaksud profesional menjadi maid, oh... semoga Tuhan mengampuni dosa gadis ini dan daddynya, karena sudah membohongi salah satu keluarga di negara ini. Feli hanya berharap selama satu bulan ini tidak ada satupun perabotan di apartemen ini yang rusak karena ulahnya.
Feli terkenal ceroboh. Entah sudah berapa banyak guci mahal dan perabotan lain di rumahnya hancur hanya karena kecerobohannya.
"Selama bekerja di sini, tolong kau urusi kebutuhan anakku ya."
"Anak?" beo Feli.
Maksudnya bagaimana? Bukankah dia hanya menjadi seorang maid? Atau jangan-jangan... dia justru menjadi seorang babysitter?
Oh no! Tidak! Bagaimana ini??? Dia tidak pernah mengurusi bayi sama sekali. Bukannya Feli tak suka anak kecil. Gadis ini bahkan menjadi favorit anak-anak sepupu kedua orang tuanya. Namun jika harus mengurusi anak kecil seharian penuh, Feli takut akan melukai. Dia tidak memiliki pengalaman dalam hal itu.
"Ma-maaf Nyonya, saya... saya tidak ada pengalaman mengurusi seorang bayi. Mungkin ada kesalahan dari agen say—" Feli langsung terdiam saat wanita di depannya ini justru tertawa renyah.
"Ya ampun, kau lucu sekali, Dulce niña. Kau tenang saja. Tidak akan ada acara kau mengganti popok bayi, atau melumuri bedak di seluruh tubuh anakku. Anakku sudah bisa melakukannya sendiri."
Feli menghela napas lega. 'Jadi sudah bisa pakai pakaian sendiri? Syukurlah... Setidaknya kalau untuk mengajak bermain aku masih sanggup.'
"Mi Hijo, kau sudah bangun, Nak?"
Feli langsung mengalihkan pandangan ke arah seorang pria super tampan dengan wajah dingin turun dari lantai dua apartemen ini. Pria itu menggunakan kaos berwarna putih. Dada bidangnya tercetak jelas dari balik kaos yang ia kenakan. Untuk bawahannya, pria itu menggunakan celana training berwarna biru tua. Kedua tangannya dimasukkan di kedua saku celana yang dipakainya.
Dahi Feli mengernyit dahi dalam.
Siapa dia? Apakah suami dari wanita di depannya ini? Tapi kalau suami, sepertinya pria itu terlihat lebih muda dari wanita yang berada di depan Feli.
Tubuh Feli tiba-tiba saja menegang. Bagaimana tidak, pria itu memperhatikannya dari atas sampai bawah sambil berjalan menghampiri Feli dan wanita di depannya.
Setelah benar-benar sampai di depan Feli, pria ini memperhatikan wajah Feli dengan saksama. Rahang tegas yang dimiliki sang pria terlihat sangat mengintimidasi. Tatapannya sangat tajam seperti siap menusuk siapa saja. Tidak diragukan lagi, hanya dengan tatapan itu, siapa saja bisa langsung sekarat.
Katakanlah Feli berlebihan, tapi inilah yang Feli rasakan. Feli tidak pernah merasa terintimidasi seperti ini sebelumnya.
Apa mungkin karena sekarang Feli merasa tidak memiliki siapapun di negara ini, jadi Feli merasa sedikit takut?
Sedikit takut?
Tentu saja! Jangan berharap Feli akan super takut.
Enak saja!
Walau dia sekarang adalah seorang maid, tapi Feli tetaplah Feli Addison yang keras kepala.
"Dia kah orangnya?"
Feli mengerjap beberapa kali.
Pria itu akhirnya mengeluarkan suara. Namun Feli tak mengerti apa yang diucapkannya karena pria itu menggunakan Bahasa Spanyol. Suara pria yang berdiri tak jauh di depan Feli itu terdengar berat dan... eerrr... seksi?
"Benar, Mi Hijo. Ah ya... Mah-dreh ingin kau menggunakan Bahasa Inggris saat berkomunikasi dengannya. Gadis ini berasal dari Inggris, dan dia tidak bisa menggunakan Bahasa kita."
