Share

Larut Malam

Penulis: Lystania
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-22 10:00:22

Seperti yang diucapkan Mama kemarin, hari ini siaran tivi di penuhi oleh breaking news yang menyiarkan adanya bom meledak di salah satu rumah ibadah yang menyebabkan pelaku meninggal di tempat. Rumah ibadah yang berada tidak jauh dari kantor polisi tempat Charles bekerja, membuat beberapa personil kepolisian berhambur menuju lokasi kejadian, termasuk Charles.

"Ih ngeri banget sih beritanya," decak beberapa nasabah yang tengah duduk menunggu antrian, sambil menonton tv. Vanya yang baru saja datang dari toilet dan hendak menekan tombol antrian, melirik ke arah tv dan melihat Charles tengah berdiri di samping petugas kepolisian yang sedang memberikan keterangan. Saat wawancara dengan petugas kepolisian itu selesai, Vanya mengambil handphone di laci dan menghubunginya. Tak ada sahutan dari seberang sana meskipun panggilan itu statusnya terhubung.

Kamu baik-baik aja kan?

Vanya mengirimkan pesan itu kepada Charles, berharap akan langsung di respon, tapi ternyata tidak. Tak dapat dipungkiri, hati dan perasaannya cemas memikirkan Charles. Karena bagaimanapun, Charles itu adalah suaminya.

Tenang, aku baik-baik aja. Pak Ujang bakal jemput kamu hari ini, karena aku akan pulang larut malam.

Vanya membaca pesan dari Charles sambil berjalan menuju depan kantor. Bener saja, sebuah mobil hitam dengan plat nomor cantik telah menunggunya. Mobil yang biasa dipakai Frans untuk pergi ke kantor.

"Pesan Bu Erin, kita ke SPBU dulu," ucap Pak Ujang memberitahu saat Vanya telah duduk di dalam mobil.

“Iya, Pak," sahut Vanya sambil membalas pesan dari Charles.

***

Di kantor, Charles dan beberapa petugas polisi serta atasannya, melakukan rapat koordinasi membentuk tim untuk melakukan pengusutan perihal kejadian hari ini. Kejadian ini pasti ada hubungannya dengan teror ledakan bom di beberapa waktu lalu, karena memiliki kesamaan. Terjadi di waktu dan hari yang sama.

Setelah tim terbentuk dan tugas telah disampaikan, mereka segera meluncur, terjun ke lapangan untuk mencari fakta dan kebenarannya. Sementara Charles serta beberapa atasannya, menghadap ke markas berkas untuk memberikan laporan.

Di rumah, mereka baru saja selesai makan malam dan berkumpul di ruang tivi. Menyaksikan laporan berita mengenai kejadian tadi siang.

"Kamu sudah dapat kabar dari Charles? Mama terakhir WA dia sore tadi," ucap Erin.

"Sama, Ma. VVanya juga terakhir chat sama dia sore tadi." jawab Vanya.

Siaran tivi yang tadinya talkshow dengan pengamat kriminal, kini berubah menjadi breaking news dengan siaran langsung.

"Bang Charles di tv." ucapan Sandra membuat mereka langsung menatap layar kaca.

Betul saja, Charles berdiri sejajar dengan beberapa pejabat kepolisian sementara di depan, pimpinan tertinggi di kepolisian tengah memberikan pernyataan dan penjelasan mengenai kasus ini.

"Syukur dia baik-baik aja," ucap Erin.

Selama menjadi anggota kepolisian, Charles selalu memberikan yang terbaik untuk pekerjaannya. Totalitas di dalam bekerja. Ia juga menyumbangkan prestasi dalam mengungkap beberapa kejadian dan kasus yang cukup sulit, hingga membuat karirnya lumayan melesat lebih cepat bila dibandingkan dengan teman seangkatannya. Semua kelebihannya itu terkadang membuat beberapa teman seangkatannya kadang ingin menjatuhkannya. Beberapa orang tak terima dengan apa yang telah didapatkannya.

"Ada kejadian kayak gini, Charles biasanya bakal pulang tengah malam. Malah kadang baru pulang pagi. Jadi kamu langsung tidur ya, kasian kalau kamu nungguin dia sampai tengah malam, besok kan kamu harus kerja," ucap Erin.

"Iya, Ma," jawan Vanya seraya pamit pada Erin dan Frans untuk masuk kamar terlebih dahulu bersama Charlos.

Setengah jam berlalu Charlos akhirnya tertidur. Vanya kemudian mengangkat pelan Charlos dan menimangnya, sebelum meletakkannya di box bayi. L

“Lah, kenapa jadi aku taroh lagi Charlos di sini” gumam Vanya sesaat setelah Charlos berbaring sempurna di boxnya. Mengangkat dan memindahkannya lagi, Vanya takut akan membangunnya. Ia akhirnya membiarkan Charlos tidur di sana.

***

Sekitar jam satu dini hari, akhirnya Charles sampai juga di rumah. Ia langsung masuk ke dalam kamarnya. Badan dan pikirannya benar-benar lelah, akibat ikut andil dalam penyelesaian kasus ini. Yang ada di otaknya hanya ingin tidur. Setelah mengganti baju dan membersihkan diri, ia langsung naik ke atas tempat tidur. Leher dan pinggangnya yang menegang akhirnya terasa rileks saat badannya menyentuh kasur. Dilihatnya Vanya yang telah terlelap.

