แชร์

07. Apologize

ผู้เขียน: Urbaby
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-07-16 21:03:04

"Terima kasih atas tumpangannya, Pak." Setelah mengatakan kalimat ucapan terima kasihnya Starla bergerak turun dari mobil, namun pergerakannya terhenti saat Xander memegang lengannya.

Xander berdeham kemudian membuka suara. "Benar kamu tidak apa-apa, Star?"

Starla menoleh dan mengerutkan alisnya tanda tidak mengerti. Dia kemudian tersenyum kecil. "Aku baik-baik saja, Pak. Memangnya aku terlihat tidak baik-baik saja?"

Xander hanya terdiam dan menatap Starla dengan lekat, kemudian menggeleng setelah beberapa detik berlalu. "Tidak ... tidak apa-apa, Star. Aku memiliki banyak pertanyaan, tetapi aku rasa itu kurang sopan untuk menanyakannya."

"Baiklah, aku masuk dulu, Pak. Dan terima kasih atas tumpangannya, besok aku akan membawakan jas ini setelah aku cuci." Tanpa menunggu jawaban, Starla sudah keluar dari mobil dan melangkah memasuki gedung apartemen kecil miliknya tanpa menoleh.

Xander sudah terbiasa dengan kejadian seperti ini, Starla memang tidak pernah sedikit pun menunjukkan rasa tertariknya meskipun Xander sudah menunjukkan banyak perhatian yang menjurus ke arah ingin memiliki. Tetapi, ya, itulah Starla dengan segala kemisteriusannya.

Xander memiliki banyak pertanyaan terhadap wanita itu. Pertanyaan yang mendominasi adalah kenapa dia bisa berada di pinggir jalan dekat sebuah klub besar dengan dandanan dan pakaian seperti itu. Bukannya men-judge, tetapi melihat pakaian wanita itu sudah jelas kalau dia bekerja di dunia malam. Xander tidak akan mencampuri urusan karyawannya, dia tidak membatasi karyawannya kalau dia memiliki pekerjaan sampingan, di samping ia masih bekerja dengan baik pada perusahaannya dan tidak mengganggunya sama sekali dengan pekerjaan sampingan itu.

Hanya saja, Starla itu begitu mengambil perhatiannya sejak pertama kali dia melihatnya. Wanita cantik yang begitu lembut menyihirnya saat pertama kali melihat wanita itu sedang berlarian memasuki lift dan hampir saja menabraknya, belakangan dia tahu kalau dia terburu-buru karena takut terlambat. Starla saat itu tanpa sengaja menabraknya dan membuatnya terjatuh, tetap meskipun begitu dia sama sekali tidak menunjukkan rasa sakit dan malah berdiri bahkan terus-terusan melontarkan permintaan maafnya.

Wanita itu tidak berhenti mengutarakan permintaan maaf, sampai Xander jengah sendiri dan menerima permintaan maaf itu. Setelah mendengar suara Xander, barulah wanita itu berlalu dari hadapannya. Dan ia ingat betul, saat itu Starla sama sekali tidak berniat menatap matanya dan hanya menunduk terus menerus.

Sejak saat itu, Starla benar-benar mengambil alih perhatiannya. Diam-diam ia mengamatinya dari kejauhan, dia tidak lebih dari penguntit. Tetapi semua yang dilakukan tanpa alasan, dia penasaran tentang wanita itu. Dan sampai kemudian beberapa kejadian demi kejadian mendekatkan mereka, Xander tentu saja begitu bahagia akhirnya bisa mengenal baik wanita tersebut.

Meskipun belum ke tahap yang lebih jauh, tetapi Xander sudah tahu seluk beluk keluarganya. Starla ternyata sebatang kara dan hanya hidup berdua bersama kakak lelakinya. Tetapi, meskipun begitu dia terlihat bahagia hidup pas-pasan. Starla memang wanita introvert, setahunya dia hanya berteman dengan satu divisinya bernama Ariana. Hanya itu, mungkin karena saking tertutupnya kepribadiannya.

Dan, kini wanita itu semakin tertutup semenjak kejadian satu bulan yang lalu—kematian Arlan, kakaknya. Kehilangan itu ternyata membawa dampak besar bagi Starla, wanita itu semakin terlihat kehilangan semangat hidup. Wanita itu selalu terlihat bersedih dan terlihat memiliki beban hidup yang berat.

