แชร์

7

ผู้เขียน: Novisi
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-11-11 08:58:24

Suasana dalam kendaraan mewah Satrio hening, Aira sibuk dengan pikirannya sendiri. Malam ini dia diajak Satrio ke kediaman kakeknya. Satrio mengatakan kalau keluarga besarnya ingin bertemu dengan Aira.

[Mereka akan menyukaiku, tidak, ya?] suara Aira dalam hatinya. Dia menyadari posisinya sebagai perempuan bercerai, lewat pengalaman orang lain, cukup sulit mendapat tempat di keluarga suami. Namun, Aira bertekad untuk tampil apa adanya agar tidak punya beban.

Memasuki kediaman Tarasumitro membuat Aira tercengang, rumah di hadapannya itu bak istana yang megah. Dia tidak menyangka kalau konselor yang rutin dijumpainya berasal dari keluarga kaya raya.

“Aku sudah kabarkan soal kehamilan kamu pada keluargaku,” ucap Satrio memecah keheningan. Aira tidak tertarik menanyakan reaksi pendengar, bagi Aira keluarga Tarasumitro pasti saja tidak terjangkau olehnya. Dia ada di sini karena tidak sengaja ketahuan mengandung bayi Satrio.

Satrio dan Aira berjalan berdampingan, pria itu membawa Aira ke sebuah ruangan. Di sana telah duduk beberapa orang, Aira menduga mereka adalah keluarga besar Satrio.

Aira mengulas senyum dari kiri ke kanan lalu berbalik lagi. Paras mereka dingin seperti Satrio.

“Kakek, ayah, ibu, dan semua, perkenalkan ini Aira, calon isteriku.” Aira mengulang senyumnya. Namun, tidak seorang pun yang membalas.

“Duduk, Satrio,” ucap seseorang dengan rambut yang memutih dari kursi rodanya. Aira yakin itu adalah kakek Satrio.

Aira terkejut dari sudut mata ia melihat Dinda dan -- Dara. Untuk apa Dara kemari? Apa hubungan Satrio dengan Dara. Hanya saja, di pertemuan ini Dara merias wajahnya.

“Saat ini, status Aira telah bercerai dan seperti yang telah diketahui kalau Aira mengandung anakku.”

[Apa iya itu anak Satrio?] Aira bisa mendengar nada keraguan dari sebelah kiri. Bisik-bisik membuat Aira tidak nyaman.

“Tentu saja, Tante. Kalau diperlukan bukti dalam waktu dekat aku akan melakukan tes,” ujar Satrio yang disambut rasa kecewa Aira. Ia melempar tatapan tersakiti, Satrio bisa melihat pesan itu dari paras Aira.

“Namun, tes itu sebenarnya tidak diperlukan, aku yakin kalau anak dalam kandungan Aira adalah darah dagingku,” lanjut Satrio menimbulkan perasaan terlindungi dalam diri Aira.

“Seharusnya kamu bertunangan dengan Dinda, kalian telah saling mengenal semenjak kecil,” ucap keluarga lainnya. Keadaan hening. Di satu sisi Aira menjadi tahu kalau Dinda dan Satrio belum resmi bertunangan, di sisi lain diliputi perasaan bersalah karena dia merasa Dinda begitu menyukai Satrio.

“Om, Dinda itu saudara sepupu, aku menganggapnya sama seperti Dara, adikku sendiri.”

Kelopak mata Aira membuka menutup dengan cepat, napasnya seperti terhenti sejenak. Ia mencerna kalimat yang dilontarkan Satrio baru saja. Dara adiknya Satrio?

Dari sisi Dinda, ia merasa kecewa dengan sikap Satrio, padahal selama ini pria itu juga tidak menjaga jarak dengannya. Rupanya Satrio hanya menganggap hubungan saudara dengannya. Tidak kuat berada di sana, Dinda memilih keluar dari ruangan besar itu.

Suasana kembali diliputi keheningan. “Sudah berapa lama usia kandungan kamu, Aira?”

Perempuan itu mengulas senyum ramah, kalimatnya pun terdengar lembut di pendengaran Aira. “Sudah delapan minggu, Tante.”

“Loh, bukannya baru bercerai? Kamu yakin Satrio?” Perempuan yang tadi dipanggil tante oleh Satrio mencecar kembali dengan pertanyaan yang penuh keraguan.