Dahi pria itu mengernyit dalam. "Mengapa Mah-dreh harus mencari maid sampai ke Inggris?""Agar kau berpikir ribuan kali untuk mengusirnya seperti maid-maidmu sebelumnya, Mi Hijo. Dia butuh pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, sampai dia bersedia ditempatkan di mana saja oleh agen yang menampungnya selama ini. Mah-dreh harap kau punya hati yang luas untuk tidak mempersulit gadis malang ini. Lihatlah, bukankah dia terlihat rapuh?” Wanita asing itu menatap Feli dengan tatapan sendu.
Pria itu memperhatikan penampilan Feli. Gadis di depannya ini memiliki wajah yang cantik walau tanpa riasan. Pipi chubby-nya membuat siapapun akan gemas melihatnya, dan berharap dapat mencubit, atau minimal mengusap kedua pipi itu. Pancaran mata Feli terlihat rapuh, namun kuat secara bersamaan. Rambut pirangnya diikat kuda, terlihat sangat sederhana. Namun entah mengapa, pria di depan Feli ini merasa jika Feli bukanlah gadis biasa.
"Mah-dreh, berapa usia gadis ini? Wajahnya seperti gadis di bawah umur, dan aku tidak ingin mempekerjakan gadis di bawah umur."
"Kau pikir Mah-dreh mau mempekerjakan gadis di bawah umur?! Usianya dua puluh satu tahun, Mi Hijo!"
"Benarkah?"
"Tentu saja! Mah-dreh sudah membaca biodatanya dengan teliti sebelum gadis ini diberangkatkan ke sini. Pengalaman kerjanya tidak main-main, jadi kau tidak perlu khawatir."
Feli hanya mampu terbengong melihat interaksi dua orang di depannya ini, karena dua orang ini menggunakan Bahasa mereka.
'Ayolah! Apa yang kalian berdua bicarakan?! Sangat tidak sopan sekali berbicara seolah aku tidak ada di sini. Awas saja kalau sampai membicarakan diriku!' seru Feli kesal di dalam hati. 'Demi Tuhan, aku tidak pernah diabaikan seperti ini seumur hidupku!'
"Ehm..."
Kedua orang di depan Feli mengalihkan pandangan ke arahnya saat ia pura-pura terbatuk untuk menyela ucapan mereka.
"Sorry, saya hanya ingin bertanya, kapan saya mulai bekerja? Oh dan... di mana anak Nyonya?" Feli mengedarkan pandangan ke sekeliling apartemen, karena penasaran dengan anak wanita di depannya.
"Ini anakku, Dulce niña. Kau akan bekerja dengannya." Wanita di depan Feli menepuk pundak pria yang sejak tadi menatapnya menyelidik.
Feli terdiam beberapa saat. Mencoba memahami apa maksud wanita asing di depannya itu. Tak lama, ia melebarkan matanya tak percaya. "A-apa??? Sa-saya bekerja untuk pria ini??" tanya Feli mencoba meyakinkan indera pendengarannya. Feli memperhatikan sang pria dari atas sampai bawah. "Pria ini bukan suami Anda, Nyonya?" tanya Feli kembali.
Wanita di depan Feli tertawa lepas. "Ya ampun, hahaha... Apakah wajahku semuda itu, Dulce niña? Mi Hijo," Wanita itu mengalihkan pandangan ke arah pria di sampingnya. "Apakah wajah Mah-dreh semuda itu, atau wajahmu yang terlihat jauh lebih tua karena tidak pernah tersenyum?" tanya wanita ini jahil, karena tahu anaknya amat sangat jarang tersenyum. Wanita ini kembali mengalihkan pandangan ke arah Feli tanpa peduli wajah sang anak sudah terlihat menyeramkan karena candaannya. "Dia anakku."
"A-apa??”
