Nadira duduk sejenak di kursi kerjanya, saat dirinya sudah sampai di tempat kerjanya. "Ternyata capek juga," ucap Nadira di dalam hati sambil memijat-mijat kakinya yang terasa penat. Nadira sedikit mengangkat topi yang dipakainya ke atas dan mengusap keringat yang menetes di pelipis keningnya. Di ambilnya botol minum yang ada di dalam tasnya dan meneguk air putih tersebut.
Nadira kembali melanjutkan pekerjaannya setelah ia merasa lelahnya berkurang. Nadira masuk ke dalam toilet dan membersihkan toilet itu satu persatu. Pekerjaannya saat ini tidak terlalu berat, berhubung Nadira sudah memberikan toilet sebelum pulang.
Nadira berada di dalam toilet yang di gunakan oleh pria semalam. Berapa di dalam toilet ini membuat Nadira meras begitu sangat takut. Nadira mengingat bagaimana pria itu memukul lawannya dan menyiksanya. Nadira bersandar di dinding ketika tubuhnya hampir terjatuh. Setelah ia merasa tubu
Arga duduk di meja kerjanya. Saat ini ini pria itu tidak terfokus dengan pekerjaannya. Ia lebih terfokus dengan layar monitor yang menampilkan video gadis petugas kebersihan toilet. Arga memandang video yang dikirim Teddy kepadanya. Arga memperhatikan apa saja yang dilakukan oleh wanita yang saat ini ada di layar videonya. Tatapan matanya tidak berkedip sedikitpun saat memperhatikan setiap gerak-gerik yang dilakukan oleh wanita itu."Aku mengira dia tidak akan pernah lagi muncul di klub setelah apa yang aku lakukan kepadanya. Namun ternyata nyalinya sangat besar. Dia masih mampu datang ke klub untuk berpura-pura bekerja. Hebat juga dia, siapa sebenarnya yang telah memerintahkannya? Apa yang mereka perintahkan kepada wanita ini?" Arga begitu sangat kesal ketika mengingat gadis itu tidak mau membuka mulutnya. Bahkan wanita muda itu lebih memilih lecehkan dan diperkosa dari pada harus membuka mulutnya. Arga tersenyum tipis, ketika dirinya mengin
"Ayah di sarankan untuk berobat di rumah sakit besar yang ada di kota. Uang itu akan dipergunakan untuk berobat ayah. Aku sangat berharap, ayah bisa sehat seperti dulu lagi," Nadira berucap dengan mengusap air matanya.Lala mengangukan kepalanya saat mendengar apa yang dikatakan oleh Nadira. "Aku tidak menyangka kondisi ayah kamu sangat parah," ujar Lala yang ikut prihatin."Ayah sudah sakit sudah lebih satu tahun ini. Namun sudah 6 bulan terakhir ini kondisinya semakin memburuk," keluh Nadira. Nadira sedikit tersenyum dan memasukkan soto kedalam mulutnya.Lala menganggukkan kepalanya ketika mendengar jawaban Nadira. Lala memandang wajah Nadira dan menyibakkan rambut Nadira yang menutupi pipinya ke belakang. "Kamu kenapa?" Tanya Lala yang memandang wajah Nadira.Nadira tersenyum dan kembali mengatur rambutnya agar menutupi bagian pipinya. "Kamu tahu sendiri kerjaannya?" Nadira yang tidak
Lola masuk ke dalam ruangan kerja calon suaminya. Ruangan yang sangat besar dan memiliki desain yang elegan. Gadis itu mendekati calon suaminya yang duduk melamun di kursi kerjanya. "Mas," Sapa Lola. Lola berdiri di samping Arga. Kening Lola berkerut melihat sikap aneh calon suaminya. Calon suaminya sangat tidak menyadari kehadirannya. Bahkan pria itu terkejut ketika dirinya menyapa. Lola sangat mengenali Seperti apa karakter Arga, sikap seperti ini sangat tidak pernah dilihatnya sebelumnya." Iya sayang, "jawab Arga yang kemudian diam."Mas lagi lagi mikirin apa?" Tanya Lola yang memandang pria tersebut."Mikirkan acara pernikahan kitalah," Arga berucap dengan sangat santai. Pria itu menarik tangan calon istrinya agar duduk di atas pangkuan.Lola tersenyum saat mendengar ucapan calon suaminya. Lola melingkarkan tangannya di leher pria yang akan menjadi suaminya. "Aku kirain tadi ma
Sudah 1 bulan Nadira bertahan bekerja di klub malam. Disini ia bekerja tanpa ada hari libur, karena memang hanya dirinyalah yang menjadi petugas pembersih toilet. Nadira bekerja sesuai dengan kontrak kerja yang ditandatanganinya. Rasa lelah, rasa jenuh tidak pernah dihiraukannya. Nadira selalu bekerja dengan penuh semangat dan mengharapkan ayahnya akan segera bisa berobat dengan uang gaji yang akan diperolehnya nanti.Nadira duduk di depan di meja kerjanya. Nadira sudah tidak sabar untuk mendapatkan gaji nya. Satu bulan ini Nadira bekerja tanpa ada libur sehari pun. Nadira sudah bisa membayangkan bagaimana kebahagiaan ibunya nanti bila mendapatkan kiriman uang gajinya. Lamunan Nadira buyar ketika mendengar suara kaki yang mendekat ke arahnya. Nadira memandang pengunjung yang berjalan menuju ke kamar mandi. Nadira akan selalu waspada setiap kali melihat ada yang datang. Ia menundukkan kepalanya dengan ekor mata yang memandang ke arah pengunjung terseb
