Share

Undur Diri

Penulis: Lystania
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-07 13:00:19

Setelah melalui perdebatan batin, Vanya mantap mengajukan surat resign nya. Beberapa temannya sangat menyayangkan keputusan resign Vanya, tapi tak sedikit yang ingin mengikuti jejak Vanya.

"Tapi nanti kalau sudah beneran resign, dana di tabungan jangan dipindah ya, kalau bisa sih ditambahin," ucap Bu Wiwi.

Vanya hanya tersenyum.

Beneran resign?

Isi pesan Yuda.

"Iya, Bang." Vanya langsung menghubungi Yuda.

"Udah yakin?" tanya Yuda di seberang sana.

"Iya, Bang. Supaya fokus bisa urus Charlos. Kasihan dia, kalau Vanya kerja."

"Kalau keputusan kamu seperti itu, Abang cuma bisa dukung aja. Semoga kedepannya kamu semakin bahagia dan ngasih Charlos, Rafa, dan Rafi teman main baru."

"Apaan sih, Bang."

"Kalian udah mau dua tahun lo," ucap Yuda.

"Iya, iya, iya. Vanya tutup dulu ya. Dadah." Vanya mematikan sambungan teleponnya.

***

Vanya baru saja selesai membersihkan diri sepulang kerja. Ia menemui Erin juga Charles di ruang tengah.

"Makasih ya, Vanya," ucap Erin saat Vanya duduk di samping Ibu Mertuanya itu.

"Makasih buat apa, Ma?" Vanya melempar pelan bola ke arah Charlos.

"Vanya mau fokus mengurus Charlos. Mama gak salah pilih menantu ternyata," ujarnya seraya tersenyum.

"Tugas Vanya sebagai ibu sambung Charlos harus memperhatikan dia sepenuhnya, Ma. Mama kan sudah sibuk, ngurus rumah, ngurus Papa, masa iya Vanya egois, tetap kerja dan membiarkan Mama ngurus Charlos sendiri? Mama kan juga harus memperhatikan kesehatan Mama." Erin terharu mendengar ucapan Vanya. Ia merasa sangat bahagia bisa akrab begini dengan istri anaknya. Rasanya seperti anak sendiri.

Sandra dan Frans baru saja pulang dari kantor. Erin langsung menghampiri Frans kemudian hilang di balik pintu kamarnya.

"Ternyata kerjaan di kantor Papa, ribet dan banyak juga, Kak," sahut Sandra saat Vanya menanyakan bagaimana kerjaan Sandra.

"Namanya juga kerja, San."

"Iya sih, Kak. Untung juga Sandra kerja di kantor Papa, jadi bisa sedikit santai," ucap Sandra sembari tersenyum lebar. Ia pamit mandi dan berlalu dari ruang tengah.

Vanya mengajak Charlos bermain di teras depan. Matahari sore masih menampakkan sinarnya walau tak seterik siang tadi. Beberapa tanaman hias masih meneteskan air dari daunnya, setelah disiram oleh Erin. Menikmati sore seperti ini membuat Vanya merasa damai. Sudah lama ia tak seperti ini.

"Pelan-pelan ya Charlos," ucap Vanya pada Charlos yang mulai berlarian di halaman rumah. Vanya cepat menghampiri Charlos, saat pintu pagar terbuka dan mobil Charles masuk.

"Papa," ucap Charlos yang disambut dengan tangan terbuka Charles kemudian menggendong Charlos. Vanya mengikuti mereka dari belakang.

"Sama Ami dulu ya, Sayang. Papa mau mandi dulu." Charles menurunkan Charlos dan masuk ke kamar.

***

Sudah pukul setengah sepuluh malam, tapi Charlos masih tetap terjaga. Tak mau ditidurkan. Ia masih asyik bermain di atas tempat tidur dengan mobil-mobilannya.

"Tumben Charlos masih main jam segini, belum ngantuk ya," ucap Charles yang berbaring di sebelahnya.

"Main. Main. Mbil." Ucapan khas anak kecil. Charles melirik Vanya yang sudah berkali-kali menguap. Biar dipaksa bagaimanapun, Charlos tetap masih ngotot mau main.

