Share

BAB 4A

Penulis: ET. Widyastuti
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-03 15:55:56

Suasana area ruang tunggu bandara pelan-pelan mulai ramai, karena jadwal keberangkatan semakin mendekat. Banyak penumpang mulai masuk memenuhi ruang tunggu.

Gadis kecil di sebelahku ini berceloteh dengan riang, seolah kita sudah lama saling mengenal. 

Sebenarnya aku termasuk orang yang sulit akrab dengan anak-anak. Aku sering kehabisan bahan ngobrol dengan anak kecil. Namun, Sasti sangat pandai membuat rasa canggungku hilang. Aku hanya cukup menanggapi celotehannya. 

“Dia tak punya teman di rumah. Jadi, dia suka sekali mendapatkan teman bicara,” jelas Rizal. 

Lelaki itu duduk di sisi kanan Sasti. Sementara aku berada di sisi kirinya. Orang yang tak tahu, bisa saja menyangka kami adalah suami istri yang bahagia. 

Ingin rasanya aku mengorek dimana mamanya Sasti. Tapi, rasanya tak pantas aku tanyakan saat ada Sasti di sini. Mungkin, nanti saat anak itu sedang tidak bersama kami. 

Yang aku tahu dari Nadia, Rizal sudah menduda selama dua tahun. 

“Mamanya sudah menikah lagi.” Rizal seperti membaca pikiranku. 

Aku menoleh ke arahnya.

Padangan Rizal menerawang, seolah memikirkan hal yang menyisakan sebuah kedukaan. 

Aku tak mau bertanya lebih jauh. Apalagi ada Sasti di sampingnya. Anak kecil akan meskipun tidak mengerti, kadang ia dapat merekam pembicaraan orang dewasa. 

Aku hanya mengangguk, lalu mengalihkan dengan kembali menanggapi ocehan Sasti hingga panggilan kami harus masuk ke pesawat terdengar. 

Dalam pesawat, kami duduk terpisah, karena memang tak ada rencana untuk pulang bareng. Namun, saat pesawat tiba di kota tujuan, rupanya Sasti sengaja menungguku di jalur keluar setelah masuk ke area bandara, hingga membuat kami bertiga kembali berjalan beringan menuju area luar bandara.

“Ada yang jemput?” tanya Rizal saat kami sudah di luar. Keluarga Rizal sudah terlihat menjemputnya.

“Gampang, lah. Masih ada urusan.” Aku sedikit beralasan untuk menghindari kalau-kalau dia tidak enak kalau tak menawariku serta. Apalagi sebenarnya rumah kami masih searah. 

“Sampai ketemu nanti siang,” ujar Rizal sesaat sebelum kami berpisah. 

Aku menggernyikan dahi kembali. Nanti siang? Apakah dia akan menjadi tamu lamaran Dini? 

Aku segera melupakan ucapan Rizal setelah mobil mereka hilang dari pandangan.Sementara, aku melanjutkan perjalanan menuju rumah dengan taksi online. Orang-orang rumah sepertinya sibuk dengan acara lamaran Dini, sehingga aku tak enak jika minta dijemput. 

--

“Lho, ini yang mau dilamar kok baru datang,” seloroh Pakde, kakaknya ibu, saat aku turun dari taksi.

Suasana rumah sudah ramai. Ada beberapa tetangga yang mulai membantu memasak terlihat mondar-mandir. 

Meski hanya lamaran, tapi beberapa saudara ibu dan bapak juga datang. Maklum, ini lamaran pertama di keluarga kami. Tak lupa juga Bapak meminta beberapa perangkat desa untuk menjadi juru bicara keluarga pada acara seperti ini. 

“Lha yang mau dilamar Dini kok, Pakde. Bukan saya,” balasku setelah mencium punggung tangan lelaki yang sudah seperti ayahku juga ini. 

“Lho, piye tho? Kamu iya. Adikmu juga iya,” sahut Budhe, istri dari Pakde, dari dalam rumah. 

Aku hanya mencebik.

Memang keluarga besarku meskipun dekat, suka usil. Apalagi tentang jodoh. Meskipun hanya candaan, tak urung sering aku merasa sakit hati juga. 

Namun, aku mencoba menanggapinya dengan santai. Aku mencoba berdamai dengan keadaan. Jika aku terus menanggapi dengan tegang, yang ada justru malah tidak baik. Buatku, dan juga hubungan keluarga besar. 

Saat masuk rumah, Dini terlihat sudah rapi dengan kebayanya. Bahkan, aku takt ahu, kapan dia menyiapkan semuanya.

“Duh, cantiknya yang mau dilamar,” godaku, setelah menemui Bapak dan Ibu.

Adik bungsuku itu duduk di depan meja rias di kamar ibu. Karena hanya kamar ibu yang ada meja riasnya. 

“Mbak Ratih pake baju kembaran sama aku. Jadi, pas difoto biar kembar,” ujar Dini sambil terus di poles make up oleh Bulik. Dia tidak menoleh.

Aku menyalami Bulik, lalu duduk di sisi ranjang, melihat adikku yang sedang berdandan. Badanku masih penat perjalanan dari Jakarta, meski menggunakan pesawat.

