Share

DUSTA SEORANG SUAMI
DUSTA SEORANG SUAMI
Author: Buluh Perindu

Lembur

last update Last Updated: 2022-07-26 15:49:23

"Hari ini Abang telat pulangnya, Dek," ucap Zaidan saat Hanun menyodorkan sepiring nasi goreng sosis dengan toping telor ceplok di atasnya.

Hanun mendongakkan kepala saat mendengar kalimat yang diucapkan suaminya itu. Baginya ini sudah melampaui batas kelaziman jika akhir-akhir ini suaminya sering mendapatkan tugas untuk pulang lebih lambat dari kantor. Selama ini tugas lembut itu tak akan sesering sekarang. Satu bulan paling hanya dua atau tiga kali saja.

Beberapa potongan mentimun dan tomat melengkapi piring putih polos yang sudah berisi setumpuk nasi berwarna cokelat kemerahan itu. Nasi goreng buatan Hanun menurut Almira, puterinya merupakan nasi goreng paling enak sedunia.

"Bukannya beberapa hari kemarin juga lembur, Bang?" tanya Hanun sembari mengernyitkan dahinya.

Ada sesak yang tiba-tiba menyelinap di ruang hati Hanun. Lelaki halalnya ini sepertinya berbohong. Sepuluh tahun bersama, entah mengapa Hanun merasa beberapa bulan ini hatinya gelisah setiap Zaidan mengatakan hendak lembur sepulang kerja.

"Namanya juga lagi banyak kerjaan, Dek. Mau bagaimana lagi? Tak mungkin Abang sendiri yang menolak sedangkan rekan-rekan yang lain setuju bukan?" ujar Zaidan seraya mulai menyendokkan nasi goreng ke mulutnya.

"Lagi pula selama ini Adek tak pernah mempermasalahkan jika Abang lembur kan? Mengapa sekarang jadi berubah? Ada masalah?" tanya Zaidan kembali.

Tangan kanan laki-laki itu meraih sebuah toples yang berisi kerupuk udang, tak jauh dari hadapannya. Membuka tutup toples lantas mengambil isinya. Kerupuk udang memang tak pernah kosong stoknya di dalam toples. Hanun akan selalu menyediakannya sebagai padanan nasi.

"Heran saja. Sekarang rasanya sangat sering sekali lemburnya, Bang. Tak seperti dulu yang hanya dua atau tiga kali dalam sebulan."

Kalimat itu diucapkan Hanun sembari berusaha menekan perih di hatinya. Hanun merasa jika selama ini telah banyak kebohongan yang diberikan Zaidan untuknya. Ini firasat seorang istri. Rasanya tak mungkin salah.

"Namanya juga bos baru. Yang namanya anak buah ikut saja."

Kalimat yang diucapkan Zaidan itu tiba-tiba membuat hati Hanun getir. Alasan yang masuk akal sebenarnya. Tapi bagi Hanun nada ucapan Zaidan sedikit berbeda. Dan dirinya merasakan itu.

"Tak ada yang protes?" tanya Hanun untuk memancing respon suaminya.

"Tak ada. Lebih tepatnya tak ada yang berani. Ingin aman saja. Kamu tentu paham dunia kerja di swasta seperti Abang ini kan, Dek?" ujar Zaidan seraya memasukkan suapan nasi goreng ke dalam mulutnya.

"Tapi setidaknya sebagai manajer pemasaran Abang berhak bicara. Tak mungkin rasanya dalam sebulan itu, kantor terlalu sering meminta para pegawainya untuk lembur," tukas Hanun dengan tegas.

Zaidan bukanlah pegawai biasa. Suami Hanun itu memegang jabatan sebagai manajer pemasaran pada perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi itu. Sejak lima tahun yang lalu jabatan itu diemban Zaidan setelah bergabung di perusahaan itu sejak tamat kuliah. Bukan waktu yang singkat untuk mencapai semuanya. Butuh waktu dan pembuktian kerja keras untuk mendapatkannya.

Hanun pun bukan perempuan rumahan biasa. Walaupun sekarang setiap hari Hanun hanya menghabiskan waktu di rumah, peliknya dunia kerja pernah dicicipinya. Bahkan saat mengundurkan diri karena kehadiran Almira kala itu, boleh dibilang Hanun sedang berada di puncak karirnya. Promosi jabatan hampir didapatkan Hanun jika terus bertahan di perusahaan yang menjadi tempatnya bernaung kala itu.

Ada keegoisan yang harus ditanggalkan Hanun. Ada pilihan berat yang harus diambilnya kala itu. Karir atau buah hatinya. Bayangkan saja, aktivitas pergi pagi dan pulang sore atau malam menjadi rutinitasnya selama ini. Sementara ada seorang puteri kecil yang baru saja hadir ke dunia membutuhkan kasih sayangnya.

