"Lagi ngapain, Ma?" tanya Vanya di ujung telepon. Sabtu ini di habiskannya hanya di rumah saja, dengan Charlos dan tentunya, Erin, ibu mertuanya. Seperti biasa, Frans ada di kantor sementara Sandra masih sibuk dengan urusan skripsinya. "Lagi siap-siap mau pergi acara bulanan sama Tante Lusi," sahut Mama dengan loudspeaker handphone yang menyala karena tangannya masih sibuk melukis wajah."Di jemput sama Tante Lusi?""Iya, Sayang. Mama sih pengen kursus nyetir supaya bisa bawa mobil, sayang kan mobil di rumah nganggur. Atau kamu bawa aja mobilnya ke sana," ucap Mama yang kini tangan dan matanya serius menatap kaca, fokus menggambar alis."Mama ih, mobilnya biarin aja disana.""Ya udah, nanti kamu cariin Mama tempat kursus ya," ucap Mama sambil membereskan beberapa peralatan make upnya."Oke, Ma. Ya sudah Mama hati-hati ya, Vanya tutup teleponnya ya," ucap Vanya.Ia kemudian duduk melantai di dekat Charlos, menemaninyaa bermain."Ami, Ami, mobil, mobil
Sikap Vanya kini mulai melunak. Seperti hari ini, Vanya menuruti kemauan Charles saat ia mengajaknya pergi untuk sekedar makan es krim dengan varian yang berbeda di salah satu kedai es krim, setelah pulang bekerja. Laporan yang diminta atasannya untuk diserahkan pukul lima sore, telah selesai dikerjakan Charles dari pukul setengah empat dan siap untuk diantar sekarang. Ia membereskan mejanya dan menyimpan laptopnya di laci."Permisi, Pak," ucap Charles seraya mengetuk pintu dan masuk ke dalam ruangan atasannya setelah dipersilahkan."Baru jam berapa ini?" atasannya melirik jam di tangan kirinya sewaktu Charles meletakkan map berwarna coklat berisi laporan yang dimintanya. Charles nyengir mendengar perkataan atasannya itu."Oh, malam jumat ya," goda atasannya lagi yang membuat Charles malu."Tahu aja, Bapak," jawabnya. Padahal sih mau malam apapun bahkan malam jumat sekalipun gak ngaruh sama dia.Asyik membahas beberapa kasus dengan atasannya, tiba-tiba istri atas
Memasuki usia Charlos yang ke delapan belas bulan alias satu setengah tahun, Charlos dijadwalkan akan imunisasi. Sebelumnya Erin telah mendapatkan pesan konfirmasi dari bagian admin dokter anak di salah satu klinik di Jakarta. Hari sabtu jam empat sore. Erin, Vanya, dan Charlos sudah siap tinggal berangkat, saat Charles tiba-tiba datang dan mengatakan siap untuk mengantarkan mereka."Sebentar Charles ganti baju ya, Ma," ucap Charles sambil masuk ke dalam kamar.Sepuluh menit kemudian, Charles telah siap, mengenakan celana jeans dan kaos hitam lengkap dengan sepatu sneakers nya. Ia terlihat sangat mempesona."Charlos sama Ami di depan ya," ucap Erin sambil memberikan Charlos pada Vanya, dan ia masuk duduk di kursi belakang. Vanya masuk dan memangku Charlos, sementara Charles mengemudikan mobil. Di tengah jalan, tiba-tiba Erin minta diturunkan di kantor Frans."Loh kenapa, Ma?" tanya Vanya.“Lagi bete sama Charles juga, Mama malah mau gak ikut” batin Vanya."Ma
Semenjak insiden sebut nama di subuh waktu itu, terjadi perubahan sikap Vanya kepada Charles. Ia bertekad untuk menjaga hati dan perasaannya agar tidak terluka terlalu dalam. Sebisa mungkin ia menghindari bersentuhan maupun bertatapan dengan Charles. Karena sekali tersentuh atau memandang wajah dan mata Charles, dapat membuat runtuh benteng pertahanan Vanya.Mobil yang dikemudikan Charles berhenti tepat di depan kantor Vanya. Ia membuka seatbeltnya dan langsung turun dari mobil tanpa menoleh sedikitpun pada Charles.“Sudah hampir seminggu, tapi dia masih cuek aja” gumam Charles. Ia menginjak pedal gas dan melajukan mobil menuju kantor.Setelah absen, Charles bergegas pergi lagi."Mau kemana, Bang?" tanya Tere saat Charles membuka pintu mobilnya."Ada urusan sebentar," sahut Charles. Ia memundurkan mobilnya, kemudian keluar dari parkiran kantornya. Kemana lagi, kalau bukan ke makamnya Kirana. Seperti biasanya, ia membeli sebuket mawar di toko bunga depan makam. Ma
Seperti beberapa hari yang lalu, hari ini Charles telah memberi tahu bahwa ia akan pulang larut malam lagi. Pamitnya masih seperti kemarin, melanjutkan penyelidikan kasus bom waktu itu. Padahal hari ini adalah hari pertama bagi Vanya ikut dalam acara keluarga Charles. Pertemuan keluarga hari ini disponsori oleh adiknya Frans yang bertempat di salah satu restoran di Jakarta. Setelah semuanya siap, mereka menaiki mobil Frans yang akan dikemudikan oleh Sandra.Sebenarnya agak sedikit kecewa, karena Charles tak dapat bergabung dan menemani Vanya di acara keluarga yang perdana diikutinya. Tapi yang namanya tugas, gak mungkin ditinggalkan.Mereka memasuki restoran dan menuju ke bagian belakang, tempat acara akan berlangsung. Dari jauh, sudah terlihat keseruan. Musik yang terdengar sedikit nyaring, anak-anak kecil yang bermain lari-larian."Silahkan," sambut tuan rumah saat Frans sekeluarga sampai. Setelah saling berjabat tangan, Erin mengajak Vanya duduk, sementara Frans menem
Seperti yang diucapkan Mama kemarin, hari ini siaran tivi di penuhi oleh breaking news yang menyiarkan adanya bom meledak di salah satu rumah ibadah yang menyebabkan pelaku meninggal di tempat. Rumah ibadah yang berada tidak jauh dari kantor polisi tempat Charles bekerja, membuat beberapa personil kepolisian berhambur menuju lokasi kejadian, termasuk Charles."Ih ngeri banget sih beritanya," decak beberapa nasabah yang tengah duduk menunggu antrian, sambil menonton tv. Vanya yang baru saja datang dari toilet dan hendak menekan tombol antrian, melirik ke arah tv dan melihat Charles tengah berdiri di samping petugas kepolisian yang sedang memberikan keterangan. Saat wawancara dengan petugas kepolisian itu selesai, Vanya mengambil handphone di laci dan menghubunginya. Tak ada sahutan dari seberang sana meskipun panggilan itu statusnya terhubung.Kamu baik-baik aja kan?Vanya mengirimkan pesan itu kepada Charles, berharap akan langsung di respon, tapi ternyata tid