Home / Romansa / DUDA POLISI BUCIN / Bilang Pada Erin

Share

Bilang Pada Erin

Author: Lystania
last update Last Updated: 2025-08-04 11:08:29

Vanya menghampiri Erin yang tengah berkutat dengan handphonenya, tampak serius hingga tak menyadari Vanya telah duduk di sampingnya.

"Kenapa, Sayang?" tanya Erin.

"Gak enak mau bilangnya sama Mama."

"Bilang aja belum, kenapa harus gak enak?" Erin meletakkan handphonenya.

"Bu Nita mau ketemu sama Mama."

"Males Mama ah. Kemarin Mama ke outlet yang deket sama dealer mobil itu, Mama pindahin semua dana Mama ke bank lain. Paling tinggal sepuluh juta di tabungan prioritas Mama." Cerita Erin.

Vanya terdiam, tak tahu harus ngomong apa. Belum lagi nanti Bu Wiwi yang minta tolong masukin dana atau minta referensi nasabah yang bisa di prospek dananya. Bu Wiwi sih gak salah karena request Vanya masuk ke tim funding. Karena yang dipikirkan Bu Wiwi pasti, Vanya sebagai menantu salah satu nasabah prioritas, sedikit banyak diharapkan bisa membantu. Yang jadi masalah, Ibu Mertuanya yang sudah terlanjur ilfeel pada petugas prioritas yang selama ini melayaninya.

***

Hari pertama satu tim dengan Bu Wiwi, Vanya disambut dengan tumpeng mini yang dipegang oleh teman-teman funding.

"Selamat datang, Ibu Vanya," sambut mereka.

"Aduh jadi gak enak nih." Vanya menerima tumpeng yang diberikan Bu Wiwi.

"Semoga dengan bergabungnya Vanya, kinerja kita semakin meningkat," doa Bu Wiwi.

"Amin." Mereka semua mengamini ucapan Bu Wiwi.

"Ini, kita makan sama-sama ya," ucap Vanya meletakkan tumpeng mini itu di meja tengah.

Sambil menikmati sarapan tumpeng mini pagi ini, Bu Wiwi mendekati Vanya.

"Maaf ya Vanya, kalau kamu jadi gabung di funding."

"Gak papa, Bu." Vanya mengumbar senyum tipis.

Jam istirahat siang, Bu Wiwi, Vanya, dan juga Alan istirahat keluar sekalian hendak menemui nasabah. Sudah janjian di rumah nasabah, sekitar jam setengah dua setelah jam makan siang.

“Kayak ke arah ke rumah Tante Lusi” batin Vanya saat mobil kantor memasuki salah satu komplek perumahan elit. Bener aja saat mobil berhenti di depan rumah berwarna coklat.

"Rumah Tante Lusi ya, Bu?" Vanya mengkonfirmasi.

"Iya. Kamu kenal?" Bu Wiwi merapikan riasannya sebelum turun dari mobil.

"Teman sekolah mama saya, Bu."

"Kebetulan. Yuk," ajak Bu Wiwi.

Mereka turun dari mobil dan berjalan melewati halaman, menuju pintu depan. Dua kali memencet bel rumah, akhirnya pintu dibuka oleh asisten rumah tangga Tante Lusi.

"Silahkan. Eh, Mbak Vanya."

"Iya," sahut Vanya seraya tersenyum.

"Silahkan masuk, sudah di tunggu Ibu di ruang tamu." Asisten rumah tangga itu membuka lebar pintu dan mempersilahkan mereka masuk.

Tante Lusi tersenyum saat mereka datang, ia langsung berdiri saat melihat Vanya juga turut serta.

"Sama Vanya juga Bu Wiwi," ucap Tante Lusi yang kemudian mempersilahkan mereka duduk.

"Iya, Bu Lusi. Personel kita ya baru nih. Eh, ternyata dia sudah kenal duluan sama Bu Lusi."

Sementara Tante Lusi dan Bu Wiwi masih mengobrol membahas gosip para artis, Vanya dan Alan mempersiapkan berkas deposito yang harus ditanda tangani oleh Tante Lusi.

