Share

2

Author: Novisi
last update Last Updated: 2025-10-28 13:01:29

“Ibu Aira tidak boleh sendiri dalam ruang rawat, Pak, harus ada yang menjaga karena pasien berpotensi mengulangi keinginan untuk menyakiti diri.” Pesan dokter berulang di kepala Satrio.

Satrio duduk di sebelah Aira, ia merasa kasihan padanya. Satrio tahu semua tentang apa yang dialami oleh Aira, pria itu mengusap pergelangan tangan Aira yang dibalut perban, sementara dia tidak menunjukkan pergerakan sama sekali.

Ponsel Satrio berdering, ia membaca nama suami Aira [Marselino Wijaya] menghubungi.

Sebelumnya, Satrio memutuskan untuk memberi tahu Marselino mengenai keadaan yang menimpa Aira, ia mengetahui data nomor kontak dari bagian pendaftaran konseling kantornya.

“Apa yang lu lakuin ke bini gua?!” Kalimat Marselino terdengar tidak bersahabat.

“Ibu Aira sekarang di rumah sakit Bina Bakti, Pak,” lapor Satrio dengan nada sopan.

“Dia begitu karena lu. Lu uruslah sendiri. Lu biayain sendiri. Jangan sudah kayak begini, lu lapor ke gua!” Belum lagi Satrio memberi keterangan panggilannya diputus.

Satrio menggeleng-geleng sembari menatap layar hitam ponsel. Dia teringat sewaktu Aira konseling padanya, perempuan itu mengatakan kalau suaminya yang semula lembut mulai menutup diri, bahkan kerap tidak pulang dengan alasan pekerjaan. Mirisnya, pria itu berani menunjukkan ketidakpedulian pada istrinya sendiri di hadapan orang lain.

Aira adalah klien Satrio, lebih enam bulan Aira konsultasi intens dengannya, perempuan itu memutuskan mencari konselor hubungan, meskipun suaminya selalu menolak bila diajak menemui konselor.

***

“Kamu mau apa di sini!” Aira terbangun mendapati Satrio di kamar inapnya. Sontak Aira meradang lalu meluapkan amarahnya.

“Aira, tenanglah. Ini rumah sakit, keadaan kamu belum stabil.” Satrio kewalahan menenangkan Aira yang mengamuk melempar bantal, selimut, dan benda di nakas.

“Aku tidak mau kamu di sini. Pergi!” Teriakan Aira mengundang perawat masuk ke dalam ruangan.

Datang bertiga, para perawat langsung menahan tubuh Aira agar darah yang rembes ke perban tidak mengucur lebih banyak. Perawat menyuntikkan obat penenang lewat selang sehingga perempuan itu tidak banyak bergerak.

Hari kedua Aira dirawat, keadaan emosionalnya masih kurang stabil. Hal ini berdampak pada perkembangan kesehatan fisik Aira. Setiap kali melihat Satrio dia akan mengamuk membabi buta. Sampai hari kedua, suaminya pun tidak terlihat membesuk.

Satrio setiap hari memantau perkembangan Aira dari jarak tertentu, ia tidak ingin kesehatan Aira kembali menurun.

Dia tahu bila Aira sejak kecil telah ditinggal mati oleh ibunya karena sakit parah, sementara ayahnya menikah kembali dan Aira ditaruh di panti asuhan. Hanya Marselino keluarga terdekatnya, itu pun telah mengkhianati kepercayaan Aira selama ini.

Aira kini hidup sendirian, Satrio merasa iba melihat kondisinya.

Hampir dua pekan lamanya Aira dirawat di rumah sakit. Dia diberi saran oleh tenaga kesehatan rumah sakit untuk memakai bantuan jasa perawat panggilan mengingat Aira tidak memiliki siapa-siapa.

“Dara, tolong tanyakan ke bagian administrasi biaya yang harus saya bayarkan.” Aira mendapat keputusan dokter bahwa dirinya diperbolehkan pulang karena kesehatannya membaik.

Dara, perawat panggilan yang disewa, gegas ke bagian administrasi, ia menerima tagihan rumah sakit lalu memberikannya pada Aira. Sewaktu membacanya, Aira terkejut karena ada stempel lunas di tagihan rumah sakitnya.

“Siapa yang membayar ini semua?” Aira membaca tagihan puluhan juta untuk pengobatannya telah lunas oleh seseorang. Aira memandang Dara, perempuan itu langsung menggeleng menandakan tidak tahu.

Aira pulang ke rumah bersama Dara. Begitu tiba di rumahnya, Aira mendapati Marselino duduk-duduk di teras. Suasana hati yang tadinya baik menjadi suram. Pria itu tidak sendirian, dia membawa perempuan bernama Tasya Amalia yang menjadi selingkuhan suaminya.

“Perceraian kita sudah didaftarkan, ada panggilan sidang tiga hari lagi.” Marselino melempar sebuah map ke lantai yang Aira tidak tahu isinya. “Ingat rumah ini akan kita bagi dua.”

