Share

Chat Lucu

Author: Lystania
last update Last Updated: 2025-08-04 09:00:54

Tyas membawa kabar yang sedikit membuat Vanya syok. Kabar rotasi dirinya lagi. Tyas menarik kursinya lebih dekat dengan Vanya.

"Yang kemarin aku dengar di ruang rapat sih, katanya Bu Wiwi request supaya kamu bantuin target kantor kita. Kamu tahu kan Bu Wiwi sama Bu Nita kurang akur kalau soal dana nasabah."

"Iya tahu. Kasihan Bu Wiwi. Padahal Bu Wiwi mah orang baik, bantuin maintenance nasabah prioritas Bu Nita," ucap Vanya.

***

Sedang menunggu dijemput oleh Charles di banking hall, Bu Nita datang menghampiri Vanya dan menepuk tangan kanan Vanya yang baru saja lepas gips.

"Vanya," sapanya. Vanya tertunduk menahan nyeri yang mulai terasa lagi.

"Kamu janji lo, sama Ibu mau masukin nada Bu Erin lagi," ucapnya lagi.

Pintu banking hall dibuka oleh Pak satpam.

"Mbak Vanya, sudah di jemput sama suaminya," ucap Pak satpam.

"Maaf saya duluan ya, Bu." Vanya tetap pamit pada Bu Nita dengan wajah meringis menahan nyeri.

"Oh iya," sahut Bu Nita sedikit bingung melihat sikap Vanya yang begitu saja meninggalkan dia.

Sensor pintu terbuka saat Vanya hendak lewat. Dari dalam mobil, Charles melihat Vanya yang berjalan sambil memegangi tangannya. Ia dengan cepat melompat turun dari mobil dan menghampiri Vanya.

"Kenapa?" tanya Charles sambil membuka pintu dan membantu Vanya masuk ke dalam mobil.

"Kita ke rumah sakit?"

"Enggak, enggak," tolak Vanya.

"Eh iya sih, jangan ke rumah sakit itu lagi. Ganti rumah sakit aja." Charles tak ingin ke rumah sakit itu lagi, takut Vanya bertemu lagi dengan Rio.

"Tapi nyeri," rengek Vanya. Melihat Vanya dengan rengekan manjanya, membuat gemes Charles.

"Ya udah di depan kita cari rumah makan."

"Ngapain? Kamu lapar?" tanya Vanya bingung.

"Iya buat minta es batunya, kan kata dokter kalau lagi nyeri di kompres sama es," sahut Charles sambil memberhentikan mobilnya di depan rumah makan padang.

Vanya masuk dan duduk sementara Charles langsung menemui pelayan rumah makan untuk meminta es batu.

"Sini dikompres dulu." Charles mengeluarkan sapu tangan dari sakunya untuk membalut es batunya.

“Zaman sudah modern kaya gini, dia masih aja bawa sapu tangan” gumam Vanya dalam hati.

"Ini bersih gak? Jangan-jangan bekas iler lagi," kata Vanya yang telah memegang kompresan itu namun sedikit ragu meletakkannya di tangannya yang nyeri.

"Sembarangan, itu bersih kali." Charles sedikit sewot.

"Kamu kayak orang tua zaman dulu ya, masih bawa sapu tangan kemana-mana." Vanya meletakkan kompresan es batu di tangannya dan merasakan sensasi dinginnya yang lumayan cukup mengurangi rasa nyeri.

"Itu buat jaga-jaga, kalau gak ada tissue. Buktinya, ini kepake sama kamu buat jadi kompres."

Vanya mengerutkan keningnya saat pelayan rumah makan padang, meletakkan dua porsi nasi di meja lengkap dengan menu lainnya.

"Kamu makan?" tanya Vanya saat pelayan itu selesai meletakkan sajian makanan di meja dan pergi.

"Terus? Masa kita kesini cuma buat minta es batu untuk kompres tangan kamu?"

"Iya juga sih," ucap Vanya membenarkan perkataan Bapaknya Charlos itu.

"Kamu mau disuapin atau makan sendiri?" tanya Charles sambil memindahkan sepotong ayam ke dalam piringnya.

"Makan sendiri aja," sahut Vanya sambil meletakkan sapu tangan yang telah basah akibat es yang telah mencair.