Hanun memilih mengalah. Almira di atas segalanya. Bayi mungil itu harus mendapatkan kasih sayangnya, bukan seorang pengasuh seperti yang dilakukan rekan-rekannya. Dan Zaidan mendukung penuh keputusan Hanun kala itu. Nafkah lahirnya tak kekurangan meski hanya sang suami yang membanting tulang.

"Sudah pernah Abang lakukan, tapi tetap saja gagal. Mau bicara apa lagi? Semoga saja kepala cabang cepat berganti," ucap Zaidan sembari menyeruput kopi hitam yang disuguhkan Hanun.

Hanun jelas menangkap ada kejanggalan nada suara suaminya itu. Agak sedikit gugup yang berusaha ditutupi dengan gerakan menyeruput kopi tadi. Apa yang sebenarnya terjadi? Mungkinkah kebohongan itu memang terjadi?

"Bukankah kepala cabang yang sekarang baru, Bang?" tanya Hanun sembari memicingkan matanya.

Hanun jelas mengingat jika lembur yang sering terjadi ini dimulai sejak beberapa bulan terakhir ini. Bersamaan dengan hadirnya kepala cabang yang baru di perusahaan suaminya. Sebelumnya lembur memang ada. Hanya sewajarnya saja. Tak gila-gilaan seperti ini.

"Yang namanya berdoa dan berharap kan tak ada salahnya, Dek," sahut Zaidan yang terus menyuapkan nasi goreng ke mulutnya itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
si hanum terlalu banyak merasa dan merasa. pintar dikit nyet. klu curiga datangi kantornya bawa makan malam.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • DUSTA SEORANG SUAMI   Cinta Terakhir (ENDING)

    "Kami sudah lama menikah, Wid. Lagi pula saat kami menikah, kamu sudah cukup banyak membantu. Tak perlulah dengan hadiah seperti ini lagi."Hanun sungguh berhutang budi kepada Widya. Dukungan Widya saat menjalani fase-fase sulit dalam hidupnya sungguh tak akan pernah mampu dibalas sampai kapanpun. Widya sama seperti ibunya, selalu mendukung keputusan apa pun yang diambil Hanun saat itu. Dan disinilah mereka berada ada saat ini. Di Parai Tenggiri Beach Hotel and Resort, kawasan wisata yang terletak di Sungailiat, Bangka Kepulauan Bangka Belitung. Lokasi wisata yang berjarak sekitar 50,9 kilometer dari Bandara Depati Amir Pangkalpinang, ibukota provinsi yang dijuluki negeri Serumpun Sebalai.Keindahan pasir putih dan bebatuan besar yang menghiasinya menjadi daya tarik tersendiri para wisatawan dari dalam dan luar negeri untuk kembali berkunjung di kawasan wisata ini. Pasir putih sangat kontras saat berpadu dengan air laut yang berwarna biru muda. Sebuah jembatan ka

  • DUSTA SEORANG SUAMI   Membuka Hati

    Wahyu, laki-laki yang tak lelah menunjukkan keseriusannya untuk mendapatkan hati Hanun itu merapatkan dekapan pada wanita halalnya. Memastikan tubuh wanita yang sangat dicintainya itu tak kedinginan oleh terpaan angin malam ini. Wanita yang telah dimintanya menjadi pelengkap separuh agamanya. Apalagi Hanun saat ini sedang mengandung tiga bulan, buah cinta mereka.Bukan waktu yang singkat bagi Wahyu untuk mendapatkan hati wanita idamannya ini. Butuh lima tahun sejak status janda disandang hingga akhirnya Hanun membuka hati untuk menerima sebuah komitmen baru dalam kehidupannya. Itu pun karena desakan sang ibu dan Widya.Kembali memori itu berputar di kepalanya. Bagaimana ibu yang sangat dihormatinya meminta agar hatinya dapat menerima kehadiran Wahyu, sosok yang secara terang-terangan menyukainya sejak masih berstatus sebagai istri Zaidan kala itu."Tak semua laki-laki akan menjadi pecundang, Nun. Ibu sudah tua. Entah berapa lama sisa usia wanita tua ini. Tak akan m