"Kamu kalau mau tidur, tidur aja. Biar aku yang temani dia main. Paling sebentar lagi dia capek sendiri," ucap Charles.

"Aku tidur sebentar ya." Vanya menarik selimut dan langsung terpejam. Gak tahu kenapa sejak masuk ke kamar jam sembilan tadi dia sudah ngantuk banget.

Baru sebentar ditinggal tidur oleh Vanya, Charlos langsung tampak mengantuk. Tak bisa menidurkan Charlos dengan gaya Vanya, ia kemudian menggendong Charlos, menimang-nimangnya sambil memberinya sebotol sufor. Dengan hati-hati, Charles meletakkan Charlos di box bayinya.

"Tidur ya," ucap Charles sembari mengelus-ngelus rambut anaknya itu.

“Dia udah tidur” gumam Charles melirik Vanya. Sambil menunggu kantuknya datang, Charles memeriksa isi handphonenya.

Vanya menggeliat, meregangkan otot-ototnya.

"Charlos sudah tidur?" tanyanya. Melihat Vanya terbangun, ia langsung mengunci layar handphone dan mendekati Vanya.

"Udah dong. Udah nyenyak di tempat tidurnya." Charles ikut nimbrung, masuk ke dalam selimut.

"Aku senang banget pas tadi aku pulang, kamu dan Charlos nungguin aku di depan rumah. Nanti kalau kamu sudah resmi resign dari kantor, kita tinggal di rumah sendiri ya? Pisah dari sini." Perkataan Charles membuatnya terdiam. Apa jadinya kalau mereka hanya bertiga di rumah saja. Masih tak terbayangkan di benaknya.

"Memangnya kenapa kalau di sini?" tanya Vanya.

"Sudah berkeluarga sendiri dan kamu juga sudah berhenti kerja, kan harus belajar mandiri. Kamu gak mau tinggal serumah sama aku?"

"Ini kan kita serumah?"

"Betul. Ini serumah dan sekamar lagi, tapi ini kan rumah Mama. Nanti aku ajak kamu lihat rumah yang akan kita tempati." Vanya tak menyahut.

"Aku gak sabar pengen cepet-cepet pindah ke rumah sendiri. Bebas ngapa-ngapain." Lirikan mata Charles membuat Vanya merinding.

"Memang kamu mau ngapain?" selidik Vanya.

"Terserah. Kan sudah di rumah sendiri, jadi bebas dong." Charles meraih tangan Vanya dan menggenggamnya pelan namun perlahan mengerat.

"Seperti ini, mungkin lebih," ucap Charles. Indra penciumannya membaui leher jenjang Vanya.

"Sudah," ucap Vanya sembari mencubit perut Charles.

"Apa? Lagi?" Charles tak menghiraukan perkataan. Ia menyesap si merah nan kenyal sembari memainkan lidahnya. Kembali mendapat respon positif dari Vanya, Charles membiarkan jari-jari tangannya bergerilya. Menari-nari diatas kulit mulus Vanya. Charles mencampakkan bajunya hingga Vanya dapat melihat otot-otot yang tersembunyi dibalik bajunya. Tanpa disadarinya, kini hanya tinggal pakaian berwarna hitam yang menutupi dua bagian terpenting di tubuhnya. Charles melakukannya dengan sangat cepat hingga ia tak merasa bahwa pakaiannya pun telah melayang. Dalam keadaan seperti itu, Vanya merasa sangat malu. Wajahnya memerah tak berani memandang Charles.

"Tenang lah," bisiknya lembut di telinga Vanya. Selembut bisiknya tadi, begitu juga dengan perlakuannya sekarang, lembut dan sangat menghanyutkan. Ia sangat lihai membuat Vanya tak berkutik.

Saat Charles bersiap menuju ke inti permainan. Ia menatap mata Vanya, seolah meminta izin. Namun bukan anggukan tanda setuju yang dilihatnya, tapi bulir-bulir bening yang menggenang di pelupuk mata kemudian menetes membasahi bantal. Vanya menggelengkan kepala dan membalikkan badannya.

"Aku gak akan maksa," ucap Charles sambil menghela nafas. Ia menarik selimut, untuk menyelimuti mereka berdua yang dalam keadaan hampir tanpa sehelai pakaian.