“Lho, kalau kembar, nanti bisa ketuker, gimana?” candaku. 

Bulik menatapku sekilas seraya mengerutkan kening. Terlihat dari raut mukanya, sepertinya Bulik agak heran dengan jawabanku yang ngawur. 

“Lho, Nduk. Kamu kan juga mau dilamar,” sela Bulik. Tangannya masih bergerak memoles make up di wajah Dini.

“Ah, Bulik ini. Ngomong apa. Yang mau dilamar itu Dini.” Aku menjelaskan dengan percaya diri, seperti ucapanku pada Dini di telepon kemarin. 

Mendadak, Bulik menghentikan gerakan tangannya, dan tatapannya beralih padaku, membuatku mencurigai sesuatu.

“Bentar, Din. Apa maksud Bulik?” Aku menatap bulik dan Dini bergantian. Aku rasa ada yang tidak beres.

Dini menoleh saat Bulik menghentikan sapuan bedak di wajahnya. Gadis itu menatapku dengan kening yang berkerut, seolah ingin mengatakan, gimana sih? Kan aku sudah ngasih tau! 

Mendadak aku teringat ucapan Rizal sebelum kami berpisah tadi. Sampai ketemu nanti siang? Aku bergumam menirukan ucapan Rizal.

Apa dia juga mau melamar? Kenapa mereka semua tidak memberitahukanku? Mengapa justru memberiku kejutan seperti ini? Apa mereka sudah tak mempercayaiku? Apa aku terlalu tua untuk memutuskan sendiri kapan aku menikah. 

Tiba-tiba lututku terasa lemah. Aku merosot ke lantai. 

“Mbak Ratih!” Samar kudengar teriakan Dini, sesaat sebelum semuanya terasa gelap. 

BERSAMBUNG…

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Cilon Kecil
ortunyabterlalu egois memaksakan kehendak pada Ratih.. Rizal juga begitu ga sabaran... harusnya nunggu Ratih mau memaafkan dulu baru rencanakan masa depan
goodnovel comment avatar
Kiki Sulandari
Jadi.,ternyata bukan hanya Dini saja yg akan dilamar kekasihnya Ternyata,Rstih pun akan akan dilamar oleh Rizal.....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Season 2/ bab 72

    “Besok aku ke kantor. Kita meeting semua ya. Jam delapan harus sudah siap.” Rizal tegas memberikan instruksi. Rizal teringat ancaman mantan mertua dan mantan iparnya. Mungkin ini adalah titik kulminasinya, setelah mereka tahu, pada siapa akhirnya Rizal memutuskan. Pasti saat dia tidak ada di kantor, mantan mertua dan iparnya itu mencarinya. Atau bisa jadi mereka mendengar dari Prita atau malah Desti sendiri. Bukannya dia sendiri yang mengenalkan Desti pada Ratih. Dan cerita Ratih kalau Desti pun berusaha menemuinya di kantor.“Minum, Mas.” Rizal tergagap saat Ratih sudah di dekatnya membawa segelas air putih.“Besok mulai kerja?” sambung Ratih. Ratih paham, urusan pekerjaan pasti sangat beragam.”Iya. Jam delapan ada meeting.”“Mau disiapkan sesuatu?”Rizal tersenyum. Pertanyaan Ratih mengingatkan statusnya yang sudah tak duda lagi.Kalau biasanya dia memikirkan diri sendiri, kini ada orang lain di sampingnya.”Kok malah senyum-senyum doang? Kamu biasanya pagi sarapan apa? Nasi goren

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Season 2/ Bab 71

    Rizal menghentikan mobilnya di luar kompleks perumahan. Nomor Gilang disegera dihubunginya. “Lang, ketemuan sekarang!” ucapnya begitu nomor Gilang tersambung. “Astaga. Ada apa lagi sih, Zal. Udah berapa kali kamu ganggu aku?” terdengar suara ketus dari Gilang. “Bisa nggak?” Rizal tak menimpali ucapan Gilang. “Nggak bisa, Bos. Gue ini cuma pegawai rendahan. Nggak kayak elu yang CEO! Jam makan siang, deh,” tawar Gilang. “Justru gue nggak bisa jam makan siang.” “Eits. Tumben?” “Nggak usah ngeledek. Besok siang. Awas jangan bikin janji sama yang lain!” ”Ya nggak bisa jamin juga....” Gilang belum selesai bicara, namun Rizal dengan semena-mena menutup sambungan teleponnya. Pikiran Rizal sedikit terganggu dengan beragam hal. Pertama pertemuannya dengan Desta. Cepat atau lambat, keluarga Desti pasti tak akan tinggal diam mengetahui dirinya memutuskan menikah lagi, dan bukan dengan Desti. Padahal Papa Desti sudah berulang kali memintanya. Dan, perusahaan yang dipegangnya, tentu sekara