Xander menatap kepergian Starla yang sudah semakin menjauh, dan sedikit pun sama sekali tidak menoleh ke arahnya.

Starla, bolehkah aku menjadi pelindung yang mencintaimu dan pengobat pelipur laramu?

****

Skylar menyesali karena telah melepaskan wanita itu dengan begitu mudahnya. Kini perempuan itu masih berkeliaran dengan bebasnya bahkan menjalin hubungan dengan seorang pria. Apa yang dilihatnya tadi menunjukkan kalau mereka memiliki hubungan khusus. Meskipun dia tidak bisa melihat dengan jelas rupa pria itu, karena hanya bisa melihat punggungnya, tetapi Skylar yakin sekali kalau yang menjadi kekasih Starla adalah orang yang memiliki kekuasaan sama sepertinya.

"Siapkan segalanya, besok wanita itu harus benar-berada dalam cengkeramanku. Malam ini biarkan dia beristirahat dan menikmati kehidupan tenangnya."

Tanpa basa-basi, Skylar langsung menghubungi tangan kanannya itu, Andreas.

"Baik, Tuan," jawab Andreas di seberang sana.

Tanpa menunggu jawaban, Skylar langsung memutuskan sambungan telepon. Setelah itu tatapannya kembali ke tempat di mana gedung kecil itu berada, tepatnya letak unit apartemen yang ditempati oleh Starla selama ini. Sudah dari tadi Skylar memarkir mobilnya dan memantau gedung apartemen kecil itu.

Bahkan dia melihat dengan jelas sebuah mobil mewah mengantarnya pulang dan bahkan mobil itu terlihat lama memarkir, setelah Starla memasuki gedung barulah mobil itu melenggang pergi menjauhi gedung tersebut.

Tanpa melakukan sesuatu, Skylar hanya mengamati dari kejauhan tempat itu. Sudah lama dia memantau pergerakan wanita itu, bahkan merencanakan sesuatu kehancuran untuk wanita tersebut. Malam ini dia masih membiarkan wanita itu tidur dengan tenang dan menikmati hidupnya. Tetapi setelah ini, Skylar bersumpah akan menciptakan sebuah neraka menyakitkan untuk wanita itu. Starla memang pantas untuk mendapatkannya, sebagai tameng atas perbuatan Arlan pada dirinya, adiknya dan kehidupannya. Wanita itu yang berhak mendapatkan rasa sakit yang selama ini Skylar rasakan.

Setelah unit milik Starla gelap, menandakan sang empu sudah menikmati tidurnya. Barulah Skylar berlalu dari tempat itu, menyisakan banyak janji bahwa keesokan harinya dia akan datang dan menjemput wanita itu untuk mendatangi neraka yang telah diciptakan untuknya.

Ah, Skylar sudah tidak sabar akan hal itu.

****

Starla merasa begitu lelah hari ini, pertemuannya dengan Skylar dan segala rentetan kejadian begitu mengganggunya. Dia ketakutan, sangat ketakutan melihat pria itu muncul di hadapannya. Tetapi di antara segala rasa takut itu, kemarahan lebih menguasainya saat Skylar malah melecehkannya di hadapan banyak orang. Sungguh, tidak ada yang pernah melecehkan sedemikian rupa seperti yang dilakukan oleh pria itu. Hal itu yang membuatnya semakin marah.

Setelah membersihkan diri dan menghilangkan jejak-jejak sentuhan pria itu pada tubuhnya, Starla bersiap untuk tidur. Tetapi ponselnya yang tergeletak di atas nakas mengambil alih perhatiannya.

Ariana is calling.

Sekilas ia tidak ingin mengangkat panggilan itu, dia masih sedikit kesal pada dirinya lebih tepatnya. Kalau tidak mengikuti permintaan Ariana, dia tidak akan mungkin bertemu pria brengsek itu dan mendapatkan pelecehan yang merusak harga dirinya. Tetapi pemikiran lain kembali mengganggunya, memangnya kau akan setega itu melihat ibu dari temanmu menderita karena penyakitnya?

Di tengah pergolakan batinnya, Starla menerima panggilan dari Ariana.

"Oh, syukurlah! Akhirnya kau mengangkatnya. Apa kau baik-baik saja, Star?"

Starla menghela napas dengan pelan. "Bohong kalau aku mengatakan bahwa aku baik-baik saja, karena nyatanya aku sama sekali tidak baik-baik saja."

