Share

Bab 2

Author: Zayba Almira
last update Last Updated: 2025-01-29 15:05:11

Clara berdiri di depan jendela ruang kerjanya, memandang kota yang sibuk di bawah sana. Udara pagi terasa lebih dingin dari biasanya, meskipun musim panas sudah mulai mendekat.

Tapi itu bukan cuaca yang membuat Clara merasa kedinginan. Pekerjaan. Proyek besar yang diberikan Kieran terus menghantui pikirannya.

Setiap detik, setiap pikiran, semuanya berputar di sekitar satu kalimat yang diucapkan oleh Kieran: "Saya ingin kamu memimpin proyek besar ini."

Clara menarik napas dalam-dalam dan berbalik, kembali ke mejanya. Tumpukan dokumen dan laporan menanti untuk diselesaikan, tetapi hari ini, segala sesuatunya terasa berbeda.

Ada tekanan yang lebih berat daripada biasanya. "Harus bagaimana?" Dia memandangi layar komputernya yang terhampar penuh dengan spreadsheet dan jadwal yang harus dipenuhi.

Namun, pikirannya lebih tertuju pada tatapan Kieran yang penuh penilaian, dan kata-kata yang tak bisa ia lupakan.

Kieran Damaris, CEO yang selalu tampak tenang dan menguasai segalanya. Tidak ada yang bisa menggoyahkan posisinya, atau setidaknya itu yang Clara kira.

Tapi sekarang, dengan proyek ini, Kieran memberinya tanggung jawab yang membuatnya merasa seperti anak kecil yang diberi mainan berbahaya.

Tidak ada ruang untuk kesalahan, dan dia tahu bahwa jika dia gagal, itu akan memengaruhi lebih dari sekadar kariernya. pekerjaan "Ini bukan hanya tentang pekerjaan."

Clara menghela napas, mencoba mengusir ketegangan itu. Namun, tatapan Kieran masih terngiang di pikirannya.

Bagaimana mungkin dia, yang hanya seorang asisten pribadi, bisa memimpin tim besar? Semua orang di perusahaan ini lebih berpengalaman darinya. "Apa yang dia lihat dalam diri saya?"

Saat itu, pintu ruangannya terbuka, dan Clara menoleh dengan cepat. Kieran berdiri di ambang pintu, mengenakan setelan hitam yang selalu terlihat sempurna.

Tangan kirinya bersandar pada kusen pintu, sementara matanya yang tajam menatapnya dengan penuh perhatian.

"Clara," suara Kieran memecah kesunyian, suaranya seperti biasa, datar dan penuh perintah, namun ada nuansa yang berbeda. "Saya ingin memastikan kamu sudah siap dengan proyek ini. Ada beberapa hal yang perlu kita bahas."

Clara mengangguk, meskipun tubuhnya terasa lebih kaku dari biasanya. *Kenapa aku merasa begitu cemas?*

"Baik, Pak," jawab Clara, berusaha untuk tetap tenang. "Saya sudah mempersiapkan beberapa hal yang perlu dibahas. Laporan riset pasar sudah saya susun."

Kieran melangkah masuk, mendekat ke meja Clara dengan langkah tenang yang terukur. Ada ketegangan yang menyelimuti ruangan. Seolah-olah setiap langkah Kieran membawa beban yang lebih berat, dan Clara bisa merasakannya. 'Kenapa rasanya seperti ini?'

Kieran berhenti di samping mejanya, mengambil salah satu tumpukan laporan yang terletak di atas meja Clara. "Saya ingin kamu memimpin tim ini dengan penuh keyakinan," katanya, matanya tetap pada laporan itu. "Kamu sudah bekerja di sini cukup lama, Clara. Saya tahu kamu bisa."

Clara menelan ludah. Kata-kata Kieran seperti pisau yang memotong ketakutannya, sekaligus membangkitkan semangat yang telah lama ia sembunyikan.

Namun, ada sesuatu yang membuatnya ragu. 'Apakah dia benar-benar percaya padaku? Atau ini hanya karena aku asisten pribadinya?'

"Kamu tahu, Clara," Kieran melanjutkan, tanpa mengalihkan pandangannya dari laporan, "Saya tidak memberikan tugas ini begitu saja.

Ini bukan hanya tentang pekerjaan, ini tentang bagaimana kamu bisa menunjukkan bahwa kamu lebih dari sekadar asisten. Kamu punya potensi yang lebih besar."