Tangan Aira terkepal, ingin rasanya Aira menimpuk Marsel yang nirempati terhadapnya.

”Aku baru pulang dari rumah sakit, butuh tempat untuk sembuh, apa harus rumah ini langsung dibagi dua?” tanya Aira, tetapi ia tidak ingin menangis lagi di depan Marsel.

“Aku sudah mendapat pembeli rumah ini, meskipun dibeli murah, setidaknya bisa laku,” ucap Marsel tidak sabaran.

Aira memilih mengalah, bila dengan menjual rumah ini dia bisa terputus hubungan dengan Marselino itu lebih baik.

“Berapa kamu jual?”

“Satu milyar.”

Mata Aira terbelalak, ia tidak menyangka Marselino menjual rumah jauh di bawah harga pasar.

“Kamu gila! Rumah ini kamu jual jauh di bawah harga NJOP, Marsel. Harga tanahnya pun tidak semurah itu!”

Aira meradang dibuatnya, ia tidak ingin jadi melepas rumah dengan harga yang begitu murah.

“Setidaknya ini dijual dua milyar,” tambah Aira.

“Sudah untung ada yang beli, aku tidak mau berlama-lama. Kalau kamu bisa mencari pembeli, besok harus sudah dapat.”

Aira merasa ditekan oleh Marsel. “Kamu pikir jual beli rumah seperti membeli kerupuk?” Aira benar-benar makin yakin untuk bercerai dari suaminya.

“Aku tidak peduli Aira, besok harus sudah ketemu penjual rumah. Kalau tidak kita akan deal dengan pembeli dengan harga jual satu milyar.”

Marsel terlihat menggenggam jemari Tasya, ia menarik lembut perempuan itu lalu melangkah pergi.

Dara membopong Aira masuk ke rumah setelah Marsel pergi. Segelas air Dara berikan untuk Aira. Ia pun meneguknya, mata putih Aira memerah, ia ingin sekali menangis.

“Dara, maukah kamu membeli rumah ini?” tanya Aira penuh harap, Dara terdiam membelalak.

“Bisa kamu bantu saya mencarikan pembeli rumah ini?” tanya Aira kemudian, setelah sadar Dara tidak mungkin punya uang sebesar itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dekapan Terlarang sang Konselor   8

    "Dara itu adikku," ucap Satrio sewaktu pulang mengantarkan Aira. Pria itu menolak menjelaskan saat di rumah kediaman Tarasumitro lantaran mereka harus bergabung lagi dalam makan malam bersama."Mengapa tidak jujur sedari awal?""Kalau jujur, kamu pasti menolak bantuanku.""Jangan-jangan kamu yang membayar tagihan rumah sakitku," selidik Aira. Satrio fokus memandang jalanan di depan. "Begitulah," jawabnya datar."Aku tadi lihat kamu berduaan dengan Dinda sebelum kita pulang, sepertinya Dinda sesayang itu dengan kamu." Suasana hati Aira tidak cukup bagus sepulang dari kediaman Tarasumitro. Seharusnya ia bisa senang menjadi menantu orang kaya raya di negara tempatnya tinggal, akan tetapi Aira merasa banyak hal tidak dimengertinya. "Kami tumbuh bersama sedari kecil. Dia hanya takut kehilangan kakak laki-laki, tapi aku katakan kalau itu tidak akan terjadi.""Ya, terlihat akrab, sampai berpelukan dan -- dia mencium kamu." Aira tidak menyukai perasaan posesif yang mendadak timbul dalam hat

  • Dekapan Terlarang sang Konselor   7

    Suasana dalam kendaraan mewah Satrio hening, Aira sibuk dengan pikirannya sendiri. Malam ini dia diajak Satrio ke kediaman kakeknya. Satrio mengatakan kalau keluarga besarnya ingin bertemu dengan Aira.[Mereka akan menyukaiku, tidak, ya?] suara Aira dalam hatinya. Dia menyadari posisinya sebagai perempuan bercerai, lewat pengalaman orang lain, cukup sulit mendapat tempat di keluarga suami. Namun, Aira bertekad untuk tampil apa adanya agar tidak punya beban. Memasuki kediaman Tarasumitro membuat Aira tercengang, rumah di hadapannya itu bak istana yang megah. Dia tidak menyangka kalau konselor yang rutin dijumpainya berasal dari keluarga kaya raya.“Aku sudah kabarkan soal kehamilan kamu pada keluargaku,” ucap Satrio memecah keheningan. Aira tidak tertarik menanyakan reaksi pendengar, bagi Aira keluarga Tarasumitro pasti saja tidak terjangkau olehnya. Dia ada di sini karena tidak sengaja ketahuan mengandung bayi Satrio.Satrio dan Aira berjalan berdampingan, pria itu membawa Aira k