"Meskipun kita sekarang sudah menikah, aku masih gak tahu dan belum yakin dengan isi hati juga perasaan kamu. Meskipun kamu tampak baik dan sangat perhatian denganku, tapi semua itu belum bisa membuat ku percaya dengan--"

Charles memeluknya, membuat Vanya tak meneruskan ucapannya. Pelukan yang selama ini Vanya sendiri tak tahu tujuannya untuk apa.

"Gak apa-apa," ucap Charles.

Bukan itu yang sebenarnya ingin didengar Vanya, tapi pernyataan cinta dari mulut Charles. Sayangnya, kata-kata itu seolah susah dan tabu keluar dari mulut Bapaknya Charlos itu. Vanya akan terus seperti ini selama Charles kekeh tak mengutarakan perasaannya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • DUDA POLISI BUCIN   Air Mata

    Sepanjang jalan Charlos yang duduk di pangkuan Erin terus berdecak kagum melihat gedung-gedung tinggi dan ramainya kendaraan di jalan raya. Rona wajahnya sama dengan cuaca pagi ini, sangat cerah. Seperti tahu ia akan berkunjung ke makam ibunya saja. Empat puluh lima menit perjalanan, mereka akhirnya tiba di pemakaman umum tempat Kirana beristirahat untuk selamanya."Mobilnya Charles," ucap Erin seraya menunjuk mobil besar dengan warna hitam yang terparkir di bawah pohon."Iya, Ma," jawab Vanya sambil menoleh."Sayang, kamu duluan ya. Biar Mama beli bunga dulu," suruh Erin. Dengan menggendong Charlos, Vanya masuk ke area pemakaman yang dipenuhi pepohonan. Ia melangkahkan kaki pasti menuju pusara Kirana, istri pertama suaminya itu."Hai sayangku yang akan selalu mengisi hatiku," sapa Charles sambil mengusap nisan bertuliskan nama istri pertamanya itu. Sapaan yang terdengar jelas di telinga Vanya. Yang akan selalu mengisi hati ku.Kalimat itu berputar

  • DUDA POLISI BUCIN   Gangguan

    Setelah melalui segala macam pertimbangan, dengan berat hari Erin akhirnya memperbolehkan Charles, Vanya, dan juga Charlos untuk pindah ke rumah sendiri. Bukan hari ini, namun masih beberapa hari lagi. Erin sengaja mengulur waktu, karena memang ia masih berat untuk melepas mereka pergi dari rumah. Setelah dari bayi ia merawat cucu pertamanya, mulai dari hanya bisa menangis, sampai sekarang sudah terus mengoceh tak bisa diam. Ia merasa sangat kehilangan. Ditambah lagi dengan Vanya, menantu yang sangat baik dan selalu bisa membuatnya senang.Ia membantu Vanya berkemas-kemas di kamar Charles. Memasukkan baju-baju Charlos ke dalam koper dan beberapa perlengkapannya ke dalam kardus."Mama sedih lo kalian pindah dari sini," ucap Erin sambil melipat baju Charlos."Vanya sebenarnya juga sedih, Ma. Sudah kerasan di sini. Walau sekarang Vanya sudah gak kerja lagi, Vanya tetap merasa happy, gak kesepian."Punya mertua dan ipar sebaik dan seramah keluarga Cha

  • DUDA POLISI BUCIN   Perang Dingin

    Dengan mengendarai mobil Sandra, Vanya melajukan mobil diatas jalan yang masih basah akibat hujan yang baru saja reda."Belakangan ini Mama lihat kamu sepertinya sedang perang dingin dengan Papanya Charlos ya?""Ah enggak kok, Ma. Perasaan Mama aja kali," elak Vanya.Meski tak segalak awal-awal waktu kejadian itu, sikap Vanya memang masih sedikit berbeda dengan Charles. Erin beberapa kali memergoki Vanya yang mengacuhkan Charles."Kamu bilang aja sama Mama kalau Charles macam-macam sama kamu ya, biar Mama yang kasih pelajaran sama dia," ucap Erin."Iya, Ma." Vanya mengiyakan ucapan Erin. Walau kenyataannya, itu tidak mungkin dilakukannya. Sebisa mungkin, ia berusaha mengatasi masalahnya sendiri.Mereka tiba di kantor Frans tepat jam makan siang bersamaan dengan datangnya Charles."Kamu bawain rantang makan di kursi belakang ya," ucap Erin pada Charles sebelum masuk ke dalam kantor."Kamu masak apa?" tanya Charles pada Vanya."Gak masak. Bu Tuti ya

