Share

Dendam Pernikahan Pewaris Tampan
Dendam Pernikahan Pewaris Tampan
Penulis: Els Arrow

Direnggut Paksa

Penulis: Els Arrow
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-23 18:27:36

“Kau harus melayaniku malam ini.”

Ucapan pria itu membuat sekujur tubuh Nayara Ishvara gemetar di bawah kungkungannya.

Mereka memang sudah resmi menjadi suami istri beberapa jam yang lalu. Namun, pernikahan ini bukan karena cinta, melainkan karena terpaksa.

Nayara berusaha memberontak, tetapi tenaganya kalah dan sang pria terus membungkam mulutnya dengan ciuman kasar.

“Tolong, jangan—ahh!”

Nayara tersentak saat tangan kekar itu merobek gaun pengantin hingga bahu mulusnya terekspos.

Devanka Aryasatya—CEO muda dengan pahatan wajah tampan alami, menyeringai puas dan mulai menurunkan ciumannya ke leher tanpa mempedulikan penolakan Nayara. Dalam sekejap, ia berhasil melucuti gaun putih panjang yang tadinya melekat di tubuh wanita itu.

“Hentikan, kumohon ...,” rintih Nayara yang jelas saja tidak mendapat sahutan.

Devanka masih terus melancarkan aksinya, menyentuh dan mencumbu tubuh Nayara seperti orang kelaparan.

“Diamlah dan nikmati saja!” ujarnya dengan suara rendah.

Nayara dapat menghirup aroma alkohol yang begitu pekat dari embusan napas hangat pria itu.

Sentuhan demi sentuhan itu membuat tubuh Nayara seolah terbakar, entah karena terpantik gairah atau takut … ia tidak tahu.

Air matanya luruh kala merasakan Devanka turun ke bagian inti tubuhnya, menjamah bagian paling pribadi yang selama ini ia jaga.

Setelah mencapai puncak kenikmatannya, Devanka membaringkan tubuh lantas tidur begitu saja, tak peduli Nayara menangis sesenggukan di sebelahnya.

Namun, penyesalan itu tidak berhenti sampai di sana.

Saat pagi menjelang, Nayara begitu terkejut saat mendengar Devanka berteriak marah.

“Apa-apaan ini?!”

Pria itu bangun sambil memegangi kepalanya yang pening. Detik berikutnya ia membelalak saat menatap bercak merah di sprei.

“Kamu … melakukannya semalam ….”

“Nggak mungkin. Pasti kau yang menggodaku semalam, iya ‘kan?!”

Nayara menggeleng. “Kamu mabuk, Mas. Kamu memaksaku—”

“Diam!” Devanka membuang muka ke arah lain, tangannya menjambak rambut frustasi. “Aku tidak menginginkanmu. Jadi, jangan sampai kau hamil atau semuanya akan semakin kacau!”

Nayara menepis air mata yang kembali jatuh membasahi pipinya. Perih di pangkal pahanya tak sebanding dengan nyeri di hatinya.

Kalau bukan karena orang tua Devanka yang memohon-mohon, Nayara tidak akan mau menikah dengan pria arogan itu.

Beberapa hari lalu, ayah Nayara meninggal karena ditabrak mobil sport yang dikemudikan oleh Devanka.

Orang tua pria itu meminta maaf dan mengatakan mereka akan bertanggungjawab atas hidupnya. Namun, tanpa ia sangka tanggung jawab yang dimaksud adalah menikah dengan putra tunggal mereka, menjadikannya sebagai menantu dan bagian dari Keluarga Aryasatya.

“Berapa uang yang ditawarkan orang tuaku sampai kau mau menerima pernikahan ini?!”

Lamunan Nayara buyar. “Uang apa?” tanyanya bingung. “Mereka nggak menawarkan apa-apa, aku juga nggak tahu kalau maksud mereka bertanggungjawab adalah dengan menikahkan kita ....”

Devanka mendengkus kasar. “Ayahmu pasti sengaja menabrakkan diri ke mobilku supaya dapat uang, kan? Apesnya ... dia malah meninggal!”

Sepasang netra Nayara berkilat menahan amarah atas tuduhan tersebut. Bagaimana bisa Devanka mengatakan hal sejahat itu? Bahkan saat itu, ayahnya sedang sakit dan hendak berobat.

“Kami memang miskin, tapi kami nggak serendah itu!” kata Nayara dengan suara tertahan.