"Silahkan sambil di minum lo," ucap Tante Lusi yang kemudian pamit ke kamar sebentar. Tak lama, ia kembali datang dengan membawa bungkusan plastik berwarna hitam.

"Sebagian sudah saya transfer ke rekening, ini sebagiannya tunai ya Bu Wiwi. Gak apa-apa kan, soalnya limit internet banking saya sudah habis," ucap Tante Lusi seraya meletakkan plastik hitam itu di meja dan membukanya. "Sudah dihitung sih kemarin. Totalnya tiga ratus juta. Tapi coba dihitung lagi nanti, kabar-kabarin aja kalo uangnya ada kurang."

"Iya, Tante," jawab Vanya. Ia menyodorkan tanda terima untuk setoran Tante Lusi dan meminta tanda tangan Tante Lusi di berkas pembukaan depositonya.

"Makasih banyak ya Bu Lusi sudah di bantu. Nanti untuk bukti depositonya akan di antar hari ini juga."

"Sama-sama, Bu Wiwi."

"Kita pulang dulu ya, Bu Lusi," pamit Bu Wiwi.

"Tante, Vanya pulang dulu ya."

***

Vanya tak sadar kalau handphonenya tengah dikuasai oleh Charles, sementara ia masih menidurkan Charlos. Ia melepaskan botol dot dari mulut Charlos sambil terus menepuk-nepuk belakang Charlos, kemudian menyelimutinya setelah memastikan ia benar-benar terlelap.

"Enak ya jadi Charlos, bebas dapat ciuman dari Aminya," ucap Charles yang tetap fokus menatap layar ponsel Vanya sementara jari tangannya juga sibuk naik turun. Vanya menguap lebar seraya menatap Charles.

"Kamu ngapain buka-buka handphone aku?" tanyanya ingin mengambil handphone itu dari tangan Charles, namun jangkauan tangannya tak sampai.

"Dari tadi lampunya kelap kelip terus, ternyata grup kantor kamu. Isinya pertanyaan target semua," ucap Charles. Ia sebenarnya sudah ingin mengembalikan handphone Vanya, tapi di urungkannya, karena sebuah pesan baru masuk dari nomor baru.

Malam Kak Vanya. Ini Alan, mau ingetin Kaka, kalau besok kita pagi-pagi jam setengah tujuh sudah cus ya.

Charles membuka profile picture nya hendak melihat bagaimana rupa orang yang namanya Alan itu.

"Siapa Alan?" tanya Charles sedikit sewot. Dari gambarnya, Charles dapat memperkirakan Alan berusia sekitar dua puluh lima tahunan dengan wajah yang tak bisa dikatakan jelek juga.

"Oh, itu teman kantor. Teman satu unit yang sekarang." Vanya mengambil handphonenya dari tangan Charles. Ia membaca ulang pesan yang dikirimkan Alan dan membalasnya.

"Eh. Eh, kenapa dipindahin Charlosnya?" Vanya bingung melihat Charles mengangkat Charlos dan sedikit menggesernya, sehingga menciptakan sedikit ruang yang bisa Charles masuki. Kini ia berada di tengah, antara Vanya dan Charlos.

"Jadi kamu sudah bilang sama Mama, buat nabung lagi di tempat kamu?" tanya Charles seraya memiringkan badannya menghadap Vanya dan menopang kepalanya dengan tangan kiri.

"Kalau suruh nabung lagi belum sih. Tapi kemarin ada ngomong yang menjurus ke arah sana, tapi Mama gak mau. Yang ada uang tabungan Mama sudah pindah ke bank lain." Cerita Vanya. Charles membuka aplikasi m banking di handphone dan mendekati Vanya untuk menunjukkannya.

“Banyak banget saldonya” batin Vanya.

"Kamu rekening gendut ya?"

"Sembarangan. Kamu bisa dikenakan pasal pencemaran nama baik tahu."

"Habisnya uang sebanyak itu dari mana?"

"Aku kan juga ada andil di usaha Papa. Ya, pasti dapat bagian lah. Dan ini kan uang kamu juga, uang kita, asal kamu mau--"

"Asal apa? Emang aku cewek apaan?" Vanya sewot.