“A-apa??”Feli kembali meneliti pria asing itu. Pandangannya segera ia alihkan saat pria itu menatapnya tak suka. “Ehm… sa-saya pikir anak Anda masih kecil, ternyata sudah sebesar raksasa," ucap Feli polos.Wanita asing itu kembali tertawa. Feli takjub melihat wajah wanita itu yang masih terlihat sangat muda. Feli masih tidak percaya jika wanita itu memiliki anak sebesar pria yang sejak tadi mengintimidasinya melalui tatapan."Mah-dreh, lihatlah, gadis ini tidak sopan sekali padaku!" desis sang pria, karena Feli kembali memperhatikannya, seakan menilai. Pria itu tak suka diperhatikan sedemikian rupa seperti apa yang sedang Feli lakukan padanya. Apalagi ucapan Feli terdengar lancang di telinganya.Dahi Feli mengernyit. Mengapa pria itu terlihat kesal? Apa yang pria itu katakan?Ugh… tak bisa kah mereka berbicara dengan bahasa yang normal? Maksud Feli, gunakanlah bahasa yang dapat ia mengerti. Sehingga ia tida
>>”Mah-dreh dan Pah-dreh mu akan pergi berbulan madu. Selama Mah-dreh pergi, kau tidak boleh membuat ulah, Mi-Hijo! Terlebih kepada maid barumu itu. Jangan coba-coba untuk mengusirnya dariapartemenmu! Hanya Mah-dreh yang berhak memberhentikannya.”“Apa???Ma—”>>“Tidak ada bantahan!”>>“Sayang, kita harus segera pergi.”>>“Tunggu sebentar, Suamiku… Aku harus memperingatkan anak kita agar dia tidak membuat masalah selama kita pergi.”Terdengar tawa renyah dari seberang sana, yang Jerrald yakini adalah tawa ayahnya.Jerrald memutar bola mata kesal. Memangnya dia masih anak kecil?!“Mah…Maidbaru itu bekerja di apartemenku, tentu saja aku berhak mengusirnya jika pek
“Bagaimana kondisinya?”“Masih cantik luar biasa.”“Noe, aku tidak bercanda!”“Cih… dasar sepupu tidak punya selera humor.”“Tinggal kau jawab saja apa yang aku tanyakan. Tidak perlu membahas ke mana-mana!”“Baiklah, Tuan Mendez, maafkan atas kelancangan sepupumu ini. Kondisinya baik, hanya demam biasa. Sepertinya gadis cantik yang imut ini kelelahan. Kau, habis menyiksanya ya? Kau pasti membuatnya bekerja tiada henti.”“Jangan bicara sembar4ngan! Aku bahkan belum memerintahnya satu kalipun!” desis Jerrald tak terima saat sepupunya dari pihak sang ibu menuduhnya seperti itu.Jerrald mengalihkan pandangan ke arah gadis cantik yang saat ini terbaring lemah dengan mata tertutup sempurna di atas ranjang salah satu kamar tamu di apartemen ini. Kamar yang
Feli membuka mata, dan mendapati seorang pria tengah duduk di sebuah kursi yang berada di samping ranjang. Pria itu sedang sibuk dengan laptop di depannya.Majikannya? Sedang apa pria itu di sini?Dalam diam, Feli memperhatikan sang majikan, dan mengingat-ingat mengapa dia berbaring di ranjang yang lumayan empuk ini. Kenyamanan ranjang ini berbeda jauh dengan ranjang di kamar yang ia tempati. Kamar tempat di mana ia beristirahat tadi setelah tiba di apartemen ini.Pikiran Feli menerawang. Tadi… dia kehausan setelah menangis kurang lebih satu jam di kamar sempit itu. Itu terjadi setelah majikan barunya membalut jarinya yang terluka dengan perban, lalu memerintahnya untuk kembali beristirahat.Kepalanya pusing karena terlalu lama menangis, ditambah lagi rasa nyeri di jarinya, membuat tubuhnya panas dingin. Apalagi perutnya belum terisi sejak tiba di negara ini. Apel yang tadi sempat digigitnya t