Terdengar suara Ariana kembali di seberang sana. "Maaf ... maafkan aku, Star. Aku sama sekali tidak tahu kalau bos besar akan mengunjungi klub malamnya. Maaf karena—"

"Aku yang seharusnya minta maaf, Ariana," potong Starla. "Aku minta maaf karena mengacaukan segalanya, maafkan aku karena aku tidak memiliki banyak kesabaran sehingga saat ada yang melecehkanku aku membalasnya dengan kasar."

"Tidak, Star. Apa yang kau lakukan sudah benar, kau harus melawan siapa pun yang akan menyakitimu ataupun bersikap kurang ajar. Dan sekali lagi maaf karena membawamu ke dalam situasi yang rumit padahal aku tahu kau sudah memiliki beban hidup yang besar."

"Aku tidak apa-apa. Sudah dulu ya, aku sangat kelelahan malam ini."

"Istirahatlah, Star. Dan selamat malam!"

"Selamat malam."

Dan sambungan telepon terputus begitu saja. Starla berbaring nyalang dan menatap langit-langit kamar. Terkadang dia ingin menyerah dengan semua yang terjadi dan kadang ia juga ingin menyusul Arlan.

Hidup ini terlalu berat untuk dilaluinya sendiri.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Dendam Membara Tuan Muda   76. She Is Mine

    Hampir semua orang yang mengenal Skylar tahu dan pernah berkata bahwa pria itu termasuk tipikal pria yang memiliki semangat kerja yang kuat. Skylar pekerja keras yang hanya mementingkan kesibukannya sebagai atasan di sebuah perusahaan. Dan hal itu tentu sudah berada jauh di luar kepala Xander. Ya, sebagai seorang sahabat, yang bahkan pernah menganggapnya layaknya saudara, Xander tentu tahu, Skylar bukanlah atasan gegabah yang menyia-nyiakan pertemuan penting—bahkan ini sangat penting yang membuatnya turut serta hadir, jika tidak terjadi sesuatu yang mampu memaksa pria itu beralih dari urusan bisnisnya.Sejak awal pertemuan berlangsung, Xander membiarkan pikirannya menerka-nerka apa yang telah terjadi, berusaha menemukan jawaban apa pun agar dapat menenangkan hatinya yang sejak tadi menjeritkan nama Starla tanpa henti. Namun, jawaban yang ia dapatkan justru membuat keresahan yang dirasakannya kian menyulut. Dan segala pikiran buruk yang sempat mengisi kepalanya kini benar-benar terjadi

  • Dendam Membara Tuan Muda   75. Selfish

    "Biarkan aku bersamanya."Tepat setelah titah itu mengalir, sang wanita itu akhirnya beranjak pergi. Meninggalkan Skylar yang bergelung bersama eratnya cekaman situasi yang kini membelenggu paru-parunya, nyaris membuatnya tak mampu menghela udara dengan baik.Tatapan pria itu terus tertuju pada sosok wanita yang terbaring tak berdaya di atas ranjang pasien. Rentetan suara alat medis yang dicernanya berhasil membuatnya berubah kaku di tengah-tengah dinginnya ruangan. Namun, Skylar berusaha bersikap tenang meskipun ia sendiri tak kuasa menampik segala jeritan protes akan ketakutan serta kekhawatiran di dalam hatinya. Pria itu lantas mendekat dan melakukan hal yang sama di setiap kali ia datang, menyingkirkan bunga buket yang telah layu dari atas nakas, lalu menggantinya dengan yang baru sebelum memilih duduk di kursi yang tersedia di sisi ranjang pasien."Sudah lama menunggu?" tanya Skylar dengan nada suara yang lirih, sembari berusaha menguatkan diri ketika iris matanya melirik bedside

