Share

Gelap

Penulis: Lystania
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-07 10:45:10

Vanya menekan pesan suara yang dikirimkan Charles.

Ayo pulang Aminya Charlos.

Teman-temannya menoleh pada Vanya.

"Aku duluan pulang ya. Des, minta tolong matiin komputer aku ya," ucap Vanya. Ia mengambil handphonenya, cepat-cepat meninggalkan ruangan sebelum ditanya macam-macam sama mereka. Mereka pasti dengan jelas mendengar isi pesan suara yang dikirim Charles tadi. Menyebutkan nama Charlos. Karena ia sendiri pun baru tahu kalau Charlos memiliki rekening di bank tempatnya bekerja.

“Siapa yang ngirim uang sebanyak itu ya? Cuma dua aja nih, kalau bukan Charles pasti Omanya nih” hatinya bertanya-tanya sepanjang jalan menuju mobil Charles.

Begitu masuk ke dalam mobil dan memasang seatbelt ia langsung menanyakan perihal kiriman uang itu.

"1,5 M?" ulang Charles. Memastikan ia tidak salah dengar.

"Iya. Masuk di rekening tabungan Charlos," ucap Vanya.

"Kamukan sudah lihat saldo di rekening aku, belum nyampe 1 M. Dulu sih Mama pernah bilang mau bukain Charlos tabungan, jadi itu paling Mama yang transfer," sahut Charlos. Bener aja, sebuah pesan dari Erin masuk. Ia mengirim bukti transfer uang ke rekening Charlos.

"Betul kata kamu. Ini Omanya Charlos baru kirim buktinya sama aku." Vanya menunjukkan layar handphonenya pada Charles yang menampilkan foto bukti kiriman uang itu.

"Lumayan kan, supaya target kantor kamu cepet tercapai."

Vanya mengangguk.

***

"Udah tidur Charlos?" tanya Charles saat baru masuk ke dalam kamar.

"Sudah." Jawab Vanya singkat.

"Taruh di box aja ya. Aku mau bicara."

"Bicara aja sekarang. Charlos di box atau di tempat tidur kan gak ngaruh sama pembicaraan kita," protes Vanya.

"Kamu tinggal taruh Charlos di box apa susahnya sih? Kasihan nanti dia kalau kebangun pas kita bicara."

Vanya mengalah dan menuruti perkataan Charles.

"Cuma bicara aja kan?" tanya Vanya memastikan. Ia berbaring di atas tempat tidur, agak jauh dari Charles.

"Iya bicara aja. Mulut bicara, tangan bicara."

"Maksud dari tangan bicara itu apa? Kau mau main pukul?"

"Ya ampun. Aku KDRT beneran baru tau rasa kamu ya," ucap Charles sedikit kesal.

Charles menarik nafas panjang dan menghembuskannya. Ia memberi kode agar Vanya mendekat.

"Ngapain?" tanya saat melihat Charles mengeluarkan kartu ATM beserta buku tabungannya.

"Selama ini aku belum pernah nafkahin kamu. Jadi ini kartu ATM dan buku tabungan aku, kamu pegang. Kamu pakai uangnya kalau kamu ada perlu atau mau beli sesuatu. Meski kamu kerja dan punya penghasilan sendiri, seharusnya aku tetap memberikan kamu nafkah." Charles memberikan kartu ATM dan buku tabungannya ke tangan Vanya.

"Kamu bebas mau pake uangnya buat apapun. Yang penting tanggung jawabnya ada. Bukan karena aku bilang bebas lalu kamu seenaknya ngabisin uangnya buat hal yang gak jelas."

"Iya aku tahu," sahut Vanya. Ia meletakkan kartu ATM dan buku tabungan itu di meja samping tempat tidurnya. Charles kemudian membisikkan pin ATM nya di telinga Vanya.

"Yang kamu pegang itu, rekening khusus untuk tabunganku yang sekarang sudah jadi tabungan kita bersama. Yang kemarin aku lihatkan m bankingnya sama kamu. Kalau ini--" Charles menunjukkan satu lagi kartu ATM.