Saat Satrio akan menjawab, ia disela. “Papa dan keluarga semua, Satrio telah menceritakan apa yang telah terjadi sebelum kehamilan dan perceraian pada saya sebagai ibu yang melahirkan Satrio. Saya merasa hal itu tidak perlu diumbar, yang penting anak dalam kandungan Aira adalah keturunan keluarga Tarasumitro. Cicit pertama sekaligus cucu pertama yang akan lahir dalam keluarga. Kita juga perlu mempertimbangkan perasaan Aira agar tidak tertekan.”

“Ini semua untuk kebaikan keluarga Tarasumitro, mana kita tahu tujuan dia sebenarnya apa.”

“Mama Dinda tidak seharusnya berkata begitu.”

“Saya hanya ingin yang terbaik untuk keluarga besar!”

“Cukup!” Suara kakek menggelegar dalam ruangan. Orang yang disebut mama Dinda dan ibu kandung Satrio terdiam, begitu juga keluarga yang lain.

“Papa memanggil Satrio agar kita mengenal calon isterinya. Bukan untuk bertengkar.” Kakek Satrio melihat bergantian menantu dan putri kandungnya serta semua yang hadir di sana.

“Satrio, malam ini kakek percaya dengan keyakinan kamu untuk memperisteri Aira. Bila suatu waktu ditemukan kebohongan, kakek tidak akan memaafkan kalian!” Aira merasa terintimidasi, meskipun demikian ucapan kakek dan ibu kandung Satrio menyisakan ketenangan dalam hati Aira.

Kakek keluar dari ruangan, diikuti oleh seluruh keluarga hingga tinggallah Aira dan Satrio. Begitu Satrio akan melangkah, Aira mencegat lengannya.

“Aku mau penjelasan mengapa Dara ada di sini.”

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Dekapan Terlarang sang Konselor   8

    "Dara itu adikku," ucap Satrio sewaktu pulang mengantarkan Aira. Pria itu menolak menjelaskan saat di rumah kediaman Tarasumitro lantaran mereka harus bergabung lagi dalam makan malam bersama."Mengapa tidak jujur sedari awal?""Kalau jujur, kamu pasti menolak bantuanku.""Jangan-jangan kamu yang membayar tagihan rumah sakitku," selidik Aira. Satrio fokus memandang jalanan di depan. "Begitulah," jawabnya datar."Aku tadi lihat kamu berduaan dengan Dinda sebelum kita pulang, sepertinya Dinda sesayang itu dengan kamu." Suasana hati Aira tidak cukup bagus sepulang dari kediaman Tarasumitro. Seharusnya ia bisa senang menjadi menantu orang kaya raya di negara tempatnya tinggal, akan tetapi Aira merasa banyak hal tidak dimengertinya. "Kami tumbuh bersama sedari kecil. Dia hanya takut kehilangan kakak laki-laki, tapi aku katakan kalau itu tidak akan terjadi.""Ya, terlihat akrab, sampai berpelukan dan -- dia mencium kamu." Aira tidak menyukai perasaan posesif yang mendadak timbul dalam hat

  • Dekapan Terlarang sang Konselor   7

    Suasana dalam kendaraan mewah Satrio hening, Aira sibuk dengan pikirannya sendiri. Malam ini dia diajak Satrio ke kediaman kakeknya. Satrio mengatakan kalau keluarga besarnya ingin bertemu dengan Aira.[Mereka akan menyukaiku, tidak, ya?] suara Aira dalam hatinya. Dia menyadari posisinya sebagai perempuan bercerai, lewat pengalaman orang lain, cukup sulit mendapat tempat di keluarga suami. Namun, Aira bertekad untuk tampil apa adanya agar tidak punya beban. Memasuki kediaman Tarasumitro membuat Aira tercengang, rumah di hadapannya itu bak istana yang megah. Dia tidak menyangka kalau konselor yang rutin dijumpainya berasal dari keluarga kaya raya.“Aku sudah kabarkan soal kehamilan kamu pada keluargaku,” ucap Satrio memecah keheningan. Aira tidak tertarik menanyakan reaksi pendengar, bagi Aira keluarga Tarasumitro pasti saja tidak terjangkau olehnya. Dia ada di sini karena tidak sengaja ketahuan mengandung bayi Satrio.Satrio dan Aira berjalan berdampingan, pria itu membawa Aira k