  • Dendam Membara Tuan Muda   74. Repentance

    Embusan napas berat itu terdengar, menyatu bersama pekatnya udara setelah Skylar menghelanya sedalam mungkin. Tetesan air hujan serta lumatan embun tampak saling bergelayut, merebak pada kaca jendela di hadapannya, berupaya mengusik pandangannya yang terus menatap pusat kota yang padat akan kendaraan di bawah sana, sedang pikirannya terus bernostalgia bersama ribuan penyesalan yang ia rasakan.Skylar mengingat jelas bagaimana kebengisan itu bermula, tepat setelah dunia berlaku begitu kejam mengguncang kehidupan adik satu-satunya, yang secara bersamaan cukup membuatnya merasa kehilangan akal, berikut dengan hati nuraninya. Semuanya hilang begitu saja dan hanya menyisakan kebencian serta rasa dendam yang mendalam. Menguar cepat dan merasuki jiwanya tanpa aba-aba, yang kemudian menimbulkan reaksi balasan terhadap siapa pun yang telah merusak kebahagiaan adiknya.Demi apa pun, Skylar bersumpah bahwa ia tidak pernah ingin menyakiti Starla tanpa alasan. Sungguh, tak sedikit pun niat yang te

  • Dendam Membara Tuan Muda   73. Regret

    Skylar membuka pintu ruangan dengan begitu pelan. Pandangannya tak pernah beralih meninggalkan punggung milik wanita yang tengah duduk di kursi roda yang menghadap jendela besar di depannya—ketika ia melangkah ringan sebelum memosisikan diri dan duduk merangkung di hadapan wanita itu."Gaby."Skylar bergumam pelan setelah menggenggam erat jemari sang adik dan langsung mendapat tanggapan dari sang empunya. Manik kelam Gabriella tergenang oleh air mata kini bergerak perlahan dan memutuskan untuk membalas tatapan kepedihan milik Skylar.Setelah beberapa minggu menjalani terapi dan metode penyembuhan lain dengan rutin, wanita itu sudah mulai memperlihatkan sedikit kemajuan. Ia tak pernah memberontak lagi ketika Skylar datang berkunjung. Ia juga sudah mulai mampu mencerna perkataan orang lain. Gabriella bahkan sudah mulai mengenal orang-orang yang berada di sekitarnya. Akan tetapi dia masih belum mampu mengeluarkan beberapa kalimat selain menyebutkan nama-nama orang yang ada di pikirannya

  • Dendam Membara Tuan Muda   72. Truth

    Siapa yang harus Skylar salahkan dalam hal ini? Apakah karena sosok wanita yang telah berhasil meluluhlantakkan hatinya akhir-akhir ini? Arlan yang dia pikir telah merusak kebahagiaan adiknya dengan ganas? Atau bahkan Gabriella yang memang sejak awal telah menyembunyikan sesuatu darinya?Tiga pertanyaan itu kerap kali berputar di otak Skylar sejak kejadian tragis seminggu yang lalu. Dan bagaikan lecutan cambuk yang mengenai punggungnya ketika ia tersadar bahwa dirinya sendirilah yang menjadi pusat dari semua kesalahan yang ada. Hatinya menjerit perih. Pria itu sadar, kecerobohannya tak hanya berdampak buruk bagi dirinya sendiri, tetapi juga pada orang lain yang bahkan tidak mengetahui apa pun di balik semua masalah yang terjadi.Apakah sejak awal pernikahan, Skylar pernah memikirkan perasaan Starla? Mungkin tidak, dia hanya memikirkan bagaimana cara menghancurkan wanita itu secara fisik maupun mental. Membuat wanita itu tidak lagi mengenali arti kehidupan serta tidak mengingat lagi ba

  • Dendam Membara Tuan Muda   71. Breathe

    Tangan lelaki itu tidak meninggalkan tubuh Starla saat ia membawa dirinya dalam posisi duduk dan dengan hati-hati meletakkan kepala sang istri di salah satu pahanya. Rasa takut langsung menyerangnya saat melihat tubuh Starla yang sudah bersimbah darah dan begitu lemah."Hei ... k—kau akan baik-baik saja. Tenanglah. Aku di sini, Starla!" Dengan terbata-bata Skylar membisikkan kalimat tersebut seraya menutupi luka-luka itu dengan tangan besarnya yang bergetar hebat, mencoba menghalau darah yang terus bercucuran, tanpa memperdulikan cairan tersebut yang merebak di sebagian kemeja birunya.Tak seorang pun yang mampu memaparkan seberapa besar ketegangan yang tengah menohok perasaan Skylar saat ini. Demi Tuhan, Ia luar biasa panik dan khawatir. Terlebih lagi saat ia menyadari Starla yang tidak bernapas. Wanita itu sudah terkulai lemah dengan mata yang terpejam rapat."B—breathe!" gumam lelaki itu dengan nada yang parau. "Hei ... why don't you breathe?""Breathe!"Pria itu menggeram frustasi

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status