  • Dekapan Terlarang sang Konselor   6

    Aira berusaha melepaskan diri dari Satrio, saat berhasil dia melayangkan tangannya dengan keras ke pipi Satrio. Susah payah Aira menghirup udara bebas, ia melangkah mundur menjauh dari Satrio.Satrio menyentuh pipinya yang mendadak panas, terasa sakit bekas tamparan Aira.“Aku akan bertanggung jawab,” ujar pria itu membuat Aira geram.“Laki-laki begitu mudahnya berucap, kamu tidak jauh beda dari Marsel!” maki Aira dengan mata memerah. “Mengkhianati satu perempuan demi perempuan lain.” Aira merasa direndahkan sebagai perempuan.“Aku bisa mengurus Dinda, kamu tidak perlu kuatir.” Kalimat Satrio bukannya membuat Aira tenang, ia semakin muak terlibat percakapan dengan pria itu.Aira menarik kembali kopernya, memberanikan diri melintasi Satrio menuju pintu keluar. Sebelum berhasil meraih gagang pintu, pria itu dengan sigap memeluk Aira dari belakang membuat Aira kembali meradang.“Lepaskan!”Badan Aira dibalik oleh Satrio, pria itu kembali ingin mencium Aira, dia hanya ingin menenan

  • Dekapan Terlarang sang Konselor   5

    Terasa berputar dunia saat Aira membuat proposal usaha yang akan digeluti paska bercerai dari Marselino Wijaya. Sengaja Aira keluar rumah untuk mencapat inpirasi demi masa depannya. Dia berada di sebuah restoran dengan pemandangan alam perbukitan.Tenggorokan Aira terasa panas dan masam, matanya berair sewaktu rasa mual menyerang Aira. Cepat Aira berlari ke toilet meninggalkan barang-barangnya.Di waktu bersamaan, Satrio tengah bersama rekan kerjanya ke restoran yang sama dengan Aira. Pertemuannya telah selesai, ia hendak kembali pulang. Satrio memandang tas yang mirip sekali dengan yang dimiliki oleh Aira.“Terima kasih kedatangannya, kerja sama kita pasti akan besar dan diterima masyarakat,” ucap Satrio pada rekan bisnisnya. Tamu Satrio pamit undur diri, tinggallah Satrio bersama seorang perempuan. Satrio kembali menatap tas yang mirip dengan kepunyaan Aira.“Kak Satrio, aku kembali ke perusahaan bersama kakak, ya?” tanyanya.Satrio tidak menjawab, ia malah duduk di kursi tempa

  • Dekapan Terlarang sang Konselor   4

    Setelah sidang pertama, yakni upaya mediasi gagal karena keduanya bersepakat bercerai, maka hakim memutuskan mengabulkan gugatan perceraian yang diajukan Marsel terhadap Aira. Aira pun tidak berniat untuk melakukan upaya hukum banding. Dua pekan kemudian, barulah mereka menerima akta cerai.Secara tidak sengaja mereka bersamaan mengambil akta perceraian. Aira menampilkan paras cerah sewaktu menerima akta cerai. Namun, tidak demikian dengan Marsel. Dia tampak kaku membaca kertas dengan tulisan besar AKTA CERAI. Melihat tak ada reaksi sedih dari Aira, perasaan Marsel seolah-olah membalik.“Sepertinya kamu senang,” sapa Marsel sewaktu mendatangi Aira yang berniat keluar dari kantor tanpa menyapanya.“Seperti yang kamu lihat.” Aira mengangkat kertas akta sembari melebarkan senyumnya menandakan kepuasaan karena mereka berdua telah sah menjadi mantan.Dengan kepala tegak dan dada yang membusung, Aira melewati Marsel. Sebaliknya, Marsel tampak gusar melihat Aira berubah sikap dari sebelu

  • Dekapan Terlarang sang Konselor   3

    “Bu, ada kabar baik.” Dara duduk di samping Aira sembari menyodorkan air minum. “Ada yang berniat membeli rumah ibu ini,” ucap Dara girang menunjukkan percakapannya dengan seseorang yang disebut sebagai calon pembeli.Menjelang sore, pria yang dimaksud Dara duduk di teras rumah Aira. Suasana baik di hati Aira meningkat, ia punya harapan pria itu akan membeli rumahnya dengan harga yang layak. “Satrio?” ucap Aira serasa tidak percaya saat sosok itu membalik. Badannya hampir limbung ke belakang, untung saja Dara sigap menopang lengan Aira.“Sore Aira, aku tertarik dengan rumah ini.” Satrio mengulas senyum tipis. Aira bergeming tidak menunjukkan reaksi. “Tiga milyar,” ucap Satrio tegas tanpa basa-basi. Aira memejamkan mata, jantungnya berdetak kencang, kehilangan kata-kata. Memori bersama Satrio yang merupakan konselor psikologis yang seharusnya menangani perkara kesehatan mentalnya menari-nari di pikirannya hingga malam buruk yang menghancurkan Aira dan kepercayaan d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status