Share

Tersembunyi

Penulis: Lystania
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-04 12:47:32

"Eh, besok ulang tahunnya Pak Toni, kira-kira kalian bisa gak ke rumah beliau buat kasih kue ulang tahun? Besok kan aku izin satu hari," ucap Desi seraya melayangkan pandangan pada mereka yang ada di ruangan secara bergantian.

"Aku sama Bu Wiwi besok pagi mau ke dinas pariwisata," sahut Winda.

"Aku sih bisa aja, tapi kalau sendiri--" ucap Vanya sedikit ragu.

"Sama Alan aja." ucap Desi lagi.

"Iya, Kak." sahut Alan.

Selesai menginput laporan, mereka mematikan komputer dan lampu ruangan, kemudian bergegas pulang.

Selesai makan malam, Bu Tuti pamit pulang dengan membawa beberapa menu makan malam tadi. Sandra yang baru selesai menerima telepon tampak sumringah saat kembali ke ruang tengah.

"Sandra diterima kerja!" serunya bahagia yang langsung disusul dengan ucapan selamat dari yang lain. Setelah menceritakan perusahaan yang menerimanya kerja, Sandra lantas pamit masuk ke kamar duluan untuk mempersiapkan pakaiannya besok.

"Kalian jangan lama-lama, Charlos udah ngantuk kayaknya," ucap Erin yang diikuti Frans beranjak dari ruang tengah mengikuti jejak Sandra yang masuk kamar duluan.

"Iya, Ma." Sahut mereka kompak.

Charles meletakkan handphonenya di atas meja setelah selesai membaca pesan di grup kantor.

"Sabtu pertemuan rutin ibu-ibu bhayangkari, kamu bisa hadir kan?" tanya Charles. Semenjak menikah, Vanya terbilang kurang aktif di acara-acara yang diadakan oleh ibu-ibu bhayangkari. Seingatnya ia hanya lima kali hadir di acara yang setiap bulan rutin diadakan itu.

"Bisa aja kayaknya deh, lagian sabtu gak ada kegiatan juga," jawab Vanya sembari mengajak Charlos untuk tidur.

***

Matahari pagi kembali menyapa. Langit juga tampak sangat biru. Merasakan udara segar pagi ini, menambah semangat kerjanya.

"Nanti sore kamu di jemput supir Papa ya, aku gak bisa jemput."

"Ngerepotin supir Papa, nanti naik taksi online aja."

"Di jemput supir Papa." Tegas suara Charles.

"Iya iya." Vanya membuka seatbeltnya. "Kamu hati-hati kerjanya," ucap Vanya seraya menuruni mobil Charles. Dengan wajah mesem-mesem bahagia ia meninggalkan kantor Vanya menuju kantornya.

Selesai morning briefing, Vanya dan Alan mengambil kue ulang tahun yang akan diberikan pada nasabah Desi. Alan yang duduk di depan mengarahkan jalan menuju rumah Pak Toni.

"Sudah sampai, Kak." Alan menengok ke belakang memberitahu pada Vanya.

"Eh, Pak Toni ini yang anaknya dokter ya?" terka Vanya. Ia merasa familiar dengan rumah di depannya.

"Iya, Kak. Dokter Rio namanya." Mendengar nama Rio disebut Oleh Alan, membuat Vanya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Gak pengen iku masuk tapi tugas negara, ikut masuk nanti ketemu keluarganya Rio, atau malah mungkin ketemu Rionya juga. Sekedar informasi saja, Rio adalah teman dekat Vanya yang cukup membekas di hatinya. Keluarganya pun sangat baik kepadanya. Bahkan dulu keluarga Rio sangat ini Vanya menjadi menantu di keluarga mereka. Namun Vanya tidak bisa meluluskan permintaan keluarga Rio karena Rio adalah tipe laki-laki yang tidak bisa hanya dengan satu wanita saja saat itu.

Panggilan Alan menyadarkan Vanya dari lamunannya. Ia kembali mengajak Vanya segera turun dari mobil.

“Kenapa nasabah yang aku temui kebanyakan ada sangkut pautnya sama aku sih” gumamnya.

Vanya menelan air liurnya saat melihat yang membuka pintu adalah Rio. Ia mengedipkan mata kepada Vanya.

"Pak Toni nya ada, Mas?" tanya Alan yang mengalihkan pandangan Rio dari Vanya.

"Papa ada. Yuk masuk," ucap Rio ramah.

