Setitik CintaMalam hari, Vero terbangun, dia melihat Luna tertidur di kursi yang berada di sebelah tempat tidurnya, wajahnya menempel pada pegangan tempat tidur. Vero mengamati wajah itu, wajah yang sepertinya begitu lelah.Luna mengurusnya dengan baik, selama satu minggu ini. Tidak memikirkan dirinya sendiri, semua tenaga, pikirannya tercurah untuk Vero, pria yang dia anggap suaminya."Apa kau akan bertahan dengan perasaan itu?" ucap Vero dalam hatinya."Apa kau akan tetap mengurusku setelah tahu semua yang telah aku lakukan padamu?" lanjut Vero dalam hatinya.****Pagi hari, Radit sudah berada di depan sebuah apartemen mewah, dia mengetuk pintu unit apartemen itu, menunggu beberapa saat."Ra-Radit," ucap seseorang setelah membuka pintu itu. Unit apartemen itu adalah tempat tinggal Rose dan anaknya."Boleh aku masuk?" tanya Radit."Untuk apa?" tanya Rose."Ini," ucap Radit seraya mengangkat apa yang dibawanya.Radit masuk ke unit apartemen itu, duduk di kursi sofa dan meletakkan pap
Sebagai Seorang IstriLuna membantu Vero berbaring ke tempat tidur, menyelimutinya, membuatnya senyaman mungkin. Vero melihat ke arah mata Luna, dia benar benar menemukan ada setitik cinta di dalam hatinya, lewat pandangan mata itu, setitik cinta yang kemudian menunggu untuk dijadikan sebuah garis atau bahkan gambar yang indah.Luna berdiri, hendak beranjak pergi meninggalkan Vero karna merasa tugasnya telah selesei. Vero menarik tangan Luna hingga Luna jatuh tepat ke pelukannya."Ve-Vero maafkan aku," ucap Luna. Vero menempelkan jadi telunjuknya ke bibir Luna, memintanya untuk diam, lalu Vero menarik tubuh Luna lebih dekat ke arahnya.Deru jantung Luna begitu keras beradu seperti hendak akan pergi perang. Keras, cepat, mungkinkah akan melompat keluar? Oh situasi ini membuat Luna tidak bisa bergerak, seperti tiba tiba membeku, menjadi es.Vera mendekatkan wajah Luna ke wajahnya, lalu bibir itupun bersentuhan. Vero mengecup bibir Luna, kecupan singkat, lalu melepaskannya. Dia melihat L
BertahanVero turun dari tempat tidur, dia melihat ke arah Rose, masih tertidur lelap, dia berjalan keluar kamar, menuju ke kamar baby Panda, Vero membuka pintu kamar bayi itu, dia melihat baby Panda tidur dengan pulas di dalam box bayinya. Vero tersenyum, mengamatinya beberapa saat lalu pergi.Vero keluar dari unit apartemen Rose, berjalan cepat ke arah taxi online yang telah dipesannya. Jam 4 dini hari, mobil taxi menuju ke kediaman keluarga Hermansyah. Vero turun dari mobil taxi, lalu mengendap endap di dekat pintu gerbang."Ssssttt," bisik Vero memberi isyarat memanggil satpam Tono yang terlihat menggerakkan tubuhnya di depan pos jaga."Ssssttt," bisik Vero lagi, karna isyarat yang pertama tidak membuahkan hasil.Satpam Tono menerima isyarat itu, lalu dia mendekat. "Siapa itu?" tanya satpam Tono. Mendengar hal itu Vero memberi isyarat satpam Tono untuk diam."Tu-tuan muda?" tanya satpam Tono yang mulai mengenali tuan mudanya."Ayo cepat buka," pinta Vero."Ba-baik tuan muda," uc
CemburuLuna pergi ke supermarket diantar oleh supir pribadi Vero, setelah tiga puluh menit perjalanan, Luna sampai di supermarket itu. Luna turun dari mobil dan masuk ke supermarket terbesar yang ada di kota Jakarta.Luna mengambil troli belanja, dia siap untuk membeli semua yang dia butuhkan di rumah, demi menyajikan makanan makanan enak yang memanjakan perut seluruh orang yang ada di kediaman keluarga Hermansyah."Vero masih belum ke kantor, jadi aku harus menyiapkan makanan yang enak untuknya," gumam Luna.Luna menyusuri setiap lorong, mengambil bahan bahan segar, dia melihat ada sekotak setrawberry segar, buah kesukaannya, dia meraih buah itu, namun tangannya berbarengan dengan tangan orang lain yang juga menginginkan buah itu."Ma-maaf ucap Luna ketika tangan mereka beradu. Luna melihat ke arah orang itu."Radit," ucap Luna setelah mengenali orang yang ada di hadapannya."Luna, sepertinya dunia yang kita huni cukup sempit sekali, kita sering bertemu, atau mungkin jodoh?" ucap Ra