  • DUSTA SEORANG SUAMI   Mengenang Masa Lalu

    Hembusan angin pantai terpaksa membuat Hanun berkali-kali memegang erat kedua bagian sisi kerudungnya agar tidak membuat bagian lehernya kelihatan. Udara malam yang dingin ditambah deburan ombak pantai yang ada di hadapannya benar-benar dinikmati Hanun. Suara ombak yang pecah saat bertemu batu karang seakan mengantarkan Hanun pada kisah panjang hidupnya yang sungguh terlalu pahit untuk diingatnya kembali.Menyerahkan hati dan cintanya pada seorang laki-laki, mengabdikan seluruh hidupnya untuk rumah tangga yang ternyata pondasinya goyah saat badai menerpa. Bukan, itu bukan badai. Hanya hujan lebat yang harusnya tak meninggalkan jejak saat matahari kembali memancarkan sinar teriknya. Laki-laki yang dipujanya saat pertama kali mengenal cinta terlalu lemah untuk mengalah pada hujan lebat itu. Laki-laki itu tak cukup tangguh menerjang hujan yang seharusnya menjadi bukti bahwa dirinya cukup tangguh menjadi perisai bagi keluarga kecil mereka. Zaidan gagal untuk membuktikan b

  • DUSTA SEORANG SUAMI   Menata Hati

    Hanun terkekeh. Tak layak rasanya kalimat itu terdengar dari mulut laki-laki yang pernah meminta kesediaannya untuk dipoligami. "Bukankah Abang sendiri yang pernah meminta kesediaanku untuk diduakan? Dan aku rasa Abang cukup menikmati kekhilafan itu. Bukankah Abang menikmati saat-saat bersama dengan Rindu kala itu? Itu bukan khilaf, Bang! Itu perbuatan sadar yang Abang sengaja! Jangan buat aku ingin tertawa mendengar alasan yang sangat menggelikan ini, Bang!" Zaidan diam, tak mampu lagi berkata. Pukulan telak sudah dilemparkan Hanun kepadanya. Sungguh, Zaidan sangat menyesali semua yang sudah dilakukannya. "Kapan Abang akan menikah dengan Rindu?" tanya Hanun sembari memainkan gawainya.Menikah, mungkin itu yang diinginkan mereka selama ini. Mereka hanya menunggu waktu untuk mewujudkan impian yang sempat tertunda itu. "Rasanya tak ada niat untuk menikahi Rindu lagi, Dek. Abang hanya mencintai dirimu saja. Abang tak ingin wanita lainnya."Hanun hanya

  • DUSTA SEORANG SUAMI   Khilaf?

    Tak ada tanggapan dari bibir Rindu. Seolah wanita pecundang itu sengaja membiarkan orang-orang akan menganggap jika Zaidan merupakan suaminya. Padahal seharusnya wanita itu melakukan klarifikasi. Menjelaskan hubungan di antara mereka berdua. Tapi apa yang terjadi. Wanita itu malah menikmatinya.Hanun memilih masuk ke dalam mobilnya kembali saat Rindu berlalu dengan membawa lelaki yang pernah mengisi hatinya itu. Rumah sakit. Pasti itu yang menjadi tujuan wanita itu.Hati Hanun meringis. Belum pernah rasanya dirinya menjadi manusia yang egois seperti ini. Bahkan saat melihat kecemasan Rindu tadi, Hanun merasa seolah dirinya tak ada lagi arti dalam kehidupan laki-laki yang menyandang predikat sebagai ayah anaknya itu. Biarlah. Waktunya sudah habis untuk mendampingi lelaki itu. "Om Zaidan sering membicarakan tentang Tante dan Almira kepada saya."Hanun tersentak dari lamunannya kala mendengar ucapan Ilham itu. Entah berapa lama dirinya larut dalam kelebat bay

  • DUSTA SEORANG SUAMI   Suami?

    Hanun hanya duduk saja di sofa. Memperhatikan Almira yang sedang berbincang dengan ayahnya. Hanya mengamati saja, tidak untuk terlibat dengan mereka.Hari ini Hanun sengaja meluangkan waktunya. Hari Minggu yang seharusnya dapat dimanfaatkan Hanun untuk beristirahat di rumah melepas lelah setelah enam hari bekerja terpaksa diabaikan hari ini. "Ibu mau minum apa?" tanya Ilham, seorang pemuda yang sejak hampir sebulan ini menemani Zaidan setiap harinya. Pemuda yang masih tergolong keluarga jauh Zaidan itu tak keberatan melakukannya tentu saja dengan sejumlah imbalan."Tak usah, Ham. Tante sudah bawa," sahut Hanun sembari mengangkat botol minuman yang berisi air putih dengan tambahan beberapa potong buah strawberry, lemon dan kurma.Hanun kembali melemparkan pandangannya ke arah Almira dan Zaidan. Dua orang yang sedang duduk berhadapan di taman belakang rumah yang sebelumnya banyak dipenuhi koleksi tanaman hias miliknya.Sekarang hanya beberapa pot saja tanama

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status