"Wah, kamu lupa ulang tahun aku ya," ucap Rio yang berjalan di samping Vanya.

"Ini buat Papa kamu kali," sahut Vanya.

"Selamat pagi, Pak. Maaf kita ganggu pagi-pagi," sapa Alan pada Pak Toni dan istrinya yang sedang santai di ruang tamu. Beberapa kotak kue tersaji di meja ruang tamu, tampaknya beberapa bank lain sudah lebih dulu memberikan kue ulang tahun Pak Toni.

"Ini Vanya kan? Waduh lama gak ketemu, makin cute aja," decak istri Pak Toni saat melihat Vanya meletakkan kue ulang tahun di meja.

"Iya, Tante. Tante sama Om apa kabar?" tanya Vanya basa basi sambil tersenyum. Asisten rumah tangga Rio datang membawakan minuman dan menyajikan kue di meja.

"Kita sehat semua. Rio juga sehat," ucap istri Pak Toni sambil melirik Rio yang duduk di seberang Vanya.

"Dia sudah nikah, Ma. Sudah punya anak juga," ucap Rio.

"Vanya gak undang-undang ya," ucap istrinya Pak Toni lagi.

"Maaf ya, Tante. Waktu itu riweuh jadi banyak yang kelupaan," jawab Vanya ngasal.

"Kamu sih Rio, kebanyakan cewek. Saking banyaknya gak ada yang bisa dijadikan istri. Coba dulu sama Vanya aja, pasti sekarang kalian sudah punya banyak anak!" seru Pak Toni.

"Papa ih. Iya nanti Rio cari istri," ucap Rio merengut. Alan hanya bisa jadi penonton tanpa bisa berkomentar apa-apa dengan kejadian di depan matanya itu.

"Sekali lagi selamat ulang tahun ya Pak. Sehat panjang selalu dan bahagia, amin," ucap Alan seraya memberi kode pada Vanya untuk menyudahi ini semua.

"Terimakasih ya," ucap Pak Toni dan istri bersamaan.

"Eh, foto dulu yuk." Istri Pak Toni memanggil asisten rumah tangganya dan meminta tolong untuk memotret kebersamaan mereka hari ini.

"Pa, pegang kuenya dong. Vanya deket Tante sini."

Begitu Vanya berdiri di samping Istri Pak Toni, Rio malah ikut berdiri di samping Vanya.

***

Saya sudah di depan kantor Mbak.

"Bu, saya duluan ya. Sudah dijemput,” ucap Vanya.

“Hati-hati ya." Pesan Bu Wiwi.

"Lan, duluan ya," pamit Vanya. Ia meninggalkan cafe yang ada di samping kantor, menghampiri mobil Frans yang sudah menunggunya.

Jam dinding menunjukkan menunjukkan pukul setengah sebelas malam, saat Charles tiba di rumah. Ia langsung masuk ke kamar dan membersihkan dirinya. Rasanya penat dan segera ingin merebahkan diri di samping Aminya Charlos. Kalau pulang malam seperti ini, biasanya Vanya akan menidurkan Charlos di dalam boxnya. Seolah memberikan peluang untuk Charles agar bisa menggodanya.

Beres membersihkan diri, Charles naik ke atas tempat tidur. Ia meraih handphone Vanya dan iseng mengeceknya.

“Apa ini” gumamnya saat melihat status Vanya. Bu Wiwi memberikan peraturan di unitnya, agar setiap kali melakukan kunjungan ke nasabah, agar didokumentasikan dan dipublikasikan di media sosial masing-masing. Berhubung ini kunjungan ke nasabah, mau tak mau Vanya mempostingnya di statusnya dan menyembunyikan statusnya dari Charles.

"Kok gak ada?" bisiknya bingung saat melihat deretan status di aplikasi whatsappnya, namun tak menemukan status Vanya.

"Macam-macam dia." Charles kemudian meniup-niup pelan telinga Vanya, mencoba membangunkannya. Tak ada respon darinya.

"Aduhhh." Vanya terbangun akibat gigitan Charles di telinganya.

"Ini apa?" tanya Charles menunjukkan foto di status Vanya.

"Kamu kepo banget sih. Buka-buka handphone orang. Itu tadi kunjungan ke nasabah," sahut Vanya sambil menarik selimut, ingin tidur lagi. Ngantuk.

"Nasabahnya Rio? Temen deket kamu?"

"Nasabah tadi itu Bapaknya Rio. Aku mana tahu kalau nasabah yang aku datengin tadi itu orang tuanya Rio."

