Share

Undur Diri 2

Penulis: Lystania
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-08 09:13:45

Setelah mendapat informasi dari sekretaris bahwa Kepala Cabang tak ada tamu dan kesibukan, pukul setengah empat, Vanya menghadap ke tempat beliau untuk pamit.

"Terimakasih ya, Vanya, kamu sudah banyak membantu kantor kita. Semoga setelah ini kamu semakin sukses ya," pesan Kepala Cabang sebelum Vanya keluar dari ruangan beliau.

"Terima kasih ya, Pak."

Vanya keluar dari ruangan beliau lantas berpamitan dengan seisi kantor mulai lantai tiga. Beberapa dari mereka bahkan memberikan kenang-kenangan untuk Vanya. Membuatnya merasa senang sekaligus sedih. Beberapa orang yang berpapasan dengannya juga mengucapkan permintaan maaf bila selama bekerja ada salah kata maupun perbuatan. Ia masuk ke dalam mobil Charles dan meletakkan beberapa kenang-kenangan yang diberi tadi di kursi belakang.

Ia memandang kantor yang memberikan banyak kenangan melalui kaca spion. Sampai jauh dan tak terlihat lagi, baru Vanya mengalihkan pandangannya.

“Akhirnya aku benar-benar berhenti bekerja. Bertahun-tahun aku bekerja dan sekarang akan stay di rumah. Semoga semuanya akan lebih baik lagi” batinnya. Helaan nafasnya menyiratkan rasa sedih. Wajahnya termenung tak bersemangat. Charles menggenggam tangan Vanya dan memandangnya.

"Makasih ya," ucap Charles yang kemudian menarik tangannya, kembali memegang setir mobil.

"Kamu sudah mau fokus untuk ngerawat Charlos. Meski aku tahu kamu berat untuk melepas kerjaan kamu sekarang." Tak ada jawaban dari Vanya. Pandangannya lurus menatap ke depan. Ia bukannya menyesal atas keputusan yang diambilnya, hanya dirinya sedang perlu waktu menyesuaikan dengan keadaan baru yang akan di laluinya. Terbiasa bangun pagi dan pergi bekerja, kini tak lagi sama seperti itu. Ia akan tetap bangun pagi hanya saja akan berbeda kegiatannya sekarang. Mengurus Charlos dan membantu pekerjaan rumah.

***

Setelah selesai makan malam, seperti biasa mereka berkumpul di ruang tengah. Menikmati siaran tivi, sembari melepas penat akibat aktivitas kerja seharian.

"Ma, Charles ada rencana mau pindah ke rumah sendiri," ucapnya. Mama yang tengah asyik membalas pesan di handphonenya langsung menatap Charles sembari menautkan alisnya bingung.

"Kenapa? Kamu bosan tinggal disini?"

"Enggak, Ma. Di rumah orang tua sendiri masa iya bosan."

"Terus kenapa?"

"Pengen mandiri aja, Ma. Iya kan Aminya Charlos?" Charles menatap Vanya seolah meminta dukungan. Vanya hanya tersenyum. Ia sendiri sebenarnya bingung harus senang atau sedih dengan keputusan Charles itu. Membayangkan akan tinggal serumah dengan laki-laki yang dari luar tampak perhatian dan sayang namun belum pernah sama sekali mengungkapkannya secara langsung.

"Bagus itu. Jadi kalian bisa saling bekerja sama dalam mengurus rumah tangga. Ada rasa tanggung jawab dengan keluarga kecil kalian." Frans mendukung keinginan putranya itu.

"Baru juga Aminya Charlos resign, masa kalian mau langsung tinggalin Mama?" Erin sedikit keberatan dengan keinginan Charles.

"Kan pindahnya gak langsung besok, Ma. Charles bilang sekarang, jadi nanti Mama gak kaget."

"Pokoknya Mama gak setuju kalau kalian pindahnya dalam waktu dekat ini."

"Enggak kok, Ma," sahut Charles.

“Baru juga beberapa jam resmi resign, dia udah mau pindah ke rumah sendiri aja. Mau jadi apa aku di sana? Lingkungan baru hanya berdua dengan Charlos di rumah, sementara dia kerja? Pulang sore bahkan bisa pulang tengah malam” batin Vanya.

Ia pamit membawa Charlos tidur lebih dulu ke dalam kamar, meninggalkan mereka yang masih asyik ngobrol.

"Jadi Bang Charles mau ngajak Kak Vanya tinggal di rumah yang Abang tempati sama Kak Kirana dulu?" tanya Sandra saat Vanya telah masuk ke dalam kamar.

"Kamu lupa, rumah itu sudah dijual sebelum Kirana lahiran." Erin mengingatkan Sandra.