  • DUDA POLISI BUCIN   Sakit

    Sejak kejadian di luar dugaan itu, Vanya sama sekali tak ingin melihat Charles. Sebenarnya ia ingin mencoba membujuk, meluluhkan Hati Vanya lagi, tapi ia sendiri bingung harus mulai dari mana. Karena setiap bersama dengan yang lain, Vanya bersikap seperti biasa. Ia tetap melayani Charles, tapi saat mereka berdua saja, sikap Vanya langsung berubah.Sayup-sayup terdengar suara ayam berkokok, membuat Vanya terbangun. Ia duduk di tepi ranjang sambil mengucek-ngucek matanya. Matanya melirik ke arah jam di dinding yang masih menunjukkan pukul setengah lima pagi. Saat ia ingin melangkahkan kaki, ia tersandung dan jatuh menimpa Charles.“Ngapain dia tidur di dekat sini? Biasanya dia tidur agak jauh kesana” gumam Vanya seraya ingin bangun. Namun tangannya diraih oleh Charles. Tak ada kata-kata, namun Vanya dapat merasakan suhu badan Charles tidak seperti biasanya. "Cepatlah," ucap Vanya saat Charles ogah-ogahan pindah ke atas tempat tidur.“Masih judes aja” batin Charles. Ia

  • DUDA POLISI BUCIN   Cek Rumah

    Pagi ini Vanya tetap bangun seperti biasa. Meski sekarang telah di rumah saja, ia tetap memperhatikan penampilannya. Memakai skincarenya dan memoles tipis bedak juga lipstiknya. Ia membuka lebar pintu lemari dan memandangi pakaian yang ada di dalam sana. Berpikir, apakah harus menyiapkan baju yang akan dipakai oleh Bapaknya Charlos untuk bekerja."Pagi-pagi sudah rapi dan wangi. Bikin malas pergi kerja deh," ucap Charles menyergap Vanya dalam pelukannya."Gimana kalau sudah di rumah sendiri ya, setiap hari mungkin aku terlambat masuk kerja." Vanya menarik nafas. Bibir Charles mengecap mulai dari telinga sampai pada leher Vanya."Ami …. Ami …." Charlos bersuara dari dalam boxnya."Charlos ini gak bisa lihat Papanya senang sedikit deh," ucap Charles melepaskan bibirnya kemudian berjalan menghampiri Charlos."Ih ketawa lagi." Charles mencium gemas pipi anaknya itu karena tertawa saat diangkat Charles."Sini Charlos sama Ami ya, Papanya mandi dulu mau kerja." Van

  • DUDA POLISI BUCIN   Undur Diri 2

    Setelah mendapat informasi dari sekretaris bahwa Kepala Cabang tak ada tamu dan kesibukan, pukul setengah empat, Vanya menghadap ke tempat beliau untuk pamit."Terimakasih ya, Vanya, kamu sudah banyak membantu kantor kita. Semoga setelah ini kamu semakin sukses ya," pesan Kepala Cabang sebelum Vanya keluar dari ruangan beliau."Terima kasih ya, Pak."Vanya keluar dari ruangan beliau lantas berpamitan dengan seisi kantor mulai lantai tiga. Beberapa dari mereka bahkan memberikan kenang-kenangan untuk Vanya. Membuatnya merasa senang sekaligus sedih. Beberapa orang yang berpapasan dengannya juga mengucapkan permintaan maaf bila selama bekerja ada salah kata maupun perbuatan. Ia masuk ke dalam mobil Charles dan meletakkan beberapa kenang-kenangan yang diberi tadi di kursi belakang.Ia memandang kantor yang memberikan banyak kenangan melalui kaca spion. Sampai jauh dan tak terlihat lagi, baru Vanya mengalihkan pandangannya.“Akhirnya aku benar-benar berhenti bekerja. B

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status