Sekali lagi, Devanka mendengkus. “Masih berkilah? Nyatanya, sekarang kau ada di pernikahan ini. Untuk apa kalau bukan harta, hah?”

Nayara tidak tahan lagi. Ia perlahan bangkit, memegang erat selimut agar tidak terlepas dari tubuhnya.

Ia menerima tawaran pernikahan ini karena mertuanya mengatakan mereka adalah sahabat mendiang ayahnya, juga pernah berencana menjodohkan anak masing-masing.

Nayara pikir, menuruti permintaan mertuanya akan membuat mendiang ayahnya tenang, sama sekali tidak terbesit perihal uang seperti yang dituduhkan Devanka.

Namun, sepertinya pria itu tidak akan percaya penjelasannya. Matanya sudah tertutup kebencian.

“Terserah kalau kamu berpikir seperti itu—”

“Oh, jadi kau mengakuinya?” sela Devanka cepat. “Pintar sekali kau memanfaatkan situasi untuk masuk ke keluargaku!”

Sungguh, harga dirinya telah diinjak sedemikian kejam. Perasaannya tercabik oleh setiap kata yang keluar dari mulut Devanka.

Mahkotanya telah direnggut paksa, tapi Devanka masih tega menodongnya dengan tuduhan tidak berdasar!

“Jangan pikir karena sudah menyerahkan tubuhmu, aku sudi menerimamu. Lebih baik kau sadar diri!”

Nayara mengepalkan tangannya dengan kuat, setengah mati menahan agar tidak menangis lagi. Ia tidak mau menangisi manusia tidak punya hati ini!

Devanka lantas beranjak ke kamar mandi, diiringi dentam pintu yang dibanting keras. Sementara wanita cantik itu terduduk luruh di lantai. Kakinya seolah kehilangan tenaga.

“Papa ... lebih baik aku ikut mati saja …,” gumamnya lirih. Ia mengepalkan tangan dan memukul-mukul dada yang terasa sesak.

Tak lama kemudian, Devanka keluar dari kamar mandi mengenakan pakaian yang lebih rapi.

“Nggak usah drama,” sindir pria itu dengan nada dingin. “Cepat ganti baju. Setelah ini kita pindah ke apartemen!” perintahnya.

Belum sempat Nayara menjawab, pria itu sudah keluar dari kamar. Mau tak mau, Nayara pun segera bergegas.

***

Mereka tiba di sebuah gedung pencakar langit yang berdiri di tengah hiruk pikuk kota. Apartemen mewah itu terletak di lantai paling atas, penthouse dengan panorama menakjubkan.

“Letakkan barangmu di kamar sebelah. Kita pisah kamar,” ucap Devanka, menunjuk pintu di sisi kanan ruang utama.

Nayara hanya menjawab dengan anggukan, ia segera meletakan tasnya yang berisi beberapa baju dan segelintir barang-barang lain. Lantas menuju dapur karena merasa perutnya lapar.

Saat aroma tumisan mulai menyebar, Nayara mendengar suara bel berbunyi. Dengan ragu, ia melangkah ke pintu dan membukanya.

Sosok di hadapannya membuat Nayara terpaku sejenak. Seorang wanita tinggi semampai berdiri angkuh. Kulitnya putih mulus, hidung mancung, bibir merah merona. Dress mini berwarna hitam membungkus tubuh lengkap dengan heels berkilau dan clutch mungil di tangan.

“Kau siapa?” tanya perempuan itu. Ia melirik ke nomor pintu, seolah memastikan ia tidak salah alamat.

“Anda … siapa?” Nayara balik bertanya.

Dahi wanita itu mengerut tidak suka. “Aku kekasih Devanka. Kau? Pembantu baru?”

Nayara tercekat. “Maaf, mungkin Anda salah unit,” ujarnya sopan, berusaha tetap tenang walau perasaannya mendadak tak karuan.

Wanita itu menyeringai. “Nggak salah, kok. Pacarku memang tinggal di sini—”

“Calysta ...?” Kedua wanita itu sama-sama menoleh. Devanka muncul dan menghampiri mereka di ambang pintu.

“Sayang!” seru wanita itu sambil melangkah masuk, menyenggol bahu Nayara dan langsung memeluk Devanka.

“Kenapa nggak bilang mau datang?” tanya Devanka. Suaranya terdengar lembut, sangat berbeda ketika berbicara pada Nayara.

“Aku kangen kamu,” kata perempuan yang dipanggil Calysta itu dengan nada manja.

