Share

Terkejut

Penulis: Pelangi senja
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-07 01:06:56

Bab 5

"Sialan, brengsek! Aku tidak akan pernah memaafkan kalian, tidak akan pernah!" Raung Arshaka putus asa.

Ia tidak pernah menyangka, keputusannya untuk bertemu papanya membuat luka hatinya kembali menganga. Apalagi, setelah mendengar semua harta yang dinikmati wanita ular itu adalah milik mama kandungnya.

Arshaka kira, dirinya sudah kuat. Hatinya sudah sekeras batu dan tak mungkin goyah apalagi tersakiti. Tapi siapa sangka, justru bertatapan langsung dengan mereka malah membuat luka hatinya kembali menganga. Apalagi, setelah mendengar isi wasiat mendiang mamanya tadi membuat kebenciannya semakin berlipat ganda.

Arshaka memukul setir mobilnya dengan beringas, ia melampiaskan amarah dan sesak di dadanya dengan menjerit sekuat tenaga. Sengaja ia memilih menghentikan mobilnya di pinggir jalan yang sepi, agar tidak ada seorang pun yang tahu bahwa seorang Arshaka sedang menangis, meratapi hidupnya yang malang.

Sudah cukup lama ia menenangkan diri, sendirian dan kesepian sudah menjadi bagian dari hidupnya. Akhirnya ia memutuskan untuk beranjak dari tempat itu setelah berhasil menguasai diri. Menyalakan mobil, lalu melajukannya dengan kecepatan diatas rata-rata.

Arshaka kembali ke mansion pribadinya, alih-alih melampiaskan rasa frustasinya dengan pergi ke club malam dengan menenggak alkohol sampai mabuk seperti kebiasaanya.

Ia berjalan menyusuri jalan dan lorong mansionnya dengan gundah, ia melangkahkan kakinya menuju lantai atas. Lantai yang tidak pernah ia perbolehkan seseorang memasukinya kecuali Monic, hanya untuk dibersihkan seminggu sekali.

Arshaka tiba di ruangan berdaun pintu hitam pekat itu, merogoh kantong celananya lalu mengeluarkan sebuah kunci dan membuka ruangan itu. Wajahnya yang terlihat dingin dan tajam, seketika berubah menjadi sendu manakala melihat sebuah lukisan.

"Aku merindukanmu, Ma!" ucap Arshaka lirih. Netranya menerawang jauh, tanpa sadar ia melamun. Hatinya begitu sakit, apalagi mengetahui kenyataan yang sebenarnya.

Dulu, keluarganya sangat harmonis dan saling menyayangi satu sama lain. Entah dari mana perempuan itu datang, ia berhasil menguasai dan membuat papanya tunduk padanya. Dan dalam waktu singkat ia berhasil menyingkirkan mamanya hingga membuatnya patah hati dan bunuh diri.

Arshaka memejamkan matanya, pedih, sungguh pedih yang ia rasakan saat ini. sedikit kenangan manis bersama mamanya yang tersisa. namun, kemagian tragis mamanya karena dicampakkan oleh papanya membuatnya mati rasa.

Ia bertekat akan membalaskan setiap luka dan sakit hati yang diderita mamanya berkali lipat dari yang dirasakan.

Brak!

Suara benda terjatuh, Arshaka langsung memindai ke arahnya. Sorot matanya langsung berubah tajam manakala ia memergoki seseorang menyelinap ke ruangan rahasianya.

"Tunjukkan dirimu segera, kalau tidak aku membunuhmu saat ini juga!" hardik Arshaka seraya memgambil pistol dari pinggangnya dan mengarahkan moncongnya ke sumber suara.

Cahaya yang temaram membuat penglihatannya sedikit terganggu, karena ia sengaja tidak menghidupkan lampu dan hanya memberi pelita kecil di depan lukisan mamanya itu.

Senyap, tidak ada pergerakan maupun suara sedikitpun dari sumber suara tadi membuat Arshaka geram.

"Cepat keluar!!" Suara Arshaka menggelegar membuat nyali siapa saja yang mendengar akan menciut.

Sejurus kemudian terdengar suara langkah kaki mendekat dengan gemetaran, perlahan hingga nampak sosoknya yang membuat Arshaka terkejut. Wajahnya menjadi pias manakala sosok itu menjadi lebih jelas meskipun hanya mengandalkan penerangan seadanya.

"Alana, kau ... sejak kapan kau masuk ke ruangan ini?" tanya Arshaka seakan tak percaya, lantas menurunkan pistol di tangannya dan memindai wajah yang terlihat sangat gugup dan ketakutan. Netranya memandang lekat ke arah Alana yang memindai Arshaka dan lukisan Azalea secara bergantian.

"Katakan sejak kapan kau berada di sini? Bukankah aku sudah memberi tahumu agar kau tidak masuk ke dalam ruangan ini, lalu, kenapa kau datang kemari, hah!" Bentak Arshaka dengan tatapan nyalang membuat Alana semakin ketakutan.

"Ak-aku ... Ta-tadi ..." ucap Alana terbata-bata, belum sempat ia melanjutkan kata-katanya, tangannya sudah ditarik paksa oleh Arshaka yang nampak murka.

