Ardi mengembalikan kotak kecil itu ke dalam tas Amanda tapi Ardi masih tetap belum bisa berhenti memikirkan benda itu sampai mereka makan malam. Ardi mengajak Amanda makan malam di restoran yang dipilih Amanda. Amanda juga sengaja pergi dengan memakai gaun seolah mereka benar-benar sedang pergi kencan berdua. Walaupun Amanda terlihat sangat cantik dan menyenangkan tapi pikiran Ardi malah jadi semakin risau karena tahu istrinya semakin pandai menyembunyikan rahasia darinya. Ardi kemudian bertanya mengenai acara amal.
"Bagaimana dengan acara amalnya?"
"Sepertinya akan diundur sampai bulan depan."
"Jadi tidak jadi pertengahan bulan ini?"
"Kami berencana membuat acara yang lebih besar di sebuah hotel. Tapi kami harus mencari sponsor,
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YA
Meski masih masuk dalam takaran kebohongan tapi paling tidak kadarnya sudah berkurang setengahnya setelah Amanda tidak perlu sembunyi-sembunyi lagi mengkonsumsi pil KB-nya. Hubungan Amanda dan Ardi juga semakin membaik. Amanda memiliki harapan jika pinjaman Ardi disetujui dia tidak perlu lagi melayani keinginan DOM, dia tidak perlu mengkhianati suaminya. Amanda rela menjalani kondisi yang tidak nyaman ini bukan karena takut miskin tapi karena memang sudah bersangkutan dengan nyawa orang-orang yang dia cintai. Semua orang akan memiliki insting untuk mempertahankan diri dengan cara apapun jika terancam. Setelah tidak memiliki kecurigaan terhadap Amanda Ardi juga semakin tenang dan bisa menyelesaikan semua pekerjaannya dengan baik. Ardi tinggal menunggu kabar persetujuan atas pinjamannya. Hanya itu cara yang dia punya untuk menyelamatkan keluarga kecilnya bersama Amanda.
"Sungguh Dom, semua omong kosong ini berakhir jika sampai Ardi tahu aku bersamamu!" desis Amanda sambil menjentikkan jari telunjuknya yang kaku. Dom sama sekali tidak perduli dia tetap menyetir tanpa menoleh Amanda. Amanda sama sekali tidak bisa berpikir karena masih terlalu kalut. Kali ini dirinya mungkin masih bisa lolos tapi bagaimana dengan lain kali, tadi itu sudah nyaris saja membuatnya mati. Dom baru menghentikan mobilnya di sebuah plataran kosong yang sepi dan jauh dari mana-mana. Amanda langsung melihat ke sekeliling, nampak seperti bekas pelabuhan yang terbengkalai. Pagar kawat yang sudah terseok miring dan sebagian Ambruk mencuat, tong-tong berkarat yang dibiarkan tergeletak dimakan cuaca. Sinar mata hari masih sangat terik meskipun sudah lewat tengah hari, Amanda mendengar suara camar dan melihat lantai beton di depa
"Apa Ardi tidak memberitahumu jika sudah menjemput Sisi?" tanya ibu Amanda. "Tidak," jawab Amanda ketika baru masuk ke rumah ibunya. "Tadi kelihatanya dia tergesa-gesa." "Oh," Amanda buru-buru ingat untuk memeriksa ponselnya dan juga baru sadar jika ponselnya masih mati. " Ternyata, ponselku mati." Bahu Amanda melemas pasrah. Ibu Amanda cuma balas mengedikkan bahu melihat reaksi putrinya. "Sebaiknya aku segera pulang." Amanda berpamitan pada ibunya untuk pergi lagi. Tidak tahu kenapa tiba-tiba Amanda sangat takut karena tidak biasanya Ardi seperti ini. Ardi menjemput Sisi sendiri tanpa memberi tahunya. Nampaknya Amanda memang