"Bohong. Bukannya kalian sebagai orang bank harus tahu profile nasabah kalian!"

"Kayaknya aku selalu salah di mata kamu?! Aku kerja juga baik-baik, gak macam-macam." Vanya sedikit tersulut emosi. Ia menarik selimut dan bantalnya kemudian tidur di lantai.

"Tidur di lantai kayaknya lebih enak, bebas, dan damai dari gangguan kamu," ucap Vanya.

"Kamu naik sekarang gak!" seru Charles yang tak dihiraukan Vanya. Kesal diacuhkan oleh Vanya, Charles turun dari tempat tidur dan mengangkat Vanya ke atas tempat tidur.

"Kamu kayak anak kecil aja. Pakai acara ngambek trus tidur dilantai segala."

"Kamu yang kayak anak kecil! Urusan gak penting gini diributin. Mbok ya pulang malam itu, langsung tidur. Jangan ganggu orang yang sudah tidur duluan." Suara Vanya melemah. Charles berbalik, dan memunggunginya. Vanya memberanikan diri lebih dekat dengan Charles dan memeluknya. Seketika Charles berbalik.

"Aku gak ngapain-ngapain ya," ucap Vanya. Charles hanya berdehem seraya mendaratkan ciuman tipis di bibir Vanya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • DUDA POLISI BUCIN   Meledak

    Kalau saja bisa menolak, Vanya sudah menolak permintaan Bu Wiwi yang memintanya dan Desi untuk ke ikut dengan Pak Tri dan tim untuk follow up perjanjian kerjasama ke Pelayanan Pajak. Kantor siapa, kalau bukan kantornya Wisnu. Mau minta izin sama Charles untuk kesana kan gak mungkin, ini urusan pekerjaannya.Dengan diantar mobil kantor, mereka sampai di kantor itu. Bukan menuju aula, tapi menuju ruangan kepala kantor yang didalamnya telah lengkap dengan kepala bendahara dan juga Wisnu. Ia duduk agak jauh dari mereka. Berharap Wisnu tak menghampirinya.Kamu dimana? Makan siang aku jemput ya.Isi pesan Charles yang dibaca Vanya."Udah belum sih, Des?" bisik Vanya."Bentar, lagi tanda tangan tuh kayaknya," jawab Desi.Setelah selesai penandatangan kerjasama kedua belah pihak, mereka berfoto bersama untuk dokumentasi."Jadi nanti, kita bakal sering ketemu dong?" ucap Wisnu."Bisa iya bisa enggak, Bang. Kan bukan cuma Vanya staff di bagian ini. Mu

  • DUDA POLISI BUCIN   Makan Bersama

    Sandra akhirnya resmi resign dari kantornya. Setelah menerima amplop gaji, ia langsung menyerahkan surat pengunduran dirinya. Saat ditanya HRD, alasan resignnya, ingin rasanya ia menjawab bahwa ia malas kerja dibawah pimpinan yang killer macam bosnya itu. Tapi demi menjaga silaturahmi, ia tak melakukan hal itu. Ia hanya menjawab ingin fokus pada keluarga."Onty Sandra datang," pekiknya sumringah."Cepet banget kamu pulang, baru juga jam berapa ini," ucap Erin.Sembari duduk di sofa dan melepas blazernya, Sandra meletakkan amplop putih di meja kerja Frans."Kan Sandra udah resign." Keluar dari tempat kerja itu membuat beban Sandra lepas. Kemarin-kemarin rasanya untuk berangkat kerja sangat berat buat Sandra, memikirkan bakal ketemu bos killer di kantor, terus ketemu satu karyawan nyebelin itu, membuatnya pusing. Tapi setelah resign dari tempat itu, rasanya plong, gak ada beban apapun."Gaji kamu?" tanya Erin yang dibalas dengan anggukan kepala Sandra."Simpan