Alana diseret menuju kamarnya dengan kasar, kemudian dihempaskan ke atas ranjangnya hingga terjerembab.

Arshaka melangkah perlahan mendekati Alena, membalikkan tubuhnya kemudian mencengkram rahangnya dengan kuat.

"Apa kau tahu, hukuman apa yang pantas didapatkan oleh seorang yang berani membangkang dan melanggar perintahku?" tanya Arshaka dengan tatapan tajam, ia begitu mengintimidasi, sehingga membuat seluruh tubuh Alana kaku dan sulit digerakkan.

Alana yang biasanya sangat berani mendebat dan menghina Arshaka, entah mengapa keberaniannya seakan menghilang dan menguap begitu saja dibawah tatapan intimidasi Arshaka saat ini. Ia merasa sangat lemah dan tak berdaya, wajahnya menampakkan ketakutan yang sangat kentara sekali.

"Sepertinya aku harus memberimu pelajaran agar kau bisa mengingat dengan jelas dan tidak pernah melupakan semua peraturan dan perintahku di rumah ini!" ucap Arshaka seraya melepas kancing kemejanya satu persatu yang disusul dengan celananya membuat Alana membelalakkan matanya.

"A-apa yang mau kau lakukan?" tanya Alana panik.

"Menurutmu, apa yang mau aku lakukan, hah?" Arshaka balik bertanya dengan seringaian yang membuat Alana semakin ketakutan.

"Tentu saja menghukummu, agar kau bisa patuh dan tak lagi membangkang padaku!"

Alana menggeleng kepalanya panik seraya beringsak mundur hingga kepalanya mentok di kepala Rajang.

"Shaka, ingat kata-katamu, bukankah kau tidak tertarik pada tubuh kurusku? Jadi apakah kau menjilat ludahmu sendiri?" tukas Alana, entah dari mana ia memiliki keberanian di tengah kepanikannya.

Arshaka tertawa sumbang. "Oh ya? Kalau begitu, anggap saja kau beruntung, karena aku sudah mau mencicipi perempuan kurus dan tak menarik sepertimu!" cemoohnya lantas menarik paksa kaki Alana yang membuatnya menjerit histeris.

"Tidak! Shaka, jangan lakukan itu! Aku mohon, jangan!" jerit Alana yang membuat Arshaka bukannya berhenti malah tambah bersemangat.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dekapan Hangat Mafia Psikopat   kembalinya sang musuh

    “Bie, jangan! Jangan lakukan itu!” teriak Alex keras yang membuat Bian langsung menoleh ke arahnya.“Alex ... “ gumam Bian menatap Alex yang tengah berlari ke arahnya seraya bertelanjang dada.Dengan secepat kilat disertai nafas yang memburu Alex berlari, ketakutannya semakin menjadi ketika ia melihat Bian berada tepat di sisi jurang.“Bie, tolong jangan lakukan, aku mohon!” Pinta Alex sekali lagi ketika dirinya berjarak hanya beberapa jengkal dari Bian.Bian menyunggingkan senyum penuh arti yang membuat Alex tambah ketar-ketir.“Jika aku loncat ke bawah apa kau mau memaafkanku?” Bian bertanya masih dengan senyum masgul.Alex menggeleng lemah. “Apa cintaku tak mampu membuatmu berkeinginan untuk hidup? Apakah cintaku sangat tak layak hingga kau mau meninggalkan aku? Meninggalkan dunia?” tanya Alex frustasi dengan mata yang memerah menahan air mata.“Aku tahu, penderitaan yang kau alami sangatlah berat. Tapi, bisakah kau memberikanku kesempatan untuk mengobati luka itu?”“Alex, kau tahu

  • Dekapan Hangat Mafia Psikopat   Jadilah milikku, Bie

    Seakan tak percaya dengan penglihatannya, Bian melangkah perlahan, berjalan dengan hati-hati melawati setiap tas dan kardus yang terisi berbagai macam barang yang disediakan oleh Arshaka. Bian mulai memeriksa satu persatu dengan saksama, kebutuhan mereka dari perlengkapan mandi, skincare, baju, dress hingga dalaman begitu lengkap seakan satu toko diboyong semua. Bian menggeleng tak percaya, entah bagaimana caranya Arshaka bisa menyiapkan hal itu semua dalam waktu singkat. Bian menatap Alex seakan ingin penjelasan, akan tetapi ia hanya mengedikkan bahu seakan memberi tahu bahwa ia juga tak tahu menahu tentang itu semua. Bian melihat sekeling, masih ada beberapa tas tang belum dibuka, hingga sebuah koper besar membuatnya begitu penasaran. Ia pun menghampiri koper itu dan langsung membukanya. Terdapat note yang bertuliskan ‘selamat bersenang-senang’ di atasnya. Setelah membaca catatan itu, dengan rasa penasaran Bian mengambil sebuah kain berenda yang ia pun tak pernah menaruh curi