"Oh iya ya. Jadi, Abang udah beli rumah baru lagi?"

"Sudah. Sudah lama sih itu. Abang beli waktu sama Kirana dulu."

"Jadi rumah itu sudah Abang tempati sama Kak Kirana?"

"Belum sempat, San. Dia cuma ngeliat doang."

"Oh. Jangan sampai disana ada barang-barang Kak Kirana lo, Bang. Nanti Kak Vanya malah gak mau tinggal di sana lagi," ucap Sandra.

"Seingat Abang, gak ada sih kayaknya," sahut Charles.

"Kalau nanti kalian sudah di rumah sendiri, jangan sampai Mama tahu kalian ngelakuin yang aneh-aneh ya. bakal Mama paksa kalian pindah lagi ke sini." Ancam Erin.

"Belum juga pindah udah di ultimatum macam-macam sama Mama," ujar Charles yang membuat Sandra tertawa sambil berjalan masuk ke kamar.

Charles kemudian mematikan tivi dan meninggalkan ruang tengah masuk ke kamar.

"Kamu kenapa tadi cuman senyum, waktu aku bilang kita mau mandiri?"

Vanya berpaling menatap Charles, kemudian melanjutkan aktivitasnya yang tengah memakai skincare malam.

"Terus aku harus gimana?" Vanya berjalan dan naik ke atas tempat tidur.

"Kamu gak suka kalau kita pindah dari sini dan tinggal di rumah sendiri?" Charles kembali bertanya.

"Bukannya gak suka. Cuma aku masih belum siap. Belum siap hanya kita bertiga di rumah, dengan kamu yang juga belum jelas perasaannya." Vanya menarik selimut dan memejam matanya. Ia tak ingin mendengar jawaban Charles yang memang Charles sendiri hanya diam mendengar ucapan Vanya tadi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • DUDA POLISI BUCIN   Surprise

    Hari-hari berjalan seperti biasa, meski telah tidur terpisah selama kurang lebih satu bulan. Vanya tetap menjalankan tugasnya sebagai ibu rumah tangga dan istri. Ia tetap melayani suaminya. Seperti pagi ini, ia pun tak keberatan untuk mengantarkan Charles ke kantor. Setelah menempatkan Charlos pada kursi khusus anak yang terpasang di kursi belakang, mereka meninggalkan rumah dan menuju kantor Charles."Kalian mau langsung pulang atau ada tujuan lain?" tanya Charles sebelum turun dari mobil."Mampir ke tempat Mama boleh kan?"Charles mengangguk seraya membelai lembut lengan Vanya. "Kalian hati-hati ya."***Vanya berada di rumah Mama, hingga selesai jam makan siang. Seperti tahu anak dan cucunya akan datang, Mama memasak makanan kesukaan Vanya. Ia makan dengan lahap sementara Charlos diurus oleh Mama."Wuih, hebat nih cucu Oma makannya habis," ucap Mama girang sambil bertepuk tangan yang kemudian diikuti oleh Charlos. Mama kemudian membersihkan mulut Char

  • DUDA POLISI BUCIN   Pisah Ranjang

    Rumah baru dengan satu lantai dan halaman yang cukup luas itu, penuh dengan keluarga Vanya dan juga Charles. Setelah mengucap doa dan syukur, mereka bergantian menikmati makanan yang telah tertata rapi di meja panjang. "Cuman makan sayur aja? Kamu diet," ucap Nana saat melihat piring yang dipegang Vanya. "Mau diet apa coba, Kak. Vanya sudah gini," ucap Vanya sambil melihat badannya. Gak gemuk gak kurus juga sih."Iya kamu gak usah diet-diet ya, tapi jangan juga sampe bablas," timpal Mama."Iya, Ma," sahut Vanya.Jarum jam mulai menunjuk ke pukul tiga sore, saat beberapa keluarga sudah mulai pamit pulang. Dengan didampingi Vanya, Charles mengantarkan keluarganya yang pamit pulang. Ia juga mengucapkan terimakasih kepada mereka, karena telah bersedia hadir di acara ini. Vanya dibantu Bu Sum, membereskan meja makan kemudian membawa beberapa piring dan gelas yang kotor ke dapur."Bu Vanya di depan saja, biar saya yang bereskan, Bu," ucap Bu Sum saat melihat