  • DUDA POLISI BUCIN   Cubitan

    Mobil kantor berhenti di depan salah satu deretan ruko tingkat dua. Bu Wiwi mengajak Vanya masuk ke dalam salah satu ruko yang bernuansa putih dengan banyak hiasan gula-gula dan kue yang menggantung di atasnya."Bikin ngiler ya, Bu," ucap Vanya saat melihat deretan kue yang terpajang di etalase."Iya. Kamu harus coba nanti kuenya," sahut Bu Wiwi.Mereka disambut oleh seorang wanita paruh baya seumuran Bu Wiwi dan di persilahkan duduk."Biasanya sama Desi atau gak Winda, Bu? Ucapnya saat Vanya dan Bu Wiwi duduk."Mereka lagi ke tempat nasabah yang lain, Bu. Biasa bagi tugas," jawab Bu Wiwi.Tak berapa lama, seseorang mengantarkan beberapa potong kue dan minuman kemudian menyajikannya di meja."Silahkan sambil di makan," ucap nasabah itu ramah."Enak, Bu," jawab Vanya saat ditanya soal rasa kue yang baru saja dimakannya.Vanya kemudian mengeluarkan beberapa berkas untuk perpanjangan deposito nasabah Bu Wi

  • DUDA POLISI BUCIN   Acara Rutin

    Dengan diantar Charles, hari ini Vanya pergi ke acara rutin ibu-ibu bhayangkari. Bertempat di salah satu rumah makan yang telah disewa aulanya. Acara di mulai jam sepuluh pagi. Dengan memakai seragam khas ibu-ibu bhayangkari, Vanya bergabung dan membaur dengan sesama istri anggota polisi. Walau sudah beberapa kali datang ke acara beginian dia tetap saja merasa asing. Hanya Bu Nico Wulandari, istri atasan Charles yang langsung menyapanya dengan ramah."Akhirnya Bu Charles datang lagi,""Iya, Bu. Kedepannya bakal diusahain datang terus," ucap Vanya. Ia diajak Bu Nico Wulandari untuk duduk agak ke depan.Acara kemudian dimulai dengan sambutan dari ketua bhayangkari didampingi oleh wakil ketua yang duduk di depan aula. Begitu sambutan telah disampaikan, acara dilanjutkan dengan himbauan yang masih tetap disampaikan oleh ibu ketua, untuk tetap menjadi contoh yang baik di lingkungan, tetap menjaga sikap dan nama baik, serta terus mendukung pekerjaan suami.Di tempat sama n

  • DUDA POLISI BUCIN   Tersembunyi

    "Eh, besok ulang tahunnya Pak Toni, kira-kira kalian bisa gak ke rumah beliau buat kasih kue ulang tahun? Besok kan aku izin satu hari," ucap Desi seraya melayangkan pandangan pada mereka yang ada di ruangan secara bergantian."Aku sama Bu Wiwi besok pagi mau ke dinas pariwisata," sahut Winda."Aku sih bisa aja, tapi kalau sendiri--" ucap Vanya sedikit ragu."Sama Alan aja." ucap Desi lagi."Iya, Kak." sahut Alan.Selesai menginput laporan, mereka mematikan komputer dan lampu ruangan, kemudian bergegas pulang.Selesai makan malam, Bu Tuti pamit pulang dengan membawa beberapa menu makan malam tadi. Sandra yang baru selesai menerima telepon tampak sumringah saat kembali ke ruang tengah."Sandra diterima kerja!" serunya bahagia yang langsung disusul dengan ucapan selamat dari yang lain. Setelah menceritakan perusahaan yang menerimanya kerja, Sandra lantas pamit masuk ke kamar duluan untuk mempersiapkan pakaiannya besok. "Kalian jangan lama-lama, Ch

  • DUDA POLISI BUCIN   Bilang Pada Erin

    Vanya menghampiri Erin yang tengah berkutat dengan handphonenya, tampak serius hingga tak menyadari Vanya telah duduk di sampingnya."Kenapa, Sayang?" tanya Erin."Gak enak mau bilangnya sama Mama.""Bilang aja belum, kenapa harus gak enak?" Erin meletakkan handphonenya."Bu Nita mau ketemu sama Mama.""Males Mama ah. Kemarin Mama ke outlet yang deket sama dealer mobil itu, Mama pindahin semua dana Mama ke bank lain. Paling tinggal sepuluh juta di tabungan prioritas Mama." Cerita Erin.Vanya terdiam, tak tahu harus ngomong apa. Belum lagi nanti Bu Wiwi yang minta tolong masukin dana atau minta referensi nasabah yang bisa di prospek dananya. Bu Wiwi sih gak salah karena request Vanya masuk ke tim funding. Karena yang dipikirkan Bu Wiwi pasti, Vanya sebagai menantu salah satu nasabah prioritas, sedikit banyak diharapkan bisa membantu. Yang jadi masalah, Ibu Mertuanya yang sudah terlanjur ilfeel pada petugas prioritas yang selama ini melayaninya.***Har

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status