Nadira terbangun dari tidurnya. Piyama yang dipakainya basah oleh keringatnya. Setiap hari Nadira akan terbangun dengan tubuh yang basah oleh keringat. Sudah satu bulan ini, ia tidak pernah merasakan tidur nyenyak. Bayangan akan pemerkosaan itu membuatnya merasa begitu sangat ketakutan. Bahkan peristiwa itu selalu hadir di dalam mimpinya. Menemani tidur lelapnya. "Sampai kapan aku seperti ini," Nadira menangis merasakan ketakutan yang sangat luar biasa. "Aku ingin melupakan ini semua. Aku tidak sanggup mengingat semua ini," Nadira merintih pilu. Rasa sakit ini, semua yang di alaminya harus dirasakannya sendiri. Nadira tidak sanggup mengaku dengan ibunya. Kondisi ibunya saja sudah membuat ibunya sedih. Nadira tidak bisa membayangkan bagaimana bila ibunya mengetahui ini semua. Tubuh Nadira semakin melemas saat mengingat itu semua. Nadira mengambil ponselnya. Nadira mencari tips menghilangkan rasa takut dan trauma. ,"Cara-cara i
Nadira menutup mulutnya saat mendengar suara langkah kaki yang mendekati pintu kamar mandi di mana dirinya berada. Air matanya menetes tiada henti. Nadira berharap agar pintu kamar mandi itu tidak di buka paksa dari luar.Air matanya tiada henti menetes kakinya gemetar menahan rasa takut. Untaian doa terucap tanpa henti dari mulutnya yang tertutup. Wajah gadis itu semakin memucat ketika suara pintu dipukul dengan sangat keras dari luar. Nadira menutup telinganya agar tidak mendengar suara perkelahian di depan pintu kamar mandi tempat dirinya berada. Nadira hanya diam duduk di dalam toilet tersebut. Nadira tidak tau entah berapa lama dirinya ada di dalam. Ia keluar dari dalam toilet setelah memastikan bahwa kondisi di luar sudah aman.Tubuh Nadira lemas seketika melihat darah yang berceceran di depan pintu kamar mandinya. Ia tidak tahu apa yang terjadi di luar karena dirinya hanya sembunyi menahan rasa takutnya. "Bila seanda
Nadira memijat pelipis keningnya yang begitu sangat sakit dan juga pusing. Rasa pusing di kepalanya bertambah saat mendengar kabar yang disampaikan oleh ibunya. "Apa yang harus aku lakukan?" Pusing Nadira memikirkannya."Bila ada barang berharga yang bisa dijual pasti akan aku jual." Nadira diam kemudian. "Aku nggak punya apa-apa." Nadira mengusap air matanya. Tubuhnya yang mungil seakan tidak sanggup memikul cobaan yang terasa begitu sangat berat menghimpit tubuh mungilnya."Bagaimana bila aku tidak dapat uang?" Rasa takut begitu sangat menghantuinya ketika membayangkan nasib ayah dan ibunya. Cukup lama Nadira mencari solusi untuk mendapatkan uang yang berjumlah sangat banyak. Semakin dirinya memikirkan tentang masalah ini semakin kepalanya terasa begitu sangat pusing. Nadira memijat-mijat pelipis keningnya berharap rasa pusing dan sakit di kepalanya bisa cepat hilang.**&
Arga duduk di kursi kerjanya. Pria itu selalu memandang layar laptopnya dan melihat gadis yang duduk di depan pintu jaga masuk toilet. Setiap hari Arga selalu memeriksa apa yang dilakukan oleh gadis itu. Seribu tanya di hatinya mengenai gadis yang sudah di tuduhnya tanpa alasan. Pada saat itu emosinya sangat tinggi hingga tidak bisa mengendalikan emosinya dan menuduh gadis itu sebagai mata-mata hanya karena melihat penampilan gadis itu mencurigakan menurutnya. Arga dengan kukuhnya memperhatikan pikirannya bahwa gadis itu seorang mata-mata. Pria itu yakni bahwa Nadira orang suruhan dari musuh beratnya. "Bila dia bukan seorang mata-mata, mengapa penampilan dan sikapnya sangat mencurigakan." Arga begitu sangat kukuh dengan tuduhannya walaupun sampai sekarang pria itu tidak mendapatkan bukti apapun.Arga begitu sangat malas untuk mengangkat panggilan telepon di ponselnya. No ponsel pribadinya, hanya sedikit yang mengetahui