Share

61~DS

Penulis: Kanietha
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-01 18:18:32

Elo mendorong kasar pintu mobilnya. Menutup pagar dengan cepat dan menggemboknya. Ia masuk ke dalam rumah dengan tergesa dan mendapati Sinar duduk diam di tepi tempat tidur. Istrinya masih memakai pakaian kerja dan menatapnya tajam dengan wajah sembab.

“Say—”

“Sudah berapa lama?” putus Sinar dengan suara serak, pelan, dan lelah. Air matanya sudah habis ia tumpahkan selama perjalanan ke rumah. Ia meminta izin pulang dengan alasan tidak enak badan pada Harsa, karena tidak ingin orang melihat kesedihannya di Kantor. “Sudah berapa lama kamu ada main di belakangku, Mas?”

“Aku nggak pernah—”

“Kenapa kamu nggak pernah ngasih tahu kalau kalian berdua satu kantor?” Sinar kembali menyela.

“Sayang.” Elo berlutut di depan Sinar. Mencoba menggenggam kedua tangan sang istri, tetapi Sinar segera menepisnya. “Sudah kubilang, ini nggak seperti yang kamu lihat.”

“Kamu jemput dia kalau berangkat kerja, kan?” tanya Sinar dingin.

Elo mengerjap, menelan ludah. Dari mana Sinar tahu akan hal tersebut? “Itu .
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (17)
goodnovel comment avatar
Ku Maters
Huuuuu pak bin tolong kmbli sm sinar ksian
goodnovel comment avatar
Master Gito
nyesek banget...huhuhuuuu
goodnovel comment avatar
Erah Drahman
kembalikan pak bin ke sinar
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Dear Secretary   94~DS

    Sinar menghela napas panjang. Ia belum juga beranjak dari kamar mandi, setelah kembali ke kantor. Pandangannya lurus pada cermin wastafel, melihat bayangan dirinya sendiri. Rambut dan kemejanya sudah kering, tetapi aroma matcha yang sempat disiramkan Puspa masih tercium meski sudah dibilas. Dengan gusar, Sinar menggigit bibir bawahnya. Ia tahu benar, begitu keluar dari kamar mandi, Bintang tidak akan diam lagi. Pria itu mungkin menahan diri selama perjalanan pulang karena ada Ryu dan Edi di dalam mobil yang sama. Namun, kini tidak lagi. Sinar sampai tidak bisa membayangkan, ceramah seperti apa yang akan diberikan Bintang padanya setelah ini.“Kalau mau tidur, jangan di kamar mandi.”Bibir Sinar sontak mengerucut ketika mendengar suara Bintang dari luar.“Saya punya kamar yang bisa kamu pakai untuk istirahat,” lanjut Bintang.Tidak bisa menghindar lebih lama lagi, Sinar akhirnya keluar dengan senyum kikuk.“Pakai kemeja saya dulu,” ujar Bintang memberikan kemeja hitam miliknya pada S

  • Dear Secretary   93~DS

    “Are you okay, Mommy?” tanya Bintang, memerhatikan wajah Sinar yang tampak sedih.Sinar mencebik sambil mengangguk. “Nggak oke, sebenarnya,” jawabnya jujur. Sebenarnya, Sinar belum siap meninggalkan Asa begitu saja. Memangnya, ibu mana yang rela berada dalam posisi seperti sekarang? Pasti tidak ada, kecuali karena keadaan yang memaksa.Sinar harus bisa berdiri dengan kakinya sendiri. Ia tidak boleh berdiam diri menerima bantuan terus-menerus dari Elo dan dari anggota keluarga lainnya. “I see,” Bintang mengangguk pelan. “Kamu bisa kerja dari rumah sambil jaga Asa. Nanti, berkasnya biar diantar pak Edi atau kurir ke sini.”“Nggak papa, Pak Bin.” Sinar menggeleng cepat. “Saya memang harus terbiasa dengan kondisi ini.”“Harusnya kamu masih dapat jatah cuti satu bulan, kan?” celetuk Elo sambil memangku putranya di sofa. “Kenapa sudah masuk hari ini?” Elo beralih pada Bintang. “Jangan begitulah, Mas.”“Aku sudah bilang itu ke Sinar, El.” Bintang menunjuk wanita itu. “Tapi, dia ngotot mau