“Beginikah? Sepertinya ini cukup.”Feli menekan tombolONuntuk menyeduh kopi yang sudah diletakkannya di dalam sebuah teko penyeduh kopi listrik yang dia temukan di dapur ini. Wanita cantik ini mempelajari cara pemakaiannya melalui mesin pencarian, dan mencocokkan gambar yang ada di mesin pencarian dengan teko penyeduh kopi listrik itu.Kemarin sang majikan memerintahnya untuk membuatkan pria itu kopi setiap pagi.“Hm… apa yang harus aku lakukan sambil menunggu kopi ini jadi?” Feli mengetukkan jemarinya ke atas meja pantri di dapur luas ini. “Membersihkan apartemen ini? Ck! Hari penyiks4an dimulai,” ucap Feli tertekan.Feli melangkah menuju tempat di mana alat penyedot debu diletakkan. Kemarin sang majikan memberitahu Feli di mana letak alat-alat pembersih di apartemen ini disimpan.Feli mendorong alat penyedot debu i
“Tuan Mendez, perusah__ Ehm… Tuan?”Jerrald tersadar dari lamunan saat sang sekretaris menyadarkannya. Ia mengedarkan pandangan ke sekililing.Ah… ternyata ia telah berada di dalam ruang kerjanya. Bahkan ia telah berdiri tepat di depan meja kerjanya.Jerrald tidak sadar jika dia melamun sejak ke luar dari ruang meeting.“Ada apa, Eloy?”“Apakah ada yang Anda pikirkan?” tanya Eloy khawatir. Sejak tadi sang bos sepertinya kurang fokus. Bukan hanya saat ini saja, tapi sejak di ruang meeting.Beberapa kali Jerrald harus disadarkan Eloy. Sampai membuat Eloy cemas. Mungkinkah sang bos sedang tidak enak badan?Pasalnya, ini kali pertama Jerrald tak fokus saat bekerja.Jerrald memijat keningnya. Wajah pria ini seperti sedang menanggung beban berat. “Aku hanya memikirkan
“Apa maksudmu, Nona Cia?” tanya Jerrald kembali. “E… i-itu…“ Feli kembali terdiam. Kali ini menggigit bibir cemas. Jerrald memicingkan mata curiga saat Feli tak kunjung menjawab dengan jelas pertanyaannya. “Kau benar-benar mencurigakan, Nona Cia. Siapa kau sebenarnya?” tanya Jerrald pada akhirnya. Tubuh Feli mendadak panas dingin. Jerrald menatapnya tak kira-kira tajamnya. Seperti pisau yang baru diasah, dan siap untuk memotongnya kapan saja. “A-Anda kenapa bicara seperti itu? Tentu saja a-aku Jolicia Floy, Tuan.” “Jolicia Floy… Tentu saja aku tahu kau Jolicia Floy.” Jerrald bersedekap. Matanya masih betah memancarkan ketajaman. “Lalu kenapa Anda b-bertanya?” “Karena kaumaidteraneh yang pernah aku punya. Kau tidak bisa bekerja dengan baik, kau merepotkan, dan kau tidak mandiri. Ben
"Ya Tuhan, Nona Cia!"Feli menghela napas lelah. Ini sudah ke sekian kalinya sang majikan mengeluarkan pekikan seperti ini. Seperti siap mengulitinya.Apa lagi kini salahnya?"Apa begini caramu mencuci kentang?! Berikan padaku!"Feli menyingkir dari depan wastafel saat Jerrald dengan sedikit kasar merebut sebuah kentang yang sedang dipegangnya. Gadis ini menatap sebal sang majikan dari samping. Feli memperhatikan cara Jerrald mencuci beberapa kentang itu."Aku rasa aku mencucinya sama seperti Anda, Tuan.""Bagaimana bisa sama?! Kau hanya membasahinya tanpa kau bersihkan!""Aku su—""Tidak perlu banyak bicara! Lebih baik masukkan sayuran yang lainnya ke dalam lemari pendingin sebelum semuanya bvsuk!" perintah Jerrald, tapi tatapan mata pria itu tak beralih ke arah beberapa kentang yang sedang ia bersihkan.