"ini ATM gaji. Karena aku ingin mulai terbuka sama kamu, jadi setiap kali ada notif gaji masuk, aku forward ke kamu. Dan dari gaji yang setiap bulan aku terima, aku juga bakal transfer ke kamu sebagian." Charles kemudian memberikan handphonenya pada Vanya, agar Vanya menuliskan nomor rekeningnya.

“Tumben nih orang, naik bener. Padahal aku gak pernah menyinggung masalah gaji. Kenapa tiba-tiba dia kayak gini ya? Patut dicurigai nih. Atau jangan-jangan dia mau nuntut nafkah batin karena sudah ngasih nafkah lahir lagi. Aduh berdosa banget kalau sampai aku nolak dia terus-terusan. Tapi dia aja belum jelas perasaannya. Aku gak kalau gak di anggap sama dia' batin Vanya.

"Kamu ada yang mau di omongin?" tanya Charles yang melihat Vanya seperti tengah berpikir.

"Sebenarnya sih ada. Tapi masih ragu," ucap Vanya.

"Ragu kenapa?" Charles mendekat.

"Ragu mau resign atau enggak."

"Kenapa tiba-tiba mau resign? Padahal aku mah bebas kalau kamu masih mau kerja. Selama, Charlos tetap dapat perhatian dari kamu. Kalau aku sih udah bisa gak diperhatikan sama kamu," ucapnya santai.

Ngek

'Bisa-bisanya dia menyangkut pautkan segala sesuatu ke dia dan ujung-ujung menyentil aku' batin Vanya.

"Itu dia, karena aku kerja, jadi kadang aku merasa belum memberikan perhatian yang lebih buat Charlos. Aku takut dia jadi merasa kurang kasih sayang," ucap Vanya.

"Kayak aku. Kurang kasih sayang," ucap Charles sangat pelan tapi tetap dapat didengar Vanya.

"Kamu sih, kenapa setuju nikah sama wanita pekerja kayak aku?"

"Lah, aku yang salah? Kamu tanya sama Mama, kenapa ngotot supaya aku nikah sama kamu. Sudah tahu kamu kerja gak bisa full dua puluh empat jam sama anak."

"Kan kamu bisa nolak?" tanya Vanya lagi.

"Nolak? Kamu mau aku jadi anak durhaka? Mau aku sama wanita lain yang belum tentu sayang sama Charlos? Yang sayang sama harta dan bapaknya aja? Aku yang paling penting itu, wanita yang sayang sama anak aku dulu. Urusan sayang sama bapaknya belakang. Kayak kamu contohnya," ucap Charles yang membuat Vanya terdiam.

"Kalau aku pribadi, mendukung apapun pilihan kamu. Mau tetap kerja atau resign, aku akan tetap memberikan nafkah buat kamu." Charles memandang Vanya.

"Kamu pikirkan aja dulu matang-matang. Jangan sampai menyesal." Ucapan yang sama yang keluar dari mulut Charles dan juga Mama.

"Kalau kayak gini, kamu enak juga dibawa bertukar pikiran," ucap Vanya.

"Dibawa bertukar yang lain juga enak. Mau?" Charles menggoda.

"Kan tadi bilangnya cuma bicara aja--"

Seperti biasa, Charles berusaha kembali melancarkan aksinya. Sangat penasaran kenapa susah sekali dengan Aminya Charlos ini. Selalu saja ada gangguan-gangguan yang tak terduga datang. Sambil memberikan rasa pada Vanya, ia berdoa agar dijauhkan dari gangguan itu. Vanya sendiri tak kuasa untuk menolak Charles yang telah menimpanya. Dapat dirasakan kokohnya dada Charles. Wangi badannya yang khas sangat menghanyutkan. 

Jlebb

Keadaan yang tadi penuh dengan cahaya lampu, tiba-tiba menjadi gelap. Mati listrik. Charles mematung tak bergerak. Tetesan keringatnya mengalir jatuh ke atas tubuh Vanya. Dengan cepat Vanya meraih handphonenya menyalakan lampu senter. Walau remang-reman masih ada cahaya. Vanya merapikan bajunya. Terdengar derap langkah dari luar kamar.