  • Dekapan Hangat Mafia Psikopat   morning sickness

    “Sayang, apakah tak apa-apa melakukan hal itu pada mereka berdua?” Tanya Alana dalam perjalanan pulang ke Mansion Arshaka.Arshaka tersenyum penuh arti. “Tak usah khawatir, Alex memang pernah meminta ijinku sebelumnya. Aku rasa, ia tidak akan keberatan jika aku menjahilinya kali ini. Bahkan ia harusnya berterima kasih padaku nantinya.”Alana menggeleng pelan. “Terserahlah, kalau nantinya ada masalah dengan mereka tanggung sendiri akibatnya!”“Aku jamin tidak akan ada kendala apapun, Sayang. Lagi pula, aku sudah menyiapkan seluruh kebutuhan mereka sampai hal yang terkecil sekalipun. Jadi kau tak usah cemaskan mereka, ok!”Alana merasa gemas dengan suaminya itu, tapi ia tak bisa berbuat apa-apa. “Kau tahu bukan, Alea kondisinya masih belum sehat betul, kalau nanti ada apa-apa dengan kesehatannya, lantas bagaimana?”Arshaka memeluk Alana dengan sebal. “Kau terlalu mencemaskan mereka, Sayang. Kau tahu, kau terlalu perhatian dengan mereka berdua, dan hal itu membuatku cemburu,” rajuknya.“

  • Dekapan Hangat Mafia Psikopat   Kucing Anggora

    “Bie, kau di mana?” teriak Alex, wajahnya kian panik ketika tak mendapati Bian berada di dalam kamar mandi.Ia pun bergegas mencari ke luar, bertanya pada beberapa petugas dan orang-orang yang berlalu lalang di sekitar sana.Berlarian ke sana kemari dengan wajah panik dan cemas hingga nyaris putus asa. Alex duduk dengan berbagai asumsi yang memenuhi kepalanya hingga terasa ingin pecah.Perasaannya begitu kalut, ia takut jika Bian benar-benar pergi dan berniat untuk bunuh diri.Akhirnya Alex memilih duduk di kursi penunggu, berusaha untuk menjernihkan pikiran. “Tidak! Tidak boleh! Aku tidak akan pernah membiarkannya pergi dari hidupku!” racau Alex dalam hati sambil memegangi kepalanya.Terlihat seseorang yang mendekati Alex dan berhenti di depannya. Alex memandangi kaki yang dibalut celana panjang yang menutupi sandal yang di kenakannya. “Kau sedang apa?”Alex tersentak dan langsung menengadahkan wajahnya untuk melihat suara yang telah menyapanya itu. Alex tersenyum senang, ia bangki

  • Dekapan Hangat Mafia Psikopat   Bian menghilang

    “Dokter, bagaimana kondisi Arshaka?” tanya Alana dengan cemas. Pasalnya tubuh Arshaka terlihat lemah hingga harus diberi cairan infus.Alex yang dikabari Alana bahwa Arshaka jatuh pingsan langsung lari terbirit-birit, begitu cemasnya karena Arshaka tak pernah pingsan dengan mudahnya.Bahkan ketika peluru masih bersarang di tubuhnya, ia masih bisa bertahan dan mampu terjaga tanpa menunjukkan kelemahan juga rasa sakit yang dirasa.“Kondisi tubuh Tuan Arshaka menunjukkan kondisi yang prima, juga tanda-tanda vitalnya berfungsi dengan baik. Hanya saja sedikit lemas karena kekurangan cairan. Namun Jika ingin memastikan kondisi pastinya, saya sarankan untuk melakukan pemeriksaan secara menyeluruh,” terang Dokter Edwin, Dokter umum yang berkepala plontos itu setelah selesai memeriksa keadaan Arshaka. Karena Gilang, kepala Tim Dokter yang ditunjuk oleh Arshaka sudah dipecat dan tak lagi bekerja.Setelah Dokter dan para perawat pergi, Alana memeluk erat Arshaka. Rasa cemasnya begitu berlebihan

  • Dekapan Hangat Mafia Psikopat   pingsan

    “Apa yang telah terjadi padamu?” tanya Bian dengan nada cemas setelah melihat luka di sudut bibir Alex.Alex tersenyum seraya menggeleng pelan. “Tak apa-apa, laki-laki memiliki luka itu sudah biasa,” canda Alex.Arshaka melihat Bian dan berpikir sejenak lalu berkata, “Alea, setelah kau sembuh, apakah kau masih berminat jika kembali menjabat sebagai Kepala Tim Dokter di Rumah Sakit ini?” ucap Arshaka yang membuat Bian terperangah tak percaya.“Shaka, luka di tubuhnya masih belum sembuh. Lagi pula, identitasnya sudah berubah. Aku khawatir kredibilitasnya sebagai dokter akan diragukan mengingat sekarang ia bukanlah orang yang sama,” sela Alex.“Bukankah aku berkata jika sudah sembuh bukan? Dan ini hanya sebuah tawaran baginya, dan mengenai identitasnya bukankah sangat gampang bagi kita untuk mengurus hal tersebut?” ucap Arshaka menatap Alex dalam.“Apakah kau tak senang jika Alea kembali menekuni bidang yang disukainya? Setidaknya, ia bisa beraktivitas seperti sedia kala meskipun dengan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status