  • DUDA POLISI BUCIN   Air Mata

    Sepanjang jalan Charlos yang duduk di pangkuan Erin terus berdecak kagum melihat gedung-gedung tinggi dan ramainya kendaraan di jalan raya. Rona wajahnya sama dengan cuaca pagi ini, sangat cerah. Seperti tahu ia akan berkunjung ke makam ibunya saja. Empat puluh lima menit perjalanan, mereka akhirnya tiba di pemakaman umum tempat Kirana beristirahat untuk selamanya."Mobilnya Charles," ucap Erin seraya menunjuk mobil besar dengan warna hitam yang terparkir di bawah pohon."Iya, Ma," jawab Vanya sambil menoleh."Sayang, kamu duluan ya. Biar Mama beli bunga dulu," suruh Erin. Dengan menggendong Charlos, Vanya masuk ke area pemakaman yang dipenuhi pepohonan. Ia melangkahkan kaki pasti menuju pusara Kirana, istri pertama suaminya itu."Hai sayangku yang akan selalu mengisi hatiku," sapa Charles sambil mengusap nisan bertuliskan nama istri pertamanya itu. Sapaan yang terdengar jelas di telinga Vanya. Yang akan selalu mengisi hati ku.Kalimat itu berputar

  • DUDA POLISI BUCIN   Gangguan

    Setelah melalui segala macam pertimbangan, dengan berat hari Erin akhirnya memperbolehkan Charles, Vanya, dan juga Charlos untuk pindah ke rumah sendiri. Bukan hari ini, namun masih beberapa hari lagi. Erin sengaja mengulur waktu, karena memang ia masih berat untuk melepas mereka pergi dari rumah. Setelah dari bayi ia merawat cucu pertamanya, mulai dari hanya bisa menangis, sampai sekarang sudah terus mengoceh tak bisa diam. Ia merasa sangat kehilangan. Ditambah lagi dengan Vanya, menantu yang sangat baik dan selalu bisa membuatnya senang.Ia membantu Vanya berkemas-kemas di kamar Charles. Memasukkan baju-baju Charlos ke dalam koper dan beberapa perlengkapannya ke dalam kardus."Mama sedih lo kalian pindah dari sini," ucap Erin sambil melipat baju Charlos."Vanya sebenarnya juga sedih, Ma. Sudah kerasan di sini. Walau sekarang Vanya sudah gak kerja lagi, Vanya tetap merasa happy, gak kesepian."Punya mertua dan ipar sebaik dan seramah keluarga Cha

  • DUDA POLISI BUCIN   Perang Dingin

    Dengan mengendarai mobil Sandra, Vanya melajukan mobil diatas jalan yang masih basah akibat hujan yang baru saja reda."Belakangan ini Mama lihat kamu sepertinya sedang perang dingin dengan Papanya Charlos ya?""Ah enggak kok, Ma. Perasaan Mama aja kali," elak Vanya.Meski tak segalak awal-awal waktu kejadian itu, sikap Vanya memang masih sedikit berbeda dengan Charles. Erin beberapa kali memergoki Vanya yang mengacuhkan Charles."Kamu bilang aja sama Mama kalau Charles macam-macam sama kamu ya, biar Mama yang kasih pelajaran sama dia," ucap Erin."Iya, Ma." Vanya mengiyakan ucapan Erin. Walau kenyataannya, itu tidak mungkin dilakukannya. Sebisa mungkin, ia berusaha mengatasi masalahnya sendiri.Mereka tiba di kantor Frans tepat jam makan siang bersamaan dengan datangnya Charles."Kamu bawain rantang makan di kursi belakang ya," ucap Erin pada Charles sebelum masuk ke dalam kantor."Kamu masak apa?" tanya Charles pada Vanya."Gak masak. Bu Tuti ya

  • DUDA POLISI BUCIN   Sakit

    Sejak kejadian di luar dugaan itu, Vanya sama sekali tak ingin melihat Charles. Sebenarnya ia ingin mencoba membujuk, meluluhkan Hati Vanya lagi, tapi ia sendiri bingung harus mulai dari mana. Karena setiap bersama dengan yang lain, Vanya bersikap seperti biasa. Ia tetap melayani Charles, tapi saat mereka berdua saja, sikap Vanya langsung berubah.Sayup-sayup terdengar suara ayam berkokok, membuat Vanya terbangun. Ia duduk di tepi ranjang sambil mengucek-ngucek matanya. Matanya melirik ke arah jam di dinding yang masih menunjukkan pukul setengah lima pagi. Saat ia ingin melangkahkan kaki, ia tersandung dan jatuh menimpa Charles.“Ngapain dia tidur di dekat sini? Biasanya dia tidur agak jauh kesana” gumam Vanya seraya ingin bangun. Namun tangannya diraih oleh Charles. Tak ada kata-kata, namun Vanya dapat merasakan suhu badan Charles tidak seperti biasanya. "Cepatlah," ucap Vanya saat Charles ogah-ogahan pindah ke atas tempat tidur.“Masih judes aja” batin Charles. Ia

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status