Baru saja akan memotong ayam dengan garpu dan sendoknya, nyeri tangannya mulai melanda lagi. Ia meletakkan sendok dan garpunya di piring, kemudian meluruskan tangannya.

"Nih." Charles menyodorkan sendok berisi nasi dan potongan ayam yang langsung di lahap oleh Vanya.

"Kamu pesen makan gak tanya aku dulu. Kalo gini kan jadinya susah buat makan sendiri. Coba tadi kamu pesen lauknya telur, kan bisa langsung dimakan," gerutu Vanya dengan mulut yang masih mengunyah makanan.

"Kamu kalau kita makan, terus pesen makanan, ujung-ujungnya pasti kamu minta samain aja sama pesenan aku," ujar Charles. Ia kembali menyuapi Vanya.

"Ya itu kan kalau kamu ajak aku makan di tempat yang gak biasa. Yang menunya aku bingung. Kalau makanan kayak gini kan aku bisa pilih sendiri menunya." Vanya tetap ngotot. Tak mau kalah berdebat dari Charles.

"Ih, keras kepala kamu ya." Charles menyuapi Vanya lebih cepat lagi.

"Sama kayak kamu!" seru Vanya tak mau kalah.

Lampu Handphone Charles berkedip.

"Astaga," pekik Charles saat melihat foto di layar handphonenya. Ia celingukan dan melihat teman lettingnya yang melambai di depan kasir.

"Kenapa?" tanya Vanya penasaran. Charles memberikan handphonenya pada Vanya, agar ia membacanya sendiri.

"So sweet banget sih abang aku ini."

"Aaahh, aku mau dong disuapin sama abang ganteng ini."

"Bucin idola ku.”

"Pak Pol idaman aku."

Vanya membaca komentar-komentar lucu di grup kantor Charles.

Sebuah pesan masuk lagi. Dari Tere.

"Aku cemburu, Bang."

Tulis Tere dengan emot hati yang terbelah. Kemudian langsung ramai komentar-komentar yang lain bersahutan.

"Tere, laki orang lo itu”.

"Aku juga terbakar api cemburu, tolong dong aku di dinginkan."

"Masuk kulkas sana. Freezer kalau perlu."

"Hati-hati istri Bang Charles nanti baca, bisa gawat lo."

"Biar aja. Gak takut."

“Ckck, Tere Tere” gumam Vanya sambil terus membaca komentar-komentar di grup Charles itu.

"Ih, Tere jangan sampe jadi pelakor ya. Rusak nama baik bangsa dan negara."

"Iya lo, Ter. Ingat ya”

"Pelakor sih enggak, tapi simpanan mau aja kok."

"Ya ampun bertobat, Ter."

"Tobat, kiamat sudah dekat."

"Eh, ini chat di baca sama Bang Charles, tapi gak ada respon nih."

"Bang."

"Bang Charles, ganteng."

"Bang maafin kita Bang."

"Eh, marah nih Bang Charles kayaknya. Cuma dibaca doang. Entar tiba-tiba leave group aja si abang ganteng kita ini."

"Gampang itu mah, kalau keluar kan tinggal di masukin lagi."

"Wih, pinter nih Bapak Kapolsek kalo urusan keluar masuk."

"Kan itu urusan enak."

"Kamu serius banget baca isi chat di handphone aku," ujar Charles. Ia mengambil handphone yang telah di kembalikan Vanya.

"Isi chat grup, apalagi kalau penghuni grupnya kebanyakan laki-laki, gak jauh dari itu ya," ucap Vanya.

"Itu apa?"

"Baca aja sendiri," suruh Vanya. Charles membaca sekilas isi chat grupnya.

"Masih saya pantau."

Isi pesan yang Charles tulis di grupnya. Ia tersenyum sambil menggeleng-geleng kepala akibat komentar-komentar di grupnya. Mereka meninggalkan rumah makan padang itu dan bergegas pulang.

"Nyerinya udah hilangkan?"

"Udah kok." sahut Vanya. Tangannya lincah mencari frekuensi siaran radio favoritnya.

"Emang tadi kenapa bisa sampai nyeri lagi?"

"Gak sengaja tadi ditepuk sama Bu Nita."

"Siapa?"

"Bu Nita, manager prioritas di kantor."

"Oh yang dulu bikin Mama kesal terus mindahin uang tabungan ke bank lain."