Nayara terpaku di tempat saat melihat Devanka tersenyum. Benarkah pria yang berada di hadapannya ini adalah orang yang sama dengan yang dikenalnya?

“Mau sampai kapan kau berdiri di sana?”

Nayara tersentak saat suara dingin itu menusuk telinganya.

“Siapkan makanan dan minuman untuk kekasihku.”

“Y-ya?” sahut Nayara linglung.

Kekasih … Devanka ternyata masih menjalin kasih dengan wanita lain?

“Kau tuli?” sinis Devanka, membuat Nayara kembali menatapnya nanar.

Jadi inilah alasan mengapa pria itu mati-matian menolak kehadirannya.

“Jangan lama. Aku tidak mau Calysta menunggu.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Agung99
harusnya gak usah mau nikah kalo cuma mau nyakitin
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Dendam Pernikahan Pewaris Tampan    Menunggui Nayara

    Nayara menggenggam perutnya erat-erat, tubuhnya gemetar hebat. Ia nyaris terjatuh sebelum berhasil mencapai kamar mandi. Suara muntah terdengar keras, menggema dalam ruangan kecil berubin putih itu. Air matanya bercucuran, bercampur keringat dingin yang membasahi wajah dan lehernya."Astaga ... kenapa ini ...," isaknya lirih, tubuhnya menggeliat kesakitan.Tak lama, ia kembali muntah. Isi perutnya nyaris habis, tapi rasa mual dan nyeri terus bergejolak.Beberapa menit kemudian, dengan tubuh lemas, Nayara merangkak keluar dari kamar mandi. Ia tertatih-tatih ke arah ranjang dan menjatuhkan diri di sisi kasur, napasnya berat dan terengah.Dengan tangan gemetar, ia meraih ponsel dari meja samping."Hallo ...?" Suaranya terdengar serak. "T-tolong kirimkan dokter, perut saya sakit sekali setelah makan makanan yang tadi kalian kirim. Kamar 1210.""Baik, Ma'am. Kami akan segera memanggil dokter. Mohon tunggu beberapa menit."Nayara meletakkan ponselnya kembali, lalu menutup mata, pening ka

  • Dendam Pernikahan Pewaris Tampan    Sabotase Makanan

    "Jalan-jalan aja, deh. Sayang juga kalau habis sarapan langsung balik ke hotel, kayaknya pemandangannya bagus," gumamnya. Nayara memutuskan berjalan menyusuri trotoar di sepanjang area resort. Ia juga masuk ke beberapa toko suvenir, butik khas Eropa, dan toko cokelat lokal yang harum aroma manisnya. Ia membeli syal bermotif salju untuk dirinya, serta beberapa oleh-oleh seperti cokelat, mug, dan selimut hangat berbahan wol untuk mama mertuanya.Di tengah asyiknya berbelanja, muncul empat pria kekar berpakaian serba hitam, wajah-wajah khas Asia Timur dengan jas dan earset kecil di telinga mereka. Mereka mendekat dengan sopan."Nona Nayara, kami bodyguard yang disewa Tuan Seno untuk memantau perjalanan Anda dengan Tuan Devanka. Maaf kalau sejak kemarin kami hanya mengawasi dari kejauhan karena ada Tuan Devanka di sisi Nona. Sekarang, kami akan mengawasi jarak dekat saat Nona keluar sendiri," ucap salah satu pria itu dengan sopan.Nayara mengangguk pelan. Ia tidak kaget, sejak awal, ia

  • Dendam Pernikahan Pewaris Tampan    Sarapan Terbungkus Hening

    “Halo? Nayara? Kamu baik-baik aja?” Suara pria dari seberang telepon terdengar cemas.Devanka langsung membentak, “Siapa kau?!” “Eh, maaf, saya temannya Nayara dari—”“Denger baik-baik, dasar brengsek! Jangan pernah hubungi istriku lagi!” sembur Devanka, suaranya meledak seperti bom. “Dia udah nikah! Dan aku suaminya!”“Tunggu, saya nggak ada maksud—”Klik!Panggilan dimatikan sepihak. Dengan geram, Devanka melempar ponsel itu ke kasur, lalu mengambil jaketnya dan berjalan keluar kamar tanpa satu kata pun.Pintu tertutup keras di belakangnya.Di dalam kamar mandi, Nayara mendongak. Suara pintu itu membuatnya tahu Devanka telah pergi. Ia berdiri, menggenggam wastafel untuk menopang tubuhnya yang gemetar. Begitu keluar, wajahnya tampak hancur, matanya sembab, pipinya pucat, dan rambutnya sedikit kusut.Tanpa pikir panjang, ia langsung melompat ke ranjang, menarik selimut tebal hingga menutupi tubuhnya, memejamkan mata erat-erat. Sampai keesokan harinya, hotel mewah yang terkenal deng