"Kak Vanya sudah tidur?" Terdengar suara Sandra dari balik pintu kamar.

"Belum, San," jawab Vanya.

Untunglah tak berapa lama akhirnya listrik kembali menyala.

"Bang Charles baik-baik aja kan?" tanya Sandra. 

“Iya.” Vanya memberikan segelas air minum pada Charles agar ia sedikit tenang. Setelah meminum beberapa teguk air, Charles merebahkan diri. Menenangkan diri dan pikirannya yang memutar memori saat ia terjebak di gudang saat kecil.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • DUDA POLISI BUCIN   Gangguan

    Setelah melalui segala macam pertimbangan, dengan berat hari Erin akhirnya memperbolehkan Charles, Vanya, dan juga Charlos untuk pindah ke rumah sendiri. Bukan hari ini, namun masih beberapa hari lagi. Erin sengaja mengulur waktu, karena memang ia masih berat untuk melepas mereka pergi dari rumah. Setelah dari bayi ia merawat cucu pertamanya, mulai dari hanya bisa menangis, sampai sekarang sudah terus mengoceh tak bisa diam. Ia merasa sangat kehilangan. Ditambah lagi dengan Vanya, menantu yang sangat baik dan selalu bisa membuatnya senang.Ia membantu Vanya berkemas-kemas di kamar Charles. Memasukkan baju-baju Charlos ke dalam koper dan beberapa perlengkapannya ke dalam kardus."Mama sedih lo kalian pindah dari sini," ucap Erin sambil melipat baju Charlos."Vanya sebenarnya juga sedih, Ma. Sudah kerasan di sini. Walau sekarang Vanya sudah gak kerja lagi, Vanya tetap merasa happy, gak kesepian."Punya mertua dan ipar sebaik dan seramah keluarga Cha

  • DUDA POLISI BUCIN   Perang Dingin

    Dengan mengendarai mobil Sandra, Vanya melajukan mobil diatas jalan yang masih basah akibat hujan yang baru saja reda."Belakangan ini Mama lihat kamu sepertinya sedang perang dingin dengan Papanya Charlos ya?""Ah enggak kok, Ma. Perasaan Mama aja kali," elak Vanya.Meski tak segalak awal-awal waktu kejadian itu, sikap Vanya memang masih sedikit berbeda dengan Charles. Erin beberapa kali memergoki Vanya yang mengacuhkan Charles."Kamu bilang aja sama Mama kalau Charles macam-macam sama kamu ya, biar Mama yang kasih pelajaran sama dia," ucap Erin."Iya, Ma." Vanya mengiyakan ucapan Erin. Walau kenyataannya, itu tidak mungkin dilakukannya. Sebisa mungkin, ia berusaha mengatasi masalahnya sendiri.Mereka tiba di kantor Frans tepat jam makan siang bersamaan dengan datangnya Charles."Kamu bawain rantang makan di kursi belakang ya," ucap Erin pada Charles sebelum masuk ke dalam kantor."Kamu masak apa?" tanya Charles pada Vanya."Gak masak. Bu Tuti ya

  • DUDA POLISI BUCIN   Sakit

    Sejak kejadian di luar dugaan itu, Vanya sama sekali tak ingin melihat Charles. Sebenarnya ia ingin mencoba membujuk, meluluhkan Hati Vanya lagi, tapi ia sendiri bingung harus mulai dari mana. Karena setiap bersama dengan yang lain, Vanya bersikap seperti biasa. Ia tetap melayani Charles, tapi saat mereka berdua saja, sikap Vanya langsung berubah.Sayup-sayup terdengar suara ayam berkokok, membuat Vanya terbangun. Ia duduk di tepi ranjang sambil mengucek-ngucek matanya. Matanya melirik ke arah jam di dinding yang masih menunjukkan pukul setengah lima pagi. Saat ia ingin melangkahkan kaki, ia tersandung dan jatuh menimpa Charles.“Ngapain dia tidur di dekat sini? Biasanya dia tidur agak jauh kesana” gumam Vanya seraya ingin bangun. Namun tangannya diraih oleh Charles. Tak ada kata-kata, namun Vanya dapat merasakan suhu badan Charles tidak seperti biasanya. "Cepatlah," ucap Vanya saat Charles ogah-ogahan pindah ke atas tempat tidur.“Masih judes aja” batin Charles. Ia