Clara merasa perasaan campur aduk dalam dirinya. *Lebih dari sekadar asisten? Apakah Kieran benar-benar melihat saya seperti itu?*

"Terima kasih, Pak," jawab Clara, berusaha untuk tidak menunjukkan bahwa hatinya berdebar lebih cepat. "Saya akan lakukan yang terbaik."

Kieran mengangguk pelan, lalu menyentuh layar laptop Clara, seolah ingin memastikan bahwa dia benar-benar siap untuk apa yang akan datang. "Saya percaya padamu, Clara. Jangan ragu."

Tatapan Kieran kembali terfokus pada Clara, dan kali ini, Clara merasakan ketegangan yang lebih dari sekadar profesional.

Ada sesuatu dalam cara Kieran menatapnya yang membuat jantungnya berdebar lebih cepat. 'Apakah ini hanya imajinasiku?' Clara berusaha untuk tidak terlalu memikirkannya.

Tapi, semakin lama dia berhadapan dengan Kieran, semakin sulit untuk mengabaikan perasaan yang mulai tumbuh dalam dirinya.

Setelah beberapa detik yang terasa panjang, Kieran akhirnya berbalik dan berjalan menuju pintu. "Kamu akan memimpin tim riset ini mulai besok. Pastikan semuanya berjalan sesuai rencana."

Clara mengangguk, meskipun pikirannya berputar. Ketika Kieran meninggalkan ruangan, ada perasaan yang semakin menguasai dirinya. 'Saya harus melakukannya. Untuk diri saya sendiri.'

Namun, meskipun dia berusaha meyakinkan dirinya, ada satu hal yang jelas: hubungan mereka sudah mulai berubah.

Tidak hanya tentang pekerjaan lagi. Ada sesuatu yang lebih, yang semakin sulit untuk dihindari. Sesuatu yang bisa mengubah segalanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 204

    Pagi itu, langit bersih tak berawan. Clara berdiri di depan cermin, merapikan rambutnya dengan jepit bunga kecil yang pernah diberikan Luna. Gaun putih polos yang ia kenakan melambai pelan tertiup angin dari jendela yang terbuka. Di luar, terdengar suara tawa anak-anak dan gesekan sapu dari halaman.Kieran muncul di ambang pintu, mengenakan kemeja linen abu-abu dan celana panjang krem. Wajahnya teduh, matanya tak lepas dari sosok istrinya.“Kau masih secantik hari pertama kita bertemu,” ucapnya.Clara berbalik dan tersenyum. “Dan kau masih pandai membuatku lupa bagaimana caranya merasa takut.”Hari itu bukan hari biasa.Hari itu, mereka akan meninggalkan sesuatu yang lebih besar dari rumah pesisir mereka: sebuah nama, sebuah harapan, sebuah warisan.1. Simposium PerdamaianTenda besar didirikan di lapangan terbuka, tak jauh dari rumah mereka. Bangku-bangku kayu disusun rapi, dihiasi bunga kering dan anyaman daun.Orang-orang dari berbagai komunitas netral datang: dari barat yang pern

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 203

    Fajar menyelinap di sela tirai linen, menorehkan cahaya emas ke dinding rumah kayu mereka. Clara sudah terjaga, duduk di meja kecil menghadap jendela, menggambar dengan pensil arang di buku sketsanya. Di halamannya, tergambar wajah Luna yang sedang tertawa sambil memeluk tanaman rosemary.“Sudah pagi?” suara Kieran serak dari belakang.“Sudah,” jawab Clara tanpa menoleh. “Dan aku tak ingin melewatkan satu pun pagi bersamamu.”Ia menutup buku sketsa pelan. “Kita pernah hidup dalam hari-hari yang penuh bahaya. Tapi sekarang, setiap pagi seperti surat cinta dari semesta.”Kieran menarik kursi dan duduk di sampingnya. Ia mengambil tangan Clara dan mengecupnya dengan tenang.“Dan surat itu,” bisiknya, “kutulis ulang setiap hari... dalam detak jantungku.”1. Panggilan dari KotaDi tengah kesederhanaan itu, Aretha muncul dalam bentuk hologram kecil di ruang tamu.“Ada komunikasi dari Pusat Penyelaras Sipil. Mereka ingin mengundang Tuan dan Nyonya untuk berbicara dalam simposium tentang rek