Pria Setia"Luna, ibu bisa minta tolong? ibu tahu kau sudah sangat sibuk, tapi ibu tidak tahu harus minta tolong sama siapa lagi," ucap nyonya Anna."Tentu saja ibu, Luna dengan senang hati akan membantu," ucap Luna seraya tersenyum."Oh iya apa Vero sudah berangkat ke kantor?" tanya nyonya Anna memastikan."Sudah ibu, baru saja Luna mengantarnya pergi," ucap Luna."Baguslah, ibu ada pertemuan penting hari ini, ibu sudah ada janji dengan toko perhiasan, harusnya ibu mengambil perhiasan itu, bisa minta tolong ambilkan? ini berkas pengambilannya, ada alamatnya di dalam," ucap nyonya Anna."Ba-baik ibu, nanti akan Luna ambilkan," ucap Luna."Baiklah, ibu pergi dulu, kau memang bisa diandalkan Luna, ibu bersyukur sekali," ucap nyonya Anna. Luna hanya tersenyum mendengar itu, karna itu bukan pujian pertamanya, pujian karna telah membantu semua orang di rumah ini.Luna memegang amplop putih yang berisi berkas pengambilan perhiasan, toko berlian yang cukup terkenal. "Baiklah, aku bisa mela
Kasih Seorang AyahRose berusaha menenangkan Noah yang terus saja menangis, entah apa yang dirasakannya, Rose kesulitan menerjemahkan bahasa itu. "Perawat Susi, apa dia sakit?" tanya Rose."Badannya tidak panas nyonya, tidak mengompol dan dia sudah makan, saya sudah memeriksa kondisinya, tidak ada yang sala," ucap perawat Susi cemas."Apa yang harus kita lakukan, Noah terus menangis," ucap Rose seraya berusaha menenangkan Noah yang terus saja menangis di pelukannya."Apa tidak sebaiknya nyonya menghubungi tuan Vero, ayah Noah, mungkin Noah merindukan ayahnya," ucap perawat Susu. "Apa itu mungkin?" tanya Rose."Iya nyonya, rindu seorang anak yang belum bisa diutarakan dengan kata kata," ucap perawat Susi. Mendengar itu semua, Rose terdiam, berusaha memahami mungkin semua yang disampaikan perawat Susi benar adanya.Rose mengambil ponselnya dan mengirim pesan kepada Vero."Panda merindukanmu, dia menangis tanpa alasan," tulis Rose, lalu dia mengirim pesan itu. Di tempat lain, Vero yan
Cinta Lama ItuLuna dan Aurora sudah berada di dalam mobil. Mobil Aurora melaju, membelah padatnya kota Jakarta."Luna, kita akan menjemput seseorang dulu," ucap Aurora."Siapa?" tanya Luna."Nanti kau akan tahu, kau sudah mengenalnya," ucap Aurora.Mobil Aurora berhenti di sebuah gedung perkantoran, firma hukum loyal."Di sini?" tanya Luna yang sepertinya cukup familier dengan nama firma itu."Hai Dit," sapa Aurora seraya melambaikan tangan setelah melihat Radit keluar dari gedung perkantoran itu."Radit?" tanya Luna."Ya Radit, ibu pasti akan sangat senang sekali melihat kalian berdua, dua orang sahabatku, sahabat baikku, kita kembali seperti waktu kuliah dulu," ucap Aurora.Aurora segera turun dari mobilnya, dia menempati kursi belakang, lalu Radit yang menggantikannya mengemudi mobil."Luna," sapa Radit seraya tersenyum."Kita bertemu lagi," ucap Luna."Apa kalian sering bertemu?" tanya Aurora."Tidak, beberapa kali, ada urusan pekerjaan," ucap Luna."Pekerjaan? syukurlah, karna L
Rencana BesarMasa muda yang penuh cerita, tidak menyangka dunia begitu sempit. Dipo Hermansyah adalah mantan kekasih Ane Afana, putri pemilik perusahaan fashion terbesar di negeri ini. Begitulah, dunia selalu memberi kejutan. Tante Ane memilih untuk tidak menceritakan masa lalunya pada anak juga dua sahabat anaknya yang sudah seperti anak baginya, dia memilih menyimpan itu di dalam hatinya, karna cerita itu tidak selalu bahagia. "Ibu, lihat, ini foto pernikahan Luna," ucap Aurora seraya memperlihatkan foto pernikahan Luna yang ada di ponsel Luna."Kau tidak datang?" tanya tante Ane pada Aurora."Bagaimana bisa datang, dia tidak mengundang teman temannya, sampai sekarang bahkan aku masih sangat kesal," ucap Aurora."Maafkan aku Aurora, semua begitu mendadak, entahlah, aku sendiri juga bingung menjelaskannya, yang jelas pernikahan itu dilaksanakan secara mendadak," ucap Luna."Apa kau hamil?" tanya tante Ana menelisik."Apa tante? ha-hamil? ah tante ini bisa saja, mana mungkin hal sep