"Kamu itu bukan cewek apaan, tapi istri apaan."

"Kamu juga suami apaan?"

Mereka tak mau kalah berdebat satu sama lain.

"Awal ngomong sama kamu sih asik, tapi ujung-ujung pasti ke situ. Tidur aja lah. Kamu pindah ke ujung sana, biar Charlos yang di tengah!"

"Ke situ mana?"

"Pindah sana! Besok kerja!" Vanya mendorong-dorong pelan Charles agar dia berpindah.

“Gak bisa banget sih sedikit mesra sama dia” gerutu Charles sambil berpindah ke ujung tempat tidur.

“Apa dia sudah mati rasa ya” Charles memandang Vanya yang telah menutup matanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DUDA POLISI BUCIN   Meledak

    Kalau saja bisa menolak, Vanya sudah menolak permintaan Bu Wiwi yang memintanya dan Desi untuk ke ikut dengan Pak Tri dan tim untuk follow up perjanjian kerjasama ke Pelayanan Pajak. Kantor siapa, kalau bukan kantornya Wisnu. Mau minta izin sama Charles untuk kesana kan gak mungkin, ini urusan pekerjaannya.Dengan diantar mobil kantor, mereka sampai di kantor itu. Bukan menuju aula, tapi menuju ruangan kepala kantor yang didalamnya telah lengkap dengan kepala bendahara dan juga Wisnu. Ia duduk agak jauh dari mereka. Berharap Wisnu tak menghampirinya.Kamu dimana? Makan siang aku jemput ya.Isi pesan Charles yang dibaca Vanya."Udah belum sih, Des?" bisik Vanya."Bentar, lagi tanda tangan tuh kayaknya," jawab Desi.Setelah selesai penandatangan kerjasama kedua belah pihak, mereka berfoto bersama untuk dokumentasi."Jadi nanti, kita bakal sering ketemu dong?" ucap Wisnu."Bisa iya bisa enggak, Bang. Kan bukan cuma Vanya staff di bagian ini. Mu

  • DUDA POLISI BUCIN   Makan Bersama

    Sandra akhirnya resmi resign dari kantornya. Setelah menerima amplop gaji, ia langsung menyerahkan surat pengunduran dirinya. Saat ditanya HRD, alasan resignnya, ingin rasanya ia menjawab bahwa ia malas kerja dibawah pimpinan yang killer macam bosnya itu. Tapi demi menjaga silaturahmi, ia tak melakukan hal itu. Ia hanya menjawab ingin fokus pada keluarga."Onty Sandra datang," pekiknya sumringah."Cepet banget kamu pulang, baru juga jam berapa ini," ucap Erin.Sembari duduk di sofa dan melepas blazernya, Sandra meletakkan amplop putih di meja kerja Frans."Kan Sandra udah resign." Keluar dari tempat kerja itu membuat beban Sandra lepas. Kemarin-kemarin rasanya untuk berangkat kerja sangat berat buat Sandra, memikirkan bakal ketemu bos killer di kantor, terus ketemu satu karyawan nyebelin itu, membuatnya pusing. Tapi setelah resign dari tempat itu, rasanya plong, gak ada beban apapun."Gaji kamu?" tanya Erin yang dibalas dengan anggukan kepala Sandra."Simpan

  • DUDA POLISI BUCIN   Cubitan

    Mobil kantor berhenti di depan salah satu deretan ruko tingkat dua. Bu Wiwi mengajak Vanya masuk ke dalam salah satu ruko yang bernuansa putih dengan banyak hiasan gula-gula dan kue yang menggantung di atasnya."Bikin ngiler ya, Bu," ucap Vanya saat melihat deretan kue yang terpajang di etalase."Iya. Kamu harus coba nanti kuenya," sahut Bu Wiwi.Mereka disambut oleh seorang wanita paruh baya seumuran Bu Wiwi dan di persilahkan duduk."Biasanya sama Desi atau gak Winda, Bu? Ucapnya saat Vanya dan Bu Wiwi duduk."Mereka lagi ke tempat nasabah yang lain, Bu. Biasa bagi tugas," jawab Bu Wiwi.Tak berapa lama, seseorang mengantarkan beberapa potong kue dan minuman kemudian menyajikannya di meja."Silahkan sambil di makan," ucap nasabah itu ramah."Enak, Bu," jawab Vanya saat ditanya soal rasa kue yang baru saja dimakannya.Vanya kemudian mengeluarkan beberapa berkas untuk perpanjangan deposito nasabah Bu Wi