  • Dekapan Terlarang sang Konselor   6

    Aira berusaha melepaskan diri dari Satrio, saat berhasil dia melayangkan tangannya dengan keras ke pipi Satrio. Susah payah Aira menghirup udara bebas, ia melangkah mundur menjauh dari Satrio.Satrio menyentuh pipinya yang mendadak panas, terasa sakit bekas tamparan Aira.“Aku akan bertanggung jawab,” ujar pria itu membuat Aira geram.“Laki-laki begitu mudahnya berucap, kamu tidak jauh beda dari Marsel!” maki Aira dengan mata memerah. “Mengkhianati satu perempuan demi perempuan lain.” Aira merasa direndahkan sebagai perempuan.“Aku bisa mengurus Dinda, kamu tidak perlu kuatir.” Kalimat Satrio bukannya membuat Aira tenang, ia semakin muak terlibat percakapan dengan pria itu.Aira menarik kembali kopernya, memberanikan diri melintasi Satrio menuju pintu keluar. Sebelum berhasil meraih gagang pintu, pria itu dengan sigap memeluk Aira dari belakang membuat Aira kembali meradang.“Lepaskan!”Badan Aira dibalik oleh Satrio, pria itu kembali ingin mencium Aira, dia hanya ingin menenan

  • Dekapan Terlarang sang Konselor   5

    Terasa berputar dunia saat Aira membuat proposal usaha yang akan digeluti paska bercerai dari Marselino Wijaya. Sengaja Aira keluar rumah untuk mencapat inpirasi demi masa depannya. Dia berada di sebuah restoran dengan pemandangan alam perbukitan.Tenggorokan Aira terasa panas dan masam, matanya berair sewaktu rasa mual menyerang Aira. Cepat Aira berlari ke toilet meninggalkan barang-barangnya.Di waktu bersamaan, Satrio tengah bersama rekan kerjanya ke restoran yang sama dengan Aira. Pertemuannya telah selesai, ia hendak kembali pulang. Satrio memandang tas yang mirip sekali dengan yang dimiliki oleh Aira.“Terima kasih kedatangannya, kerja sama kita pasti akan besar dan diterima masyarakat,” ucap Satrio pada rekan bisnisnya. Tamu Satrio pamit undur diri, tinggallah Satrio bersama seorang perempuan. Satrio kembali menatap tas yang mirip dengan kepunyaan Aira.“Kak Satrio, aku kembali ke perusahaan bersama kakak, ya?” tanyanya.Satrio tidak menjawab, ia malah duduk di kursi tempa

  • Dekapan Terlarang sang Konselor   4

    Setelah sidang pertama, yakni upaya mediasi gagal karena keduanya bersepakat bercerai, maka hakim memutuskan mengabulkan gugatan perceraian yang diajukan Marsel terhadap Aira. Aira pun tidak berniat untuk melakukan upaya hukum banding. Dua pekan kemudian, barulah mereka menerima akta cerai.Secara tidak sengaja mereka bersamaan mengambil akta perceraian. Aira menampilkan paras cerah sewaktu menerima akta cerai. Namun, tidak demikian dengan Marsel. Dia tampak kaku membaca kertas dengan tulisan besar AKTA CERAI. Melihat tak ada reaksi sedih dari Aira, perasaan Marsel seolah-olah membalik.“Sepertinya kamu senang,” sapa Marsel sewaktu mendatangi Aira yang berniat keluar dari kantor tanpa menyapanya.“Seperti yang kamu lihat.” Aira mengangkat kertas akta sembari melebarkan senyumnya menandakan kepuasaan karena mereka berdua telah sah menjadi mantan.Dengan kepala tegak dan dada yang membusung, Aira melewati Marsel. Sebaliknya, Marsel tampak gusar melihat Aira berubah sikap dari sebelu

  • Dekapan Terlarang sang Konselor   3

    “Bu, ada kabar baik.” Dara duduk di samping Aira sembari menyodorkan air minum. “Ada yang berniat membeli rumah ibu ini,” ucap Dara girang menunjukkan percakapannya dengan seseorang yang disebut sebagai calon pembeli.Menjelang sore, pria yang dimaksud Dara duduk di teras rumah Aira. Suasana baik di hati Aira meningkat, ia punya harapan pria itu akan membeli rumahnya dengan harga yang layak. “Satrio?” ucap Aira serasa tidak percaya saat sosok itu membalik. Badannya hampir limbung ke belakang, untung saja Dara sigap menopang lengan Aira.“Sore Aira, aku tertarik dengan rumah ini.” Satrio mengulas senyum tipis. Aira bergeming tidak menunjukkan reaksi. “Tiga milyar,” ucap Satrio tegas tanpa basa-basi. Aira memejamkan mata, jantungnya berdetak kencang, kehilangan kata-kata. Memori bersama Satrio yang merupakan konselor psikologis yang seharusnya menangani perkara kesehatan mentalnya menari-nari di pikirannya hingga malam buruk yang menghancurkan Aira dan kepercayaan d

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status