  • DUDA POLISI BUCIN   Cek Rumah

    Pagi ini Vanya tetap bangun seperti biasa. Meski sekarang telah di rumah saja, ia tetap memperhatikan penampilannya. Memakai skincarenya dan memoles tipis bedak juga lipstiknya. Ia membuka lebar pintu lemari dan memandangi pakaian yang ada di dalam sana. Berpikir, apakah harus menyiapkan baju yang akan dipakai oleh Bapaknya Charlos untuk bekerja."Pagi-pagi sudah rapi dan wangi. Bikin malas pergi kerja deh," ucap Charles menyergap Vanya dalam pelukannya."Gimana kalau sudah di rumah sendiri ya, setiap hari mungkin aku terlambat masuk kerja." Vanya menarik nafas. Bibir Charles mengecap mulai dari telinga sampai pada leher Vanya."Ami …. Ami …." Charlos bersuara dari dalam boxnya."Charlos ini gak bisa lihat Papanya senang sedikit deh," ucap Charles melepaskan bibirnya kemudian berjalan menghampiri Charlos."Ih ketawa lagi." Charles mencium gemas pipi anaknya itu karena tertawa saat diangkat Charles."Sini Charlos sama Ami ya, Papanya mandi dulu mau kerja." Van

  • DUDA POLISI BUCIN   Undur Diri 2

    Setelah mendapat informasi dari sekretaris bahwa Kepala Cabang tak ada tamu dan kesibukan, pukul setengah empat, Vanya menghadap ke tempat beliau untuk pamit."Terimakasih ya, Vanya, kamu sudah banyak membantu kantor kita. Semoga setelah ini kamu semakin sukses ya," pesan Kepala Cabang sebelum Vanya keluar dari ruangan beliau."Terima kasih ya, Pak."Vanya keluar dari ruangan beliau lantas berpamitan dengan seisi kantor mulai lantai tiga. Beberapa dari mereka bahkan memberikan kenang-kenangan untuk Vanya. Membuatnya merasa senang sekaligus sedih. Beberapa orang yang berpapasan dengannya juga mengucapkan permintaan maaf bila selama bekerja ada salah kata maupun perbuatan. Ia masuk ke dalam mobil Charles dan meletakkan beberapa kenang-kenangan yang diberi tadi di kursi belakang.Ia memandang kantor yang memberikan banyak kenangan melalui kaca spion. Sampai jauh dan tak terlihat lagi, baru Vanya mengalihkan pandangannya.“Akhirnya aku benar-benar berhenti bekerja. B

  • DUDA POLISI BUCIN   Undur Diri

    Setelah melalui perdebatan batin, Vanya mantap mengajukan surat resign nya. Beberapa temannya sangat menyayangkan keputusan resign Vanya, tapi tak sedikit yang ingin mengikuti jejak Vanya."Tapi nanti kalau sudah beneran resign, dana di tabungan jangan dipindah ya, kalau bisa sih ditambahin," ucap Bu Wiwi.Vanya hanya tersenyum.Beneran resign?Isi pesan Yuda. "Iya, Bang." Vanya langsung menghubungi Yuda. "Udah yakin?" tanya Yuda di seberang sana."Iya, Bang. Supaya fokus bisa urus Charlos. Kasihan dia, kalau Vanya kerja.""Kalau keputusan kamu seperti itu, Abang cuma bisa dukung aja. Semoga kedepannya kamu semakin bahagia dan ngasih Charlos, Rafa, dan Rafi teman main baru.""Apaan sih, Bang.""Kalian udah mau dua tahun lo," ucap Yuda. "Iya, iya, iya. Vanya tutup dulu ya. Dadah." Vanya mematikan sambungan teleponnya.***Vanya baru saja selesai membersihkan diri sepulang kerja. Ia menemui Erin juga Charles di ruang tengah.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status