  • Dear Secretary   92~DS

    Sinar tahu, membesarkan anak dalam keluarga yang tidak sempurna tentu akan meninggalkan celah tersendiri. Akan tetapi, itu masih lebih baik dibanding tumbuh di tengah rumah tangga yang cacat dan penuh dengan kecurigaan, luka, dan kebohongan yang tidak kunjung reda.Untuk itu, Sinar memilih melepaskan hubungannya dengan Elo. Ia tidak ingin terus hidup bersama, tetapi dihantui prasangka yang bisa menggerogoti hatinya setiap hari. Lebih baik ia berdamai dan membangun hidup yang baru, seorang diri.Bagi Sinar, yang penting hidupnya dan Asa bahagia. Berdamai dengan masa lalu, berdamai dengan Elo, demi anak mereka, Angkasa.Sejauh ini, Asa tidak pernah kekurangan kasih sayang sama sekali. Praba dan seluruh anggota keluarga menyayangi bayi tampan itu dengan sepenuh hati.Namun, ada satu hal yang membuat Sinar selalu merasa canggung. Yakni ketika Elo, Bintang, dan Jericho datang bersamaan ke rumah. Suasana terasa langsung berubah. Dingin, sunyi, penuh kecanggungan yang menggantung tanpa kata.

  • Dear Secretary   91~DS

    “Kamu di sini dari kemarin, kan?” desis Puspa tidak bisa bicara dengan leluasa karena mereka sedang berada di lingkungan rumah sakit. “Nemani Sinar lahiran.”Jericho menguap sejenak. Menatap sang istri tanpa minat.“Hm, aku nginap di sini,” ujar Jericho. “Sama mantan suaminya Sinar.”Jericho tidak mengelak, karena semalam ia memang menginap di ruang rawat inap yang ditempati Sinar. Ia melakukannya karena Elo juga menginap di sana. Pria itu memaksa untuk menemani Sinar pasca melahirkan, sehingga Jericho pun akhirnya memutuskan tinggal.Jericho tidak membiarkan June untuk tinggal, karena mamanya pasti sudah teramat lelah menemani Sinar di ruang bersalin.“Ngapain?” Meskipun pelan, tetapi intonasi Puspa meninggi. Bagaimana tidak kesal, jika Puspa tidak melihat Jericho ada di rumah ketika ia pulang. Suaminya tidak ada di kafe dan tidak pulang mengangkat telepon darinya. “Aku istrimu, loh, Jer. Aku nungguin kamu di rumah.”“Oh, ada di rumah?” sindir Jericho tenang. “Kamu sekarang berubah,

  • Dear Secretary   90~DS

    “Mau El yang temani?” tanya June merasa tidak memiliki hak untuk menemani persalinan Sinar.Meski masih memendam kesal pada Elo, tetapi jauh di lubuk hati, June bisa memposisikan diri sebagai Sinar. Di saat-saat seperti sekarang, bisa saja Sinar menginginkan ayah dari bayinya berada di sisi dan berjuang bersama.“Nggak mau,” tolak Sinar dengan suara lemah. Tangannya menggenggam erat jemari June di ruang bersalin. “Aku mau bunda aja yang di sini. Jangan pergi.”June tercekat. Saat itu juga, air matanya menitik pelan. Ia tahu, panggilan tersebut bukanlah untuknya, tetapi untuk mendiang Rani.Kerinduan Sinar pada sang bunda menyelinap tepat di tengah gelombang kontraksi. June tidak mencoba mengisi kekosongan itu. Ia hanya diam, balik menggenggam tangan Sinar dan mengangguk. Memberi isyarat bahwa ia akan tetap di sana. Sebagai seseorang yang peduli dan tidak akan pergi.“Maafin aku, Bun …” ucap Sinar lirih, lalu menarik napas panjang. Ia kembali mencoba mengejan, dengan mengerahkan tenaga

  • Dear Secretary   89~DS

    “Nar, coba dipikir dulu dengan tenang,” ujar June setelah Elo keluar dari ruangan. “Buang ego dan gengsi jauh-jauh. Karena, kamu dan El sebenarnya masih bisa bersama. Semua ini—”“Ngapain?” sela Jericho yang berdiri berseberangan dengan June. Setelah membersamai Sinar selama kehamilan, kini ia juga bisa melihat bagaimana detik-detik wanita itu akan bersalin.Sungguh sesuatu yang sudah lama diinginkannya, tetapi sang istri belum kunjung mau mencoba dan berusaha untuk hamil.“Iya, ngapain?” timpal Janus yang berbaring nyaman di sofa. “Apa mama lupa, mantannya mbak Sinar itu sudah ngapain aja?”Tidak hanya itu, Janus juga masih menyimpan kesal karena tidak bisa membalas pukulan Elo.“Sinar sudah minta El keluar dari kerjanya, tapi sampe sekarang apa?” sahut Jericho meneruskan. “Dia masih kerja di tempat yang sama. Satu kantor sama selingkuhannya itu. Jadi, nggak usah lagi dipikirkan, karena cerita yang ada nanti pasti berulang.”Sinar menggigit bibir. Mencerna semua ucapan ketiga orang y

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status