  • Dendam Pernikahan Pewaris Tampan    Perdebatan Sengit

    “Aku harus balik ke kamar sekarang. Suamiku nyariin,” gumam Nayara sambil menatap layar ponselnya yang masih menyala.Vanya langsung menatapnya tajam. “Nay, denger, ya,” ujarnya serius, tangannya mencengkeram jemari sahabatnya. “Kamu nggak boleh terus lemah. Orang yang terlalu lemah itu gampang diinjak, Nay. Kalau kamu memang memutuskan bertahan, kamu harus lawan. Tegas! Jangan biarin dirimu sendiri terus disiksa begini!”Nayara menunduk, mengangguk kecil.“Jangan ngangguk doang. Kamu harus inget, kamu berharga. Kalau dia anggap kamu beban, itu karena dia terlalu buta buat lihat siapa kamu sebenernya.”“Aku ngerti, Van. Makasih, ya,” kata Nayara dengan suara nyaris pecah.Vanya menghela napas. “Oke. Tapi nanti kamu harus telepon aku, ya. Ceritain kelanjutannya, jangan disimpen sendiri.”“Iya, aku telepon.”“Janji?”“Janji.”Nayara pun berdiri dan berjalan cepat ke arah lift, meninggalkan Vanya yang masih menatap punggungnya dengan cemas.***Pintu kamar terbuka pelan. Napas Nayara ter

  • Dendam Pernikahan Pewaris Tampan    Bertemu Sahabat Lama

    “Devanka! Buka pintunya sekarang juga!” suara Calysta terdengar lantang dari balik pintu.Dengan rahang mengeras, Devanka melangkah cepat dan membuka pintu kamar. Di ambang pintu berdirilah Calysta, tangan mencengkeram pinggul, dagu terangkat tinggi.“GILA KAMU, YA?!” semburnya langsung. “Tinggalin aku begitu aja demi Nayara?! Aku sendirian di sana kayak orang bego nungguin kamu balik!”Napasnya memburu, mata menyipit tajam.“Kamu pilih cewek kampung itu daripada aku?! Dia yang nyari masalah, kok, kamu yang jadi repot? Kamu liat, tuh—” Calysta menunjuk ke arah Nayara yang masih terbaring lemah di ranjang. “Liat! Udah nyusahin, sekarang malah jadi beban! Harusnya kamu nggak usah bawa dia ke Swiss! Dia itu cuma—”Ceklek!Devanka mendorong tubuh Calysta ke luar ambang pintu.“Ayo pergi, Calysta. Jangan gaduh di sini, nanti ganggu pengunjung lain,” bisiknya.“Hah? Pengunjung lain atau istrimu itu yang kamu maksut?”Devanka tidak menjawab, langsung menggandeng tangan Calysta ke kamar khusu

  • Dendam Pernikahan Pewaris Tampan    Diselamatkan Devanka

    "Mending aku keluar aja, deh, daripada nangis terus di kamar kayak orang bodoh," gumam Nayara, meraih tas kecil yang diisi ponsel dan beberapa lembar uang.Udara Zurich menggigit meski mantel tebal melapisi tubuh, salju tipis mulai turun, menambah sepi jalanan di sekitar hotel. Langkahnya membawa ke jalan-jalan berbatu khas Eropa. Lampu kota temaram, udara beku, berpadu dengan suara salju yang diremukkan telapak kakinya. Ia berjalan pelan, menyusuri trotoar sepanjang danau yang permukaannya tenang.Beberapa menit kemudian, matanya menangkap cahaya terang dari balik jendela besar di sebuah bangunan modern."Klub?" dahinya berkerut menatap heran.Ia berdiri sejenak, menimbang. Dari luar, tempat itu tampak tenang. Tidak ada musik menghentak atau kerumunan orang berpesta seperti yang ia bayangkan soal klub malam."Kelihatannya nggak ramai, mungkin cuma lounge biasa," gumam Nayara.Ia masuk, suasana hangat langsung menyergap. Interiornya berwarna cokelat hangat, musik jazz mengalun lembu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status