  • DUDA POLISI BUCIN   Acara Rutin

    Dengan diantar Charles, hari ini Vanya pergi ke acara rutin ibu-ibu bhayangkari. Bertempat di salah satu rumah makan yang telah disewa aulanya. Acara di mulai jam sepuluh pagi. Dengan memakai seragam khas ibu-ibu bhayangkari, Vanya bergabung dan membaur dengan sesama istri anggota polisi. Walau sudah beberapa kali datang ke acara beginian dia tetap saja merasa asing. Hanya Bu Nico Wulandari, istri atasan Charles yang langsung menyapanya dengan ramah."Akhirnya Bu Charles datang lagi,""Iya, Bu. Kedepannya bakal diusahain datang terus," ucap Vanya. Ia diajak Bu Nico Wulandari untuk duduk agak ke depan.Acara kemudian dimulai dengan sambutan dari ketua bhayangkari didampingi oleh wakil ketua yang duduk di depan aula. Begitu sambutan telah disampaikan, acara dilanjutkan dengan himbauan yang masih tetap disampaikan oleh ibu ketua, untuk tetap menjadi contoh yang baik di lingkungan, tetap menjaga sikap dan nama baik, serta terus mendukung pekerjaan suami.Di tempat sama n

  • DUDA POLISI BUCIN   Tersembunyi

    "Eh, besok ulang tahunnya Pak Toni, kira-kira kalian bisa gak ke rumah beliau buat kasih kue ulang tahun? Besok kan aku izin satu hari," ucap Desi seraya melayangkan pandangan pada mereka yang ada di ruangan secara bergantian."Aku sama Bu Wiwi besok pagi mau ke dinas pariwisata," sahut Winda."Aku sih bisa aja, tapi kalau sendiri--" ucap Vanya sedikit ragu."Sama Alan aja." ucap Desi lagi."Iya, Kak." sahut Alan.Selesai menginput laporan, mereka mematikan komputer dan lampu ruangan, kemudian bergegas pulang.Selesai makan malam, Bu Tuti pamit pulang dengan membawa beberapa menu makan malam tadi. Sandra yang baru selesai menerima telepon tampak sumringah saat kembali ke ruang tengah."Sandra diterima kerja!" serunya bahagia yang langsung disusul dengan ucapan selamat dari yang lain. Setelah menceritakan perusahaan yang menerimanya kerja, Sandra lantas pamit masuk ke kamar duluan untuk mempersiapkan pakaiannya besok. "Kalian jangan lama-lama, Ch

  • DUDA POLISI BUCIN   Bilang Pada Erin

    Vanya menghampiri Erin yang tengah berkutat dengan handphonenya, tampak serius hingga tak menyadari Vanya telah duduk di sampingnya."Kenapa, Sayang?" tanya Erin."Gak enak mau bilangnya sama Mama.""Bilang aja belum, kenapa harus gak enak?" Erin meletakkan handphonenya."Bu Nita mau ketemu sama Mama.""Males Mama ah. Kemarin Mama ke outlet yang deket sama dealer mobil itu, Mama pindahin semua dana Mama ke bank lain. Paling tinggal sepuluh juta di tabungan prioritas Mama." Cerita Erin.Vanya terdiam, tak tahu harus ngomong apa. Belum lagi nanti Bu Wiwi yang minta tolong masukin dana atau minta referensi nasabah yang bisa di prospek dananya. Bu Wiwi sih gak salah karena request Vanya masuk ke tim funding. Karena yang dipikirkan Bu Wiwi pasti, Vanya sebagai menantu salah satu nasabah prioritas, sedikit banyak diharapkan bisa membantu. Yang jadi masalah, Ibu Mertuanya yang sudah terlanjur ilfeel pada petugas prioritas yang selama ini melayaninya.***Har

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status