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 202

    Langit di atas rumah pesisir itu bersih tak berawan, hanya sapuan tipis putih awan yang mengambang seperti mimpi yang tak ingin pergi. Clara berdiri di tepi tebing kecil yang menghadap langsung ke laut lepas, mengenakan gaun linen putih yang berkibar lembut ditiup angin. Di tangannya sebuah surat tua yang mulai menguning, ditulis tangan oleh Ayla—teman mereka yang telah pergi, namun meninggalkan warisan kenangan yang tak ternilai.“Dia menulisnya dua hari sebelum pengkhianatan terakhir di pusat markas,” ucap Kieran, yang berdiri beberapa langkah di belakangnya, membawa dua cangkir teh jahe hangat.Clara menoleh, menerima cangkirnya, dan tersenyum tipis. “Isi surat ini bukan sekadar perpisahan. Ini... seperti mandat untuk kita melanjutkan sesuatu.”Mereka duduk di bangku kayu yang menghadap laut, tempat favorit mereka setiap pagi. Angin membawa aroma garam, suara debur ombak, dan kicau burung camar—simfoni kehidupan baru yang jauh dari suara ledakan dan sandi-sandi perang.1. Rencan

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 201

    Mentari pagi menyembul perlahan dari balik bukit, membasuh langit dengan semburat keemasan. Clara membuka jendela besar di rumah pesisir yang mereka bangun bersama—sebuah rumah kecil bercat putih dengan atap biru laut, menghadap langsung ke samudra yang berkilauan.Angin membawa harum garam dan bunyi debur ombak ke dalam ruangan, membelai rambutnya yang tergerai. Kieran muncul dari belakang, mengenakan sweater tipis, lalu melingkarkan kedua lengannya ke pinggang Clara.“Tempat ini seperti mimpi,” bisik Clara.“Bukan mimpi lagi,” sahut Kieran pelan. “Ini kenyataan yang kita bangun sendiri.”1. Hari Tanpa TugasUntuk pertama kalinya sejak sekian lama, mereka tidak diburu jadwal, tidak ada sistem yang harus diperbaiki, tidak ada kode berbahaya yang perlu dibongkar. Hanya mereka berdua, dan waktu yang terasa melambat.Kieran membuatkan sarapan: roti panggang, telur mata sapi, dan teh herbal yang dulu biasa mereka minum di tengah operasi markas. Clara tertawa kecil saat Kieran berjuang

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 200

    Keterang hijau dawn lampu kota memudar perlahan ketika Clara dan Kieran menutup pintu ruang komando untuk malam terakhir mereka. Dua raga yang lelah, dua hati yang penuh luka—namun juga dua jiwa yang tumbuh lebih kuat oleh cinta dan persatuan.Mereka berjalan bergandengan menuju balkon atap, tempat bintang dan langit pagi menyambut. Aroma kopi hangat dan uap hujan semalam masih terasa, menambah kesyahduan momen."Kita berhasil," ucap Clara pelan, menatap wajah Kieran yang terpantul oleh kilau lampu jalan."Ya," jawab Kieran sambil membelai rambut Clara. "Ini hari terakhir konflik besar yang kita hadapi bersama. Sekarang kita punya kehidupan baru."1. Lambang Cincin Batu LautClara mengeluarkan kotak kecil berisi sepasang cincin sederhana: cincin Kieran terukir peta pulau tempat mereka berbulan madu, cincin Clara berhiaskan kelopak bunga liar yang mereka kumpulkan di dermaga malam itu."Ini lambang kisah kita," Clara berkata sambil menyematkan cincin pada jari Kieran. "Petualangan, ba

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 199

    Senja malam merayap cepat di cakrawala ketika Kieran, Clara, dan Samantha kembali ke ruang komando. Peta tiga dimensi Veritas terpancar di layar hologram—jalur pelayaran, lokasi gudang distribusi, dan rute pengiriman vektor biologis. Aretha mengatur status pra-serangan."Data Samantha sangat akurat," ucap Clara sambil menunjuk titik koordinat pelabuhan gelap. "Jika kita potong jalur itu, kita hentikan penyebaran sebelum dimulai."Kieran memekikkan jempol. "Kita butuh tim laut dan tim darat bekerja serentak. Clara, kamu dan Samantha tangani tanah: infiltrasi gudang distribusi. Aku pimpin tim laut ke kapal yang akan dipakai Veritas."Samantha menarik napas dalam. "Aku akan bawa logistik. Aku tahu rutenya—dari gudang mereka ke kapal selam kecil yang tersembunyi di Teluk Barat."1. Persiapan Dua FronDua tim bergerak:Tim Darat (Clara & Samantha): Menyusup ke gudang tersembunyi di pelabuhan tua, mengambil sample vektor, dan menanam perangkat remote dieback.Tim Laut (Kieran): Mengikuti

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status