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Season 2/ Bab 70

    ”Makasih, Sa.” Ekor mata Ratih mencari-cari Rizal yang tak kunjung kelihatan. Teman SMA-nya itu baru saja keluar dari supermarket. Dia tengah membawa tentengan belanjaan. “Ingat pesanku dulu. Jangan sampai kamu dimanfaatkan oleh Rizal.” Suara Danisa terdengar tegas dan mengancam. ”Aku duluan. Salam buat Rizal,” sambungnya. Belum sempat mencegah, Danisa sudah berlalu. “Kok malah bengong. Ayo. Katanya mau belanja.” Rizal mengambil alih troly yang dipegang Ratih. Mereka berdua masuk ke dalam area supermarket. Meski hari masih pagi, tapi supermarket ini sudah buka. ”Tadi ada Danisa. Kamu ingat kan? Nitip salam buat kamu.” Ratih berbicara sambil memberi kode Rizal untuk berhenti di stand aneka seafood. Kalimat paling belakang, sungguh menganggu Rizal. Rizal tahu, itu bukan salam biasa layaknya teman. Danisa, memang pernah kuliah satu kampus dengannya. Dulu, seperti Ratih, gadis itu dulu sering mencari perhatian padanya. Namun, lagi-lagi, Danisa bukan tipe yang Rizal inginkan.

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Season 2/ bab 69

    Darah Rizal seolah mendidih. Dari kejauahan dia melihat istrinya yang tengah ngobrol dengan seorang pria.Awalnya dia pikir hanya seseorang yang ingin bertanya sesuatu. Namun, mendadak, dia merasa cukup mengenal sosok itu.Sejenak Rizal berusaha mengingat, hingga satu nama ada di kepalanya. Ya, saat itu, dia bertemu dengan pria itu di pusat kuliner di ibukota saat tengah janjian makan siang dengan Gilang.Ya, benar. Itu adalah pria yang akan dikenalkan pada Ratih oleh Gilang.[Lang, sepupu Sekar yang kamu sebut tempo hari namanya siapa?] Rizal langsung mengirim pesan ke Gilang. Dia sungguh tak mengingatnya.[Sepupu Sekar yang mana?] Tumben Gilang langsung membalas. Padahal biasanya sepagi itu dia akan sibuk dengan urusan domestic dan anak-anaknya.[Yang kamu kenalin ke aku sebelum aku melamar Ratih.][Hah? Emang ada apa? Pengantin baru kok malah nanyain rival?] Sebuah emotikon tawa ngakak terlihat di layar ponsel Rizal.Tanpa menunggu lama, Rizal langsung menelon sahabatnya itu.”Jawa

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Season 2/ Bab 68

    “Mas, bangun. Udah adzan!” Tepukan lembut di pipi kanan sekaligus suara lembut yang memenuhi gendang telinganya membuat mata Rizal mengerjap.Pria itu bak hidup di alam mimpi. Bahkan dia baru menyadari di mana dia berada.“Jam berapa ini?” tanyanya. Tubuhnya merasa sungguh kelelahan. Dia bahkan seolah mati suri.”Jam 5.””Hah? Jam 5?”Rizal yang tadinya masih malas membuka mata, kaget dan refleks langsung terduduk.”Kok kamu baru bangunin?” Matanya masih berusaha mengerjap. Rambutnya acak-acakan. Namun tangannya sibuk mencari ponsel. Meyakinkan kalau dia benar-benar bangun kesiangan.Ditanya begitu, Ratih hanya terdiam. Dia memang sengaja tak membangunkan Rizal sebelum dia rapi.Ratih sudah mandi. Aroma sampo sudah tercium.Rizal langsung melompat dari tempat tidurnya. Dia tak peduli dengan penampilannya yang acak-acakan.“Siapin bajuku!” teriak Rizal sebelum dia menutup pintu kamar mandi.Sebenarnya dahulu saat masih bersama Desti, bahkan Rizal tak pernah meminta istrinya itu menyiap

  • DILAMAR PRIA YANG PERNAH MENOLAKKU   Season 2/ Bab 67

    ”Dik, yuk kita balik. Barang-barang sudah mau diantar.” Rizal berucap setelah emnerima telepon dari seseorang. Rupanya pengirim barang yang dibelinya tadi sudah hampir tiba di rumahnya.Ratih mengiyakan.“Di, aku tunggu di rumah baru, ya!” Rizal memberi titah pada pemuda yang tengah menyusun barang-barang Rizal ke mobil box.“Siap, Mas!”Dalam perjalanan pulang mereka tak banyak bicara.”Dekat ya, Mas?” tanya Ratih setelah masuk ke kompleks yang dikunjungi pertama tadi.”Ya, kurang lebih. Sasti kan sekolahnya sekitar sini. Nggak mungkin pindah jauh-jauh,” ucap Rizal.Ratih mengangguk paham. Apalagi bapak-bapak seperti Rizal pasti rumit kalau ingin memindahkan putrinya ke sekolah yang baru.”Saat ini, mungkin kamu nggak akan masalah dengan anak suami kamu. Tapi, kita nggak tahu setelahnya. Jadi, hati kamu harus seluas samudera jika suami kamu bakal banyak mementingkan anak sambung kamu. Dia juga pasti punya beban sendiri dalam membesarkannya. Akan lebih baik kamu selalu support dia, di

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status