"Kamu," ucap Vanya dengan mata setengah tertutup. Ia tiba-tiba saja terbangun saat Charles berada di atas badannya.

"Tidur," ucap Charles. Ia menarik selimut dan menutup matanya. Vanya berbalik dan memandangi Charles yang sepertinya telah tidur.

“Kasihan, dia kelihatan lelah. Jam segini baru pulang” gumam Vanya. Ia memberanikan diri menggeser badannya, sedikit lebih dekat dengan Charles. Dipandanginya wajah Papanya Charlos itu, dengan rahang yang tegas, bibir yang tipis, hidung yang mancung, dan alis yang hitam. Baru kali ini ia melihat wajah Charles dengan jelas. Menikmati wajah tampan Charles.

“Sudah cukup Vanya” batinnya. Semakin lama ia memandangi Charles, akan semakin berbahaya.

"Kenapa? kamu mau tidur sambil ngeliatin aku," ucap Charles yang sebenarnya belum tidur. Wajah Vanya bersemu merah, malu kepergok Charles.

Vanya berbalik membelakangi Charles.

"Sini," ujar Charles lagi. Ia meraih bahu Vanya pelan dan membalikkan badannya, hingga kini mereka saling berhadapan. Charles senyum-senyum melihat Vanya yang tampak pura-pura tidur dengan menutup matanya.

"Gak usah pura-pura tidur, bola mata kamu aja masih kesana kemari. Aku perhatikan, kamu beberapa kali menidurkan Charlos di boxnya, kalau sekali sih artinya lupa, kalau lebih satu kali artinya sengaja."

Vanya langsung membuka matanya dan melotot melihat Charles.

"Ngasal kamu," dengusnya kesal. Ia berbalik lagi membelakangi Charles.

"Sengaja juga gak apa-apa," ucap Charles. Tangannya menyelinap ke bawah leher Vanya kemudian ia memeluknya. Tak ingin berdebat karena hari sudah larut, Vanya membiarkan Charles memeluknya hingga pagi menjelang. Sebenarnya Vanya bisa saja menolak godaan Charles malam itu, namun ia tidak tega karena tahu Charles sudah cukup lelah. Ia masih memiliki hati nurani, terhadap Papanya Charlos, suaminya itu.

Bagi Charles, entah mengapa, ia merasa energinya seolah terisi penuh hanya dengan menggoda dan iseng dengan Aminya Charlos sekarang. Suasana yang tak didapatnya dulu sewaktu dengan Kirana.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • DUDA POLISI BUCIN   Dalam Dekapan

    Pencarian hari ketiga, akhirnya membuahkan hasil. Setelah sebelumnya, Charles menyerahkan foto diri orang yang menipu keluarganya, Charles mendapatkan kabar, bahwa orang yang diduga mirip dengan ciri-ciri yang dicari, terlihat di salah satu rumah makan di daerah Bandung siang ini. Setelah mendapatkan izin dari atasannya. Charles dan seorang temannya meluncur ke sana.Aku ke Bandung dulu. Ada yang diurus. Nanti Sandra yang jemput, karena aku mungkin pulang tengah malam.Isi pesan yang dikirim Charles pada Vanya. Sepertinya semesta mendukung rencana Charles untuk memburu tukang tipu itu. Setibanya di Bandung, Charles langsung menuju ke sebuah rumah kontrakan tempat orang itu berada, sebelumnya Charles telah minta tolong pada temannya di salah satu polsek di daerah Bandung untuk mengikuti kemana orang itu pergi. Charles memarkir jauh mobilnya, kemudian berjalan menuju rumah yang dimakasud."Mana?" tanya Charles pada temannya yang telah lebih dulu menunggu tak jauh

  • DUDA POLISI BUCIN   Tamu Bulanan

    Sepanjang perjalanan pulang ke rumah, Vanya hanya diam. Sedari tadi ia terus memegang perutnya dengan posisi sedikit membungkuk. Ini dilakukannya agar sakit datang bulannya sedikit berkurang. Sudah lama ia tidak merasakan sakit yang lumayan menyiksa seperti ini."Kamu sakit? Wajah kamu pucat? Sudah makan?" tanya Charles bertubi-tubi. Vanya mengangkat wajahnya dan tersenyum kecut. "Aku baik-baik aja," ucapnya dengan nada tertahan."Kalau baik-baik aja, kenapa sampai pucat kayak gitu?""Sakitnya udah biasa. Setiap bulan pasti kaya gini. Masalah wanita.""Tapi selama kita sama-sama, baru kali ini aku lihat kamu sakit sampai pucat kayak gini," ucap Charles lagi. Vanya tak menjawab, berharap Charles berhenti menanyainya. Karena gerakan bibir saat menjawab setiap pertanyaan dari Charles, menambah rasa nyeri di perutnya."Kalau gitu, sekarang kita ke dokter. Kita periksa. Supaya jelas kamu ada riwayat sakit apa. Aku gak mau kamu kaya Kirana dulu yang punya kista di