Sejak mendengar nada dering ponsel Amanda yang sama dengan nada dering yang Mona dengar dari dalam mobil berkaca gelap waktu itu, kecurigaan Mona terhadap Amanda memang semakin menjadi-jadi, tapi Mona tidak mau memberi tahu Ardi karena selam itu hanya spekulasi tanpa bukti dia tidak mau mengambil resiko menghancurkan kebahagiaan orang lain. Sebenarnya Mona tidak membenci Amanda secara personal, Mona tidak akan membenci seseorang dengan membabi-buta hanya karena alasan pribadinya sendiri. Mona hanya kakak perempuan yang tulus menyayangi adik laki-lakinya, dia juga akan ikut bahagia terhadap apapun yang membuat adiknya bahagia. Sering kali ipar ingin ikut campur atau saling tidak menyukai bukan karena apa yang sebenarnya benar-benar tulus ikut bahagian atas kebahagiaan keluarganya. Kebanyakan mereka hanya memelihara ketidak senangan pri
Amanda segera menjemput Sisi ke sekolah dan buru-buru membawanya pulang. "Apa Bunda sudah beli kostum kelincinya?"tanya Sisi yang melihat bundanya tidak membawa apa-apa. "Ya, nanti bunda beli." Amanda berusaha tetap tenang, dia hanya ingin segera kembali ke rumah dan berganti pakaian. Sisi terlihat memperhatikan Amanda yang sedang mengemudi dan dari tadi hanya terus menghela napas kemudian menghembuskannya lagi tanpa bicara apa-apa atau minta maaf jika lupa membelikan kostum kelincinya. "Kenapa Bunda memakai baju Ayah?" "Oh, Bunda tadi buru-buru." Ternyata Amanda gugup ketika harus berbohong pada putrinya mengenai hal itu. "Ki
Walaupun Ardi tidak bertanya atau membahas apapun mengenai alat kontrasepsi pria yang dia temukan kemarin, tapi Amanda benar-benar merasa tidak tenang. Nampaknya Amanda juga sedang menuai hasil dari kebohongannya, karena didiamkan seperti ini oleh pria seperti Ardi ternyata jauh lebih menyiksanya. Akhirnya Amanda menelpon Dom untuk coba bicara dan meminta penanguhan. Dom juga langsung mengangkat panggilan Amanda di deringan pertama. "Amanda." "Aku tidak bisa pergi ke tempatmu pekan ini, aku tidak bisa pergi terlalu lama karena Ardi sepertinya mulai curiga." "Apa maksudmu?" "Dia menemukan alat kontrasepsi dari dalam tasku tapi tidak mengatakan apa-apa atau bertanya padaku. Aku ke
"Apa Amanda mengenal Flin Dexter?" tanya Ardi ketika menemui Mona. "Ya, kemarin aku memperkenalkan mereka," Mona mengakui meski agak heran dengan kedatangan Ardi yang tiba-tiba dan langsung menanyakan Flin Dexter. "Kemarin, kapan tepatnya?" Ardi merasa harus memastikan karena kedengarannya memang benar-benar baru kali marin. "Minggu kemarin saat dia ingin bertemu untuk membahas masalah gedung untuk yayasan." Ardi langsung terdiam karena jelas jejak panggilan di ponsel Amanda sudah sejak beberapa bulan lalu. "Memangnya kenapa?" cukup normal jika Mona juga jadi penasaran ingin tahu. "Tidak, tidak ada apa-apa." Ardi buru-buru men
Kadang Amanda sering berkhayal jika saja Amanda memiliki kakak laki-laki atau perempuan mungkin dia bisa bercerita dan membagi bebannya jika sedang seperti ini. Tapi Amanda tidak memiliki siapa-siapa, selama ini satu-satunya sahabat terbaik yang selalu mendengarkannya hanya Ardi. Amanda kembali menghela napas dengan berat jika teringat lagi dengan suaminya. Amanda sudah menciptakan berbagai alsan untuk membohongi Ardi tiga hari ini hanya untuk menemui Dom. "Bunda apa hari ini kita akan ke tempat eyang?" tanya Sisi yang baru selesai mandi dan sarapan dengan pengurusnya. "Ya, sebentar lagi Bunda antar." "Kemari biar bunda benarkan dulu kuncir rambutmu." Amanda memanggil putrinya yang sudah berdiri di pintu. Amanda melepas ikatan ram