"Iya. Dan mulai besok aku rotasi, pindah unit lagi,” ucap Vanya menjelaskan posisi barunya.

"Pokoknya aku gak suka kalau kamu ketemu sama laki-laki."

"Lah, kamu ada-ada aja. Ketemu sama laki-laki atau perempuan aku mana bisa nentuin. Kamu mah aneh-aneh aja. Kan aku juga gak pernah larang-larang kamu, mau ketemu sama perempuan mana pun. Kamu lupa kita kan hubungan cuma temen."

"Iya, temen. Tapi memang ada temen yang sampai pijat-pijatan trus sampai pasangin--"

"Diem gak!" Vanya melempar sebungkus tissue tepat di wajah Charles. Charles mencolek pinggang Vanya, yang langsung ditepisnya.

“Malunya ya Tuhan. Kalau bukan karena tangan aku yang sakit, gak mungkin aku pasrah kaya kemarin” gumamnya dalam hati. Vanya terus memandang keluar jendela, malu digoda Charles seperti itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DUDA POLISI BUCIN   Meledak

    Kalau saja bisa menolak, Vanya sudah menolak permintaan Bu Wiwi yang memintanya dan Desi untuk ke ikut dengan Pak Tri dan tim untuk follow up perjanjian kerjasama ke Pelayanan Pajak. Kantor siapa, kalau bukan kantornya Wisnu. Mau minta izin sama Charles untuk kesana kan gak mungkin, ini urusan pekerjaannya.Dengan diantar mobil kantor, mereka sampai di kantor itu. Bukan menuju aula, tapi menuju ruangan kepala kantor yang didalamnya telah lengkap dengan kepala bendahara dan juga Wisnu. Ia duduk agak jauh dari mereka. Berharap Wisnu tak menghampirinya.Kamu dimana? Makan siang aku jemput ya.Isi pesan Charles yang dibaca Vanya."Udah belum sih, Des?" bisik Vanya."Bentar, lagi tanda tangan tuh kayaknya," jawab Desi.Setelah selesai penandatangan kerjasama kedua belah pihak, mereka berfoto bersama untuk dokumentasi."Jadi nanti, kita bakal sering ketemu dong?" ucap Wisnu."Bisa iya bisa enggak, Bang. Kan bukan cuma Vanya staff di bagian ini. Mu

  • DUDA POLISI BUCIN   Makan Bersama

    Sandra akhirnya resmi resign dari kantornya. Setelah menerima amplop gaji, ia langsung menyerahkan surat pengunduran dirinya. Saat ditanya HRD, alasan resignnya, ingin rasanya ia menjawab bahwa ia malas kerja dibawah pimpinan yang killer macam bosnya itu. Tapi demi menjaga silaturahmi, ia tak melakukan hal itu. Ia hanya menjawab ingin fokus pada keluarga."Onty Sandra datang," pekiknya sumringah."Cepet banget kamu pulang, baru juga jam berapa ini," ucap Erin.Sembari duduk di sofa dan melepas blazernya, Sandra meletakkan amplop putih di meja kerja Frans."Kan Sandra udah resign." Keluar dari tempat kerja itu membuat beban Sandra lepas. Kemarin-kemarin rasanya untuk berangkat kerja sangat berat buat Sandra, memikirkan bakal ketemu bos killer di kantor, terus ketemu satu karyawan nyebelin itu, membuatnya pusing. Tapi setelah resign dari tempat itu, rasanya plong, gak ada beban apapun."Gaji kamu?" tanya Erin yang dibalas dengan anggukan kepala Sandra."Simpan

  • DUDA POLISI BUCIN   Cubitan

    Mobil kantor berhenti di depan salah satu deretan ruko tingkat dua. Bu Wiwi mengajak Vanya masuk ke dalam salah satu ruko yang bernuansa putih dengan banyak hiasan gula-gula dan kue yang menggantung di atasnya."Bikin ngiler ya, Bu," ucap Vanya saat melihat deretan kue yang terpajang di etalase."Iya. Kamu harus coba nanti kuenya," sahut Bu Wiwi.Mereka disambut oleh seorang wanita paruh baya seumuran Bu Wiwi dan di persilahkan duduk."Biasanya sama Desi atau gak Winda, Bu? Ucapnya saat Vanya dan Bu Wiwi duduk."Mereka lagi ke tempat nasabah yang lain, Bu. Biasa bagi tugas," jawab Bu Wiwi.Tak berapa lama, seseorang mengantarkan beberapa potong kue dan minuman kemudian menyajikannya di meja."Silahkan sambil di makan," ucap nasabah itu ramah."Enak, Bu," jawab Vanya saat ditanya soal rasa kue yang baru saja dimakannya.Vanya kemudian mengeluarkan beberapa berkas untuk perpanjangan deposito nasabah Bu Wi

