Share

Bab 5 Ancaman

Didepan meja makan, tampak keluarga pak herman ayah kandung devan bersama ibu tirinya melinda, tampak juga disana hadir devan dan gadis pirang yaitu adik tiri devan bernama rika,

"devan, 3 hari lagi papi dan mami akan pergi melamar fenny tidak ada alasan untuk menolak dan kamu harus patuh perintah papi." tegas pak herman

"tapi pi, kenapa ini mendadak dan lagi pula aku bukan anak kecil yang bisa papi atur sesuka hati papi?" ucap devan memelas

"tidak ada tapi-tapian," teriak emosi pak hermawan meledak lalu ia meninggalkan meja makan.

"tuhh... papi kamu jadi marah, pokoknya mami nggak mau kamu bikin malu papi sama mami yah dev, lagi pula wanita yang kau sukai bukanlah wanita sederajat dengan kita, kamu jangan membantah perintah papimu atau mami akan menyakiti kekasihmu dan keluarganya, camkan itu dev."  ungkap ibutirinya lalu meninggalkan meja makan.

kini tinggal rika dan devan.

"Kak devan, sabar yah! rika kesekolah dulu." ucap rika halus berusaha menenangkan kakak tirinya. Meskipun rika bukan adik kandung tapi rika selalu menganggap devan kaka kesayangannya. 

"Aku pamit pergi dulu yah kak da..." lanjut rika sambil melambaikan tangannya dan beranjak  kearah pintu.

brakkkk... suara piring dibanting begitu keras, rupanya devan tidak bisa menahan amarah yang sedang ia pendam, 1 piring didepannya sudah hancur ia hentakkan diatas meja.

pikirannya buyar, amarahnya memuncak.

***

"bipp... Halo sayang," tampak panggilan dari widy untuk devan

"hai juga sayang," balas devan

"kamu lagi apa? aku tunggu kabar kamu hari ini tapi nggak datang2, jadi aku telfon, kamu sibuk dev?" tanya widy

"ahh... iya maaf sayang, ada beberapa pekerjaan yang harus aku kerjakan." tutur  devan meyakinkan

"oh... gitu maaf kalau aku ganggu, yah udah aku lanjut kerja dulu yah sayang!" ucap widy manja.

"ehhh... tunggu tunggu...," teriak devan panik

"kenapa?" balas widy

"wid...  aku mau nanya kalau misalnya aku ngajak kamu kawin lari mau nggak?" tanya devan serius,

"hahaha... apaan sih sayang, jangan aneh-aneh, yah udah ahh aku mau lanjut kerja dadaa... sayang mmmuaachh!" ucap widy merayu

tuuuttt.... sambungan telfon dimatikan oleh widy dan panggilan berakhir.

***

Bunyi ponsel khas yang sedang berbunyi saat ini menandakan seseorang sedang memanggil, tanpa melihat nama langsung saja widy mengatakan,

"halo... dekk gimana kabar ayah dan ibu?" tanya widy

"kak barusan aku diserempet mobil tapi gak parah kok' aku lagi dipuskesmas sama ibu sama ayah!" sambil meringis kesakitan,

"kok bisa dek, jadi sekarang apanya yang sakit?" ungkap widy semakin penasaran, sekaligus khawatir dengan keadaan adiknya.

"nggak tau kak, tiba tiba ajah pas pulang sekolah ada yang nyenggol pake mobil merah" tutur rika sambil mengingat-ngingat kejadian yang baru saja ia alami.

"yah udah kalau kakak libur, kakak bakalan pulang jengukin kamu yah...!" ucap widy

"iya kak" balas rika

"oh iya, nanti kakak transferin buat bayar obat kamu yah, kakak lanjut kerja dulu!" ucap widy

"baik kak, makasih yah!" tutur rika.

***

Diparkiran depan konter tampak seorang wanita modis, tetapi sepertinya wanita itu sudah agak berumur, dilihat dari wajahnya yang sudah terdapat garis-garis keriput, hanya saja masih terlihat muda karena balutan busananya yang terkesan mewah dan modis.

"mbak wid... ada yang nyariin tuh" sapa pak mamang situkang parkir.

"siapa yah pak...?" tanya widy

"itu mba... disamping mobil hitam!" jelas pak mamang

"oh... iya makasih yah pak!" jawab widy smabil menghampiri wanita yang tak lain adalah ibu tiri devan.

"permisi ibu nyari saya?" ucap widy ramah sambil tersenyum.

"iya... dan saya nggak mau basa-basi, saya mau kamu jauhi anak saya!" sindir ibu melinda

"maksud ibu siapa yah, saya nggak ngerti?"tanya widy bingung.

"nggak usah pura-pura, saya mau kamu menjauhi devan sekarang juga," teriak ibu melinda

"tapi bu...!" rintih widy

"nggak ada tapi-tapian, kalau kamu nggak mau nurut, saya nggak segan-segan bikin adik kamu lebih parah dari hari ini!" ancam ibu melinda

"ap...apa? jadi adik saya...?" tanya widy

"iya..., itu semua sudah saya atur, jadi jangan main-main dengan saya, mulai detik ini lepas devan dan jangan muncul lagi." teriak ibu melinda kemudian bergegas memasuki mobilnya, tapi sebelum ibu melinda melaju ia sempat membuka kaca mobilnya lalu melemparkan segepok uang kehadapan widy,

"ambil uang ini, lalu tinggalkan kota ini jika kamu masih menyayangi keluargamu," ancam ibu melinda.

seketika widy tersungkur ketanah dan menangis terseduh-seduh, mendengar perkataan ibu devan, dia tidak pernah membayangkan jika kisah cintanya akan berjalan sedramatis ini seperti layaknya kisah percintaan di film-film.

"mba widy, nggak apa-apa?" ucap pak mamang prihatin menghampiri, yang sedari tadi tidak sengaja mendengar percakan widy dan ibu tiri devan

"iyya, nggak apa-apa pak, tolong jangan ceritain kesiapa siapa yah!" tutur widy parau

"iyya nggak, saya bantuin kumpulin uangnya mba ini takut diambil orang!" ucap pak mamang

"baik pak" maksih yah!" tutur widy

Setelah selesai mngumpulkan beberapa uang yang berserahkan diarea parkiran tersebut tampak widy mengambil beberapa lembar uang tersebut dan memberikannya ke pak mamang.

"pak diambil yah, ucap widy parau

"loh, buat mbanya ajah"tolak pak mamang

"nggak ini buat pak mamang, diterima yah mungkin kita nggak bakalan ketemu lagi pak" ucapnya berkaca-kaca

"emangnya mba widy mau kemana? nenek lampir tadi nggak usah didengerin mba, paling cuma sekeedar mengancam!" ucap pak mamang

widy hanya tersenyum, ia tahu betul jika ibu melinda tidak bermain-main dengan ucapannya.

"saya pulang dulu pak, tolong sekali lagi jangan ngomong kesiapa-siapa yah!" rintih widy khawatir

"nggak kok mbak, bapak janji!" ucap pak mamang meyakinkan

Widy melaju dengan sepeda motornya, air mata yang saat ini bercucuran merupakan tanda kekecewaan yang sangat mendalam.

Dibenakannya hanya ada wajah devan orang yang sangat ia cintai, serta keluarga yang tak kalah ia cintai, pilihan yang sangan berat, mempertahankan cintanya dengan devan atau menyakisan penderitaan keluarganya yang bisa kapan saja dilakukan oleh ibu tiri devan.

"ya Tuhan, sepahit inikah hidupku? apa yang harus aku lakukan?" rintih batin widy.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status