  • DUDA POLISI BUCIN   Teman SMA

    Pagi ini Vanya bangun karena suara tangisan Charlos. Ia meraba sampingnya dan tak merasakan keberadaan Charlos. Ia beranjak dari ranjang dan menggendong Charlos, keluar dari box bayinya."Sshhh sshhhh shhhhh," Vanya coba menenangkan Charlos. Ia melirik jam di dinding yang menunjukkan pukul lima pagi. Di balik selimut Charles juga masih terlelap tidur. Setelah Charlos tenang dan kembali tidur, dengan perlahan ia meletakkan Charlos ke dalam box bayinya. Vanya mencuci muka, menyikat gigi, dan merapikan rambutnya, sebelum keluar dari kamar.Hannya mereka bertiga yang ada di rumah. Paling tidak, ia harus menyiapkan sarapan untuk Charles dan juga Charlos. Ia membuka kulkas dan melihat apa yang dapat dimasak pagi ini. Ia mengeluarkan ayam yang telah dibumbui dari dalam freezer dan mengeluarkan beberapa jenis sayuran. Sinar matahari mulai mengintip dari balik celah-celah jendela. Ia lalu mematikan kompor karena masakannya telah selesai. Tak perlu waktu lama untuk

  • DUDA POLISI BUCIN   Di Rumah Sakit

    "Lagi ngapain, Ma?" tanya Vanya di ujung telepon. Sabtu ini di habiskannya hanya di rumah saja, dengan Charlos dan tentunya, Erin, ibu mertuanya. Seperti biasa, Frans ada di kantor sementara Sandra masih sibuk dengan urusan skripsinya. "Lagi siap-siap mau pergi acara bulanan sama Tante Lusi," sahut Mama dengan loudspeaker handphone yang menyala karena tangannya masih sibuk melukis wajah."Di jemput sama Tante Lusi?""Iya, Sayang. Mama sih pengen kursus nyetir supaya bisa bawa mobil, sayang kan mobil di rumah nganggur. Atau kamu bawa aja mobilnya ke sana," ucap Mama yang kini tangan dan matanya serius menatap kaca, fokus menggambar alis."Mama ih, mobilnya biarin aja disana.""Ya udah, nanti kamu cariin Mama tempat kursus ya," ucap Mama sambil membereskan beberapa peralatan make upnya."Oke, Ma. Ya sudah Mama hati-hati ya, Vanya tutup teleponnya ya," ucap Vanya.Ia kemudian duduk melantai di dekat Charlos, menemaninyaa bermain."Ami, Ami, mobil, mobil

  • DUDA POLISI BUCIN   Nongkrong

    Sikap Vanya kini mulai melunak. Seperti hari ini, Vanya menuruti kemauan Charles saat ia mengajaknya pergi untuk sekedar makan es krim dengan varian yang berbeda di salah satu kedai es krim, setelah pulang bekerja. Laporan yang diminta atasannya untuk diserahkan pukul lima sore, telah selesai dikerjakan Charles dari pukul setengah empat dan siap untuk diantar sekarang. Ia membereskan mejanya dan menyimpan laptopnya di laci."Permisi, Pak," ucap Charles seraya mengetuk pintu dan masuk ke dalam ruangan atasannya setelah dipersilahkan."Baru jam berapa ini?" atasannya melirik jam di tangan kirinya sewaktu Charles meletakkan map berwarna coklat berisi laporan yang dimintanya. Charles nyengir mendengar perkataan atasannya itu."Oh, malam jumat ya," goda atasannya lagi yang membuat Charles malu."Tahu aja, Bapak," jawabnya. Padahal sih mau malam apapun bahkan malam jumat sekalipun gak ngaruh sama dia.Asyik membahas beberapa kasus dengan atasannya, tiba-tiba istri atas

  • DUDA POLISI BUCIN   Please, Stop

    Memasuki usia Charlos yang ke delapan belas bulan alias satu setengah tahun, Charlos dijadwalkan akan imunisasi. Sebelumnya Erin telah mendapatkan pesan konfirmasi dari bagian admin dokter anak di salah satu klinik di Jakarta. Hari sabtu jam empat sore. Erin, Vanya, dan Charlos sudah siap tinggal berangkat, saat Charles tiba-tiba datang dan mengatakan siap untuk mengantarkan mereka."Sebentar Charles ganti baju ya, Ma," ucap Charles sambil masuk ke dalam kamar.Sepuluh menit kemudian, Charles telah siap, mengenakan celana jeans dan kaos hitam lengkap dengan sepatu sneakers nya. Ia terlihat sangat mempesona."Charlos sama Ami di depan ya," ucap Erin sambil memberikan Charlos pada Vanya, dan ia masuk duduk di kursi belakang. Vanya masuk dan memangku Charlos, sementara Charles mengemudikan mobil. Di tengah jalan, tiba-tiba Erin minta diturunkan di kantor Frans."Loh kenapa, Ma?" tanya Vanya.“Lagi bete sama Charles juga, Mama malah mau gak ikut” batin Vanya."Ma

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status