  • DUDA POLISI BUCIN   Acara Rutin

    Dengan diantar Charles, hari ini Vanya pergi ke acara rutin ibu-ibu bhayangkari. Bertempat di salah satu rumah makan yang telah disewa aulanya. Acara di mulai jam sepuluh pagi. Dengan memakai seragam khas ibu-ibu bhayangkari, Vanya bergabung dan membaur dengan sesama istri anggota polisi. Walau sudah beberapa kali datang ke acara beginian dia tetap saja merasa asing. Hanya Bu Nico Wulandari, istri atasan Charles yang langsung menyapanya dengan ramah."Akhirnya Bu Charles datang lagi,""Iya, Bu. Kedepannya bakal diusahain datang terus," ucap Vanya. Ia diajak Bu Nico Wulandari untuk duduk agak ke depan.Acara kemudian dimulai dengan sambutan dari ketua bhayangkari didampingi oleh wakil ketua yang duduk di depan aula. Begitu sambutan telah disampaikan, acara dilanjutkan dengan himbauan yang masih tetap disampaikan oleh ibu ketua, untuk tetap menjadi contoh yang baik di lingkungan, tetap menjaga sikap dan nama baik, serta terus mendukung pekerjaan suami.Di tempat sama n

  • DUDA POLISI BUCIN   Tersembunyi

    "Eh, besok ulang tahunnya Pak Toni, kira-kira kalian bisa gak ke rumah beliau buat kasih kue ulang tahun? Besok kan aku izin satu hari," ucap Desi seraya melayangkan pandangan pada mereka yang ada di ruangan secara bergantian."Aku sama Bu Wiwi besok pagi mau ke dinas pariwisata," sahut Winda."Aku sih bisa aja, tapi kalau sendiri--" ucap Vanya sedikit ragu."Sama Alan aja." ucap Desi lagi."Iya, Kak." sahut Alan.Selesai menginput laporan, mereka mematikan komputer dan lampu ruangan, kemudian bergegas pulang.Selesai makan malam, Bu Tuti pamit pulang dengan membawa beberapa menu makan malam tadi. Sandra yang baru selesai menerima telepon tampak sumringah saat kembali ke ruang tengah."Sandra diterima kerja!" serunya bahagia yang langsung disusul dengan ucapan selamat dari yang lain. Setelah menceritakan perusahaan yang menerimanya kerja, Sandra lantas pamit masuk ke kamar duluan untuk mempersiapkan pakaiannya besok. "Kalian jangan lama-lama, Ch

  • DUDA POLISI BUCIN   Bilang Pada Erin

    Vanya menghampiri Erin yang tengah berkutat dengan handphonenya, tampak serius hingga tak menyadari Vanya telah duduk di sampingnya."Kenapa, Sayang?" tanya Erin."Gak enak mau bilangnya sama Mama.""Bilang aja belum, kenapa harus gak enak?" Erin meletakkan handphonenya."Bu Nita mau ketemu sama Mama.""Males Mama ah. Kemarin Mama ke outlet yang deket sama dealer mobil itu, Mama pindahin semua dana Mama ke bank lain. Paling tinggal sepuluh juta di tabungan prioritas Mama." Cerita Erin.Vanya terdiam, tak tahu harus ngomong apa. Belum lagi nanti Bu Wiwi yang minta tolong masukin dana atau minta referensi nasabah yang bisa di prospek dananya. Bu Wiwi sih gak salah karena request Vanya masuk ke tim funding. Karena yang dipikirkan Bu Wiwi pasti, Vanya sebagai menantu salah satu nasabah prioritas, sedikit banyak diharapkan bisa membantu. Yang jadi masalah, Ibu Mertuanya yang sudah terlanjur ilfeel pada petugas prioritas